A Socking Weekend

Jumat Gaul dan nyeri di kepala makin jadi hingga tersisa dentum monoton. Entah kenapa sakit yang biasanya cuma sebelah itu merata di puncak kepala hingga agak ke belakang leher. Dan rasanya akan sangat kekanakan sekali jika 'sentilan' sedikit ini merusak malam ultah Pak Presiden Negara BHI Merdeka. Akhirnya saya dorong paksa tekanan di kepala itu, meski harus agak tercekik jika saya ngakak rada 'galak'.

Gebleknya, si mas ini nggak mau tinggal diam. Berkat ilmu pijat yang dia selami di Bontang dulu, tangannya nggrathil mijet-mijet telapak tangan saya. Waktu saya mengangguk (sambil nyengir) ketika ditanya masih sakitkah kepala saya, dia mengancam. "Nanti kita selesaikan," katanya dengan muka sok serius.

Dan...
Bener aja! Sesampai kami di Rumah Singgah Tuna Wisma Khusus Malem Sabtu milik Menteri Keuangan, saya bener-bener dapet perawatan toe-to-head, literally. Pertama, telapak kaki saya dua-duanya diunyel-unyel, terus naek sampe ke betis bawah. Sakit, jelas. Tapi saya balas right to the spot. Saya bilang saya belum cuci kaki. Let him know taste! (biar dia tau rasa!) *nyengir iblis*

Abis itu, sambil duduk selonjor, mulai dari punggung sampe kepala saya digarap. Jancukkkkkkkk... loro tenan! Koyok digebuk preman se-Blok M tapi nggak wani mbales. Dan semua itu dilakukan ditengah ngobrol rindik bareng Pak Menteri tentang bagaimana negara ini terbangun atas sistem yang keropos dan proyek-proyek kadang-fiktif-dan-hampir-tidak-pernah-nggak-fiktif. 'Penyiksaan' selesai, kaki saya boleh berubah posisi, dan saya tertatih ke tempat tidur waktu adzan subuh hampir berkumandang. Sebelumnya dia memvonis saya: darah rendah dan lemah jantung (serta satu gejala lain lagi, saya lupa). Harus mengurangi rokok.

Siangnya saya bangun dengan punggung sakit, di sekitar tali kutang saya berada. Tiap saya ingin menegakkan punggung, sakit itu begitu menusuk hingga saya seperti akan tersedak. Begitu pula jika saya mencoba menghirup udara dalam-dalam. Saya curiga, ini pasti something to do dengan paru atau jantung. Waktu Pak Penyiksa saya kasih tau, komentarnya: pulang dari sini jangan kemana-mana. Langsung ke kos. Rebahan, matiin hape, istirahat, jangan tengkurep. Gaya tidurmu yang tengkurep itu jelek buat penapasan. Dan rokok, kurangi!!!

Blah! Saya merasa kayak lagi di-grounded gara-gara ketauan baca komik Hentai jaman masih SMA. Mungkin--ini cuma mungkin--karena saya belum 30 dan belum mau mati sekarang, saya nurut. Dari Sabtu sore hingga Minggu saya cuma di kamar kos. Baca-baca buku, nonton DVD, maen tetris di hape, sambil rebahan. Hingga tiba-tiba ada SMS sore ngajak nonton CJ7 dari mbak-mbak yang pernah jadi pasien curhat. Pas ujan, becek, nggak ada ojek, untung ada bajay! Jadilah, ke PIM basah-basah dikit (dan selalu begitu tiap mau nonton. Heran gwa!).

Setelah lumpia dan yamin Chopstix, Hop-Hop Bubble Capuccino, ketawa gendeng liat Stephen Chow (yang semuanya gratisan), sakit di punggung itu seperti ilusi yang nggak nyata dan samar. Seperti pernah, tapi statistik kemungkinan probabilitasnya hampir nol. Pulangnya saya ke tempat yang paling nyaman, dimana saya seharusnya berada: Blok M. Setelah 3 pasang kaos kaki cebanan yang saya beli Jumat kemarin, saya kembali memilih 3 terbaik menurut saya. Dan menyambut minggu ini saya punya 6 pasang kaos kaki hasil retail therapy karena sakit yang nggak saya percaya ini. Hehe.

ps: yo, Kang Pijet! Besok-besok lagi yax!

Comments

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Belahan Dada, Anyone?