Disclaimer, Anyone?
Maafkan jika saya mengantui hidupmu yang nyaman tak tersentuh. Maafkan jika kamu ingin misuhi saya karena apa yang ada disini. Maafkan jika kamu tidak bisa orgasme spesifik di tempat ini. Kamu hanya orang yang berdiri di luar lingkaran. Ini ruang saya. Dunia saya. Dan saya bukan siapa-siapa. Jadi, nggak usah lah susah-susah ingin berteman. Saya cuma bikin kepala kamu pening nantinya. Saya banyak mengeluh, banyak mikir yang nggak penting, bersumbu sangat pendek, sering bengong, agak autis, dan rada agoraphobic. Oh, saya juga arogan.
Saya nggak se-tough yang kamu pikirkan. Saya nggak berani masuk ke lift sendirian hanya untuk ke lantai tiga yang lamanya nggak sampe satu menit, karena saya merasa ke empat dinding logam itu semakin menyempit tiap detik. Saya nggak berani jalan di lorong sendirian lepas tengah malam karena saya selalu merasa dikuntit dan dipelototi para tak kasat mata meski terang seperti siang. Saya cuma berlagak pintar dengan mengutip sana-sini karena kebetulan banyak teman saya yang berotak cemerlang dan doyan cerita. Saya si gembrot berkepribadian ganda, dan perempuan kurus di dalam diri saya selalu mendesak ingin keluar.
Saya mbok-mbok penjual gudeg yang kamu temui setiap saat di emper Stasiun Lempuyangan. Saya orang yang melintas di depan toko sepatu berharga jutaan. Saya orang ke tiga ribu tujuh ratus empat puluh delapan yang lewat di tikungan itu. Saya yang pernah makan mie ayam di warung depan. Saya yang dibuntuti satpam di Gramedia karena membaca terlalu lama.
Saya hanya orang biasa, merasa diri istimewa, dan berusaha setengah mampus untuk jadi spesial. Saya bukan siapa-siapa, sebenarnya. Sungguh, kamu adalah orang yang lebih bodoh jika terkuple-kuple karena saya.
teruntuk seseorang yang hanya ingin dipanggil tiga huruf.
Saya nggak se-tough yang kamu pikirkan. Saya nggak berani masuk ke lift sendirian hanya untuk ke lantai tiga yang lamanya nggak sampe satu menit, karena saya merasa ke empat dinding logam itu semakin menyempit tiap detik. Saya nggak berani jalan di lorong sendirian lepas tengah malam karena saya selalu merasa dikuntit dan dipelototi para tak kasat mata meski terang seperti siang. Saya cuma berlagak pintar dengan mengutip sana-sini karena kebetulan banyak teman saya yang berotak cemerlang dan doyan cerita. Saya si gembrot berkepribadian ganda, dan perempuan kurus di dalam diri saya selalu mendesak ingin keluar.
Saya mbok-mbok penjual gudeg yang kamu temui setiap saat di emper Stasiun Lempuyangan. Saya orang yang melintas di depan toko sepatu berharga jutaan. Saya orang ke tiga ribu tujuh ratus empat puluh delapan yang lewat di tikungan itu. Saya yang pernah makan mie ayam di warung depan. Saya yang dibuntuti satpam di Gramedia karena membaca terlalu lama.
Saya hanya orang biasa, merasa diri istimewa, dan berusaha setengah mampus untuk jadi spesial. Saya bukan siapa-siapa, sebenarnya. Sungguh, kamu adalah orang yang lebih bodoh jika terkuple-kuple karena saya.
teruntuk seseorang yang hanya ingin dipanggil tiga huruf.
3 huruf ?? sounds familiar. *soktau*
ReplyDelete