R E S U R R E C T I O N

Hey! I'm back (=

Rasanya seperti Phoenix yang bangkit dari taburan jasadnya sendiri, ketika daur hidup selesai dan internal combustion menyala dari dalam tubuh, membakar hingga ke bulu terujung, untuk sekali lagi mewujud. Merah, jingga, terang, kemudian meredup, lalu lenyap mengabu. Tapi di tengah abu yang bikin batuk dan alergi itulah saya dilahirkan kembali, menjadi sesuatu yang baru dan menatap semua hal di hadapan dengan pandangan berbeda dari sebelumnya. Rasanya tuntas sudah saya mengumpulkan energi untuk kembali menantang dunia. Lebih cepat dari yang saya duga. Um... Kamu tau? Sepertinya saya dapat melihat warna-warni gelap-terang dengan lebih jelas sekarang, meski saya sendiri tetap kelabu.

Dan saya bangkit lagi dari 'kematian kecil' akibat lelah dan selesainya 'satu daur hidup'. Dia membuat saya keluar dari kubur yang dengan suka rela tergali, membuka mata tentang apa makna bertaruh pada hidup dengan mengutip sajak Schiller bahwa "hidup yang tidak dipertaruhkan, tidak pernah dimenangkan". Dia yang selalu menuliskan tentang kematian tapi sesungguhnya amat memuja kehidupan itu sendiri. Dia yang menantang saya untuk menuangkan perihal perjudian besar yang belum berani saya papar. Tapi akhirnya saya sadar bahwa pertaruhan dalam hidup adalah kematian. Pertaruhan dalam kematian adalah kehidupan, atau bagaimana kamu ingin dilihat Dia setelah nyawa tercabut. Itupun jika Dia ada. Di tengah perihal hidup-mati inilah kita mengada, menjadi, menyublim atau melenyap. Your call. Your choice.

Saya nggak ngoyo untuk selalu jadi pemenang. Meski di akhir perjudian saya kalah karena selalu merasa sendirian, saya harus akui bahwa berdekat-dekat dengan manusia adalah menyenangkan. Bahwa berbagi sakit itu meringankan. Mendengarkan cerita--sekonyol apapun--dari mulut sahabat pada pukul satu dinihari (menurut saya) lebih menyejukkan ketimbang khotbah pemuka agama yang membeberkan fantasi tentang indahnya surga dan kejamnya neraka. Kekecewaan harusnya dibuka agar sama belajar dari sana untuk jadi lebih baik bagi satu sama lain. Pendapat itu dikemukakan, bukan ditahan untuk jadi bisul psikologis yang jika pecah bakal jelek dampaknya. Perjalanan yang dilalui bersama, sejauh dan secepat apapun kaki melangkah, adalah enteng meski kita kadang terengah memburu udara lewat lubang hidung sementara paru serasa penuh batu.

Ya, saya mungkin telah kalah. Tapi dalam tiap kekalahan saya belajar untuk menghadapi perjudian selanjutnya. Entah menang atau kalah--lagi--tergantung bagaimana saya dapat memandangnya sebagai pembelajaran. Mereka membuka mata saya tentang pertaruhan besar-besaran atas mengenal, berbagi, terikat, untuk kemudian menanggung rasa sakit atas kehilangan. Tapi dia yang menampar saya untuk kembali tegak dengan kebrutalan saya dalam beradu rasa, emosi, pemikiran, hati. Dia yang kembali mengenalkan saya untuk melepas apa yang seharusnya tiada dan menerima kenyataan--sepahit apapun. Darinya juga mata saya terbuka bahwa tidak semua niat baik berujung baik, dan saya harus terima jika panggang amat sangat jauh dari api.

Tapi akhir minggu kemarin saya yakin telah memenangkan pertaruhan secara mutlak saat saya dikelilingi sahabat terkasih, menghabiskan waktu bersama dalam komunal, berbagi cerita--indah maupun gelap--menyapa mereka yang sempat hilang, menyambut yang datang, menerima dan diterima (sekacau apapun bangun dan bentuk saya, kami, kita), berbaur, tertawa, misuh, rata, sama, bahagia. Meski untuk sementara. Walau nanti harus berakhir dan hanya jadi salah satu memori yang mengendap di dasar batok kepala. Hanya saat itu yang kita punya, dan dari situ jejak saya dimulai lagi. Dari kalian tenaga saya terisi kembali. Dengan adanya kalian sayap saya tumbuh lagi.

Saya nggak bisa bikin kata-kata indah sebagai persembahan layaknya di lembar skripsi. Saya nggak bisa bikin rangkaian bebungaan karena kalian juga bukan demit penunggu tempat angker. Saya nggak punya harta untuk dibagi-bagi dan saya yakin kalian bukan duafa perlu harta. Saya juga agak risih memeluk kalian satu-satu karena kebiasaan saya yang jarang mandi. Saya nggak ekspresif untuk bisa meneteskan bergalon-galon airmata haru dalam menunjukkan seberapa besar sayang dan rasa syukur saya atas adanya kalian. Yang bisa saya lakukan hanya membayangkan diri sendiri nyengir lebar dan nakal, jingkrak-jingkrak dan berteriak nyaring: "SAYA KEMBALI!"

Terima kasih, kalian...
*membungkuk dalam-dalam hingga pegal*


Dedicated to: Pakdhe Zen 'The Pamei' (yang paham betul frekuensi hati dan otak saya), Om Jin (yang setia menunggu sayap saya mekar lagi), Mamih (yang yakin bahwa saya mampu dan bisa), Bunda Endhoot (yang membujuk dengan durian), Om Jay (dengan Melodi Congornya membantu saya amnesia pada beban), A' Abi (dengan kemampuannya untuk berusaha netral yang... edan lah!), Pace (karena kembali utuh ke tanah air tanpa goresan peluru sedikitpun), Oki (salah satu soulmate cum pengabadi gambar-gambar laknat itu), Om Deden (yang kesaktiannya membuat berbagai perangkat elektronik macet mendadak namun rela kamarnya terisi hanya dengan saya dan para belahan jiwa), Lea & Indra (yang sering bikin saya sirik diam-diam), Bandung dan Jogja (dengan suasana dan udaranya sendiri, tempat para begundal jahanam tersayang berdiam), dan Sutarchie The Kopet yang kedatangannya membuat saya sadar bahwa saya tidak sendiri, dan kalian biangkerok berisik yang ada di Jl Cijerah Indah Blok B5 Komplek Cijerah Permai hari Minggu, 5 Agustus 2007. Gila! Saya sayang kalian! Bahkan mbak-mbak yang lebih suka beres-beres kamar itu! Haha!

ps: saya menagih kutipan yang bikin darah mendidih selama tujuh hari itu. kamu tau alamat imel dan nomer ponsel saya *nyengir iblis*

Comments

  1. Anonymous2:48 PM

    cepet amad, baru juga fourplay...

    ReplyDelete
  2. Anonymous2:58 PM

    ya betul seperti Phoenix ...rambute merah!!hahahaha

    ReplyDelete
  3. Anonymous5:24 PM

    wb! WHY BACK?! wakakaka....

    kandhani ra ngandel. hidup ini indah, ndhuk. bahkan sahabat2 yang cuma kita temui di dunia maya pun indah. aku pernah tiba2 pengen mati, tapi sms tengah malam dari seorang kawan online yang thousand miles away sanggup menguatkan dan membuatku lupa pada pahit yang harus kutelan, can you believe it?
    ayo, nduk..ayo nulis dan misuh-misuh lagi! mari kita nikmati langit malam, mari kita tertawakan mendung bahkan bintang-bintang.
    tau cerita ttg kerikil? selamanya, sepanjang perjalanan kita akan menemuinya, sesekali mngkin kita tersandung dan berdarah-darah. tapi yakinlah, kerikil tak kan membunuhmu, ia tak bisa menusuk jauh ke jantungmu. kerikil hanya melukai telapak kakimu, tak lebih. ia, sekadar pengingat bahwa hidup memang tak selalu mulus.

    bajinguk, dowo biangeeettt! hwahakahahakh....

    ReplyDelete
  4. Oki:
    geblek! udah muncrat kemana-mana masih dibilang foreplay?! kesiniin tisyu basahnya!

    Maz Pitik:
    bwek!

    Mbok V(agina? =P):
    *hugs*
    maturnuwun, mbok...
    (=

    ReplyDelete
  5. @Pitik : joih merah! dan samaan pula! *siyul2*

    ReplyDelete
  6. Anonymous6:04 PM

    muach muach muach Pito.... lumuri Pito pake duren....

    ReplyDelete
  7. Anonymous6:04 PM

    *sms pito malem-malem*
    minimal kamu masih punya tugas untuk bikin aku tetap waras, jeng ningsih. jadi kamu jangan pensiun cepat-cepat.
    okeh?

    ReplyDelete
  8. ini ngomongin orgy waktu itu yang ga ngajak2 gw ya?

    ReplyDelete
  9. Anonymous1:01 AM

    haha membunuh blog sendiri itu sangat susah, aku dah gagal untuk yang keempat kali.

    jadi mari kita nikmati aja...

    ReplyDelete
  10. your time will come baby .........
    believe it darlin

    ReplyDelete
  11. Anonymous10:05 PM

    ini ada apa ya? serius amad jeng.

    ReplyDelete
  12. Indra:
    TABOK NIH!
    *siapin spanker dan collar*

    Bundhoot:
    aw... mawuuuuuuu!!!

    Mbak Intjeh:
    wokeh! I will!

    OmBu:
    kamu syapa ya...?

    Mastah KW:
    saya mau bunuh diri. nggak cuma bunuh blog (=

    Bubun:
    ugh!

    Lea:
    ah kamu jeng. kek ga tau aja eke slalu serius dalam becanda
    *winks*

    ReplyDelete
  13. pit, gw kok terlupakan hiks...hiks...

    ReplyDelete
  14. Anonymous1:48 PM

    abot...
    abot...

    jek cita cita mati muda kah...???

    hihihi...
    merdeka toh..

    ReplyDelete
  15. Anonymous3:46 PM

    akhirnyaaaaa

    ReplyDelete
  16. Anonymous11:37 AM

    ohh jadi pit ke Bandung ya?? mana janjimu.. katanya mo mampir??

    ReplyDelete
  17. Riri:
    lho, kan udah di bagian 'dan kalian yang ada di bla bla bla' ituuuw...

    Mitha:
    nek abot digotong bareng ae yu...
    mati muda? teuteup duonk!

    Om Jin:
    thanx... (=

    Yuke:
    aduh... maabh. ga sempet. soulmate-soulmate ku dateng. jadinya mesti puas-puasin ketemu mereka. jarang ngumpul lagi soalnya euy...

    ReplyDelete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women