One Fine Evening

The conversation below occured in the house of The Bambangs:

"Jadi yah, RW kita dikasih dana berapa em gitu sama pusat buat bikin sesuatu yang berdaya guna buat warga soalnya RW kita menang pelaksanaan 10 Program PKK," kata Ibu yang pangkuannya dileyeh-leyehi Babab.
"Lha terus mau buat bikin apa tu dananya?"
"Pengennya Bu RW sih beli mesin kompos, biar problem sampah nggak mumeti banget. Tapi kesandung sama masalah lahan. Nggak banyak orang disini yang punya tanah milik sendiri. Apalagi yang mau ditumpuki sampah"
"Kan di depan situ ada lahan kosong punya Perumnas. Nggak bisa dipinjem atau disewa aja? Daripada buat kebon-kebonan nggak puguh gitu," usul saya sambil menjentik abu rokok ke asbak.
"Ya nggak boleh lah. Itu kan sebentar lagi mau dibangun rumah-rumah juga," jawab Ibu sambil mbubuti ubannya Babab.
"Bikin warem aja, warung remang-remang. Kita yang jadi pengusahanya. Sebelum kita jual, tak cicipin dulu," Babab berujar sambil cengar-cengir keenakan botaknya diusap-usap.

Plak!


Babab sontak bangun seraya mengusap jidat yang ditabok Ibu. Cengiran nakal-sok-nggak-berdosa masih mampir di wajahnya yang seperti menantang kebetean di muka Ibu.

"Gaya lu ah! Titit cuma sejempol aja mau petantang-petenteng!"

Saya? Ketawa menggelegar nggak bisa berenti.

Begitulah. Suatu sore yang aneh di rumah Keluarga Bambang yang manusianya nggak kalah aneh...

Bu, Bu... Dulu milih suaminya gimana sih? Icha suka ilfil ama Babab. Plenyun banget jadi bapak-bapak. Anak-anak yang laen kok bisa punya bapak normal sih?

Icha, anak bungsu di keluarga Bambang dan adik dari pemilik kotak muntah ini.

Bab, dulu cari istri dimana? Nggak bisa ganti yang laen, ya... Semacem Monica Belucci gitu?

Saya, anak sulung di keluarga Bambang Sugiharto, kakaknya Icha.

Aduh... Pengen ke mall ah, ngecengin brondong. Siapa tau bisa dapet suami
baru buat gantiin bapak-bapak botak yang demennya ndlosor terus pelor.

Ibu Bambang, istri Pak Bambang, Ibunda pengomel disini.

Wah, Jam satu! Saatnya sharing sama ayam!
Bapak Bambang, Bababnya saya.

Hey! Jangan dikira saya nggak bersyukur! Ini ekspresi kebanggaan saya atas satu keluarga aneh dimana saya selalu diterima, meski dalam keadaan babak bundas maupun saat dagu terangkat...

Comments

  1. Anonymous8:01 AM

    hah! ini beneran?! huahahahahahaha...keluargamu najis bener! kereeeeeeennnn....sumpah keren!!!

    *aduh, belucci...she's hot like..hot hot!! hmmm..

    ReplyDelete
  2. jadi kemaren pulang kampung? waaahh!!

    ReplyDelete
  3. jadi mudik yha ???
    pengen :(

    ReplyDelete
  4. jadi kangen rumah....hiks...hiks...

    ReplyDelete
  5. Anonymous5:34 PM

    pit, bukannya rumahmu memang di jakarta?
    ato aku salah inget ya? kamu memang anak ibukota kan?

    ReplyDelete
  6. Anonymous4:15 AM

    Ketok wis nurun sopo "GALI" ne.

    .:: he509x™ ::.

    ReplyDelete
  7. bwakakakaka, emang meski tinggi pohonnya, duwet ga bakal jauh-jauh jatuhnya :D

    ReplyDelete
  8. Simbok V(agina? =P):
    halah! bar dinajis-najiske trus diceluk keren. gak konsekwen simbok kiiii...

    OmBu:
    pulang Perumnas. rumahku disana.

    Mbak Pipink:
    hayu hayu mudikkkk!!!

    Riri:
    mau diongkosin? doa aja ya...

    Mbak Intjeh:
    bukan, mbak. di negara buffer. pinggirannya jakarta gitude. dan pastinya amat sangat nggak elit. agustusan aja isinya kucing garong mulu *sigh*

    Maz Gadung:
    bwek!

    Maz Iway:
    halah!

    ReplyDelete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women