Lebaran, Anyone?
Hari terakhir puasa Babab tidak bersama kami ketika Lebaran. Kami santai saja. Ibu masih mencetak adonan kue kering pada nampan ketika takbir berkumandang tanpa henti di mesjid, karena ini adalah saat yang tepat mencoba resep. Adik saya malah tidur karena flu. Dan saya baru pulang ke rumah pukul sebelas malam. Semua sama seperti biasa, kecuali bagian membuat kue. Sejak dulu keluarga saya memang tidak pernah mendewa-dewakan Idul Fitri karena itu hanya perayaan atas terbebasnya nafsu setelah terkungkung sebulan penuh. Setidaknya begitulah menurut saya. Salahkan media yang mengangkat momen ketertundukan manusia atas nafsunya sendiri sebagai tambang iklan dan rating yang tak habis dikeruk. Silahkan berkernyit pada lawakan-lawakan konyol pengantar sahur (dan saya bertanya-tanya ada berapa korban tersedak hingga mati ketika mereka makan sambil tertawa). Bebaskan dirimu untuk memaki beberapa pendakwah—dadakan dan asli—pengisi waktu sebelum adzan magrib datang (dan tidak akan kamu lakukan kare...