Pada Suatu Ketika

Me: Dhe?
Him: Ya?
Me: Why does it hurt?
Him: Nggak tau
Me: Tapi kan dia yang patah hati, kenapa dada gwa sesak dan sakit sampe sekarang?
Him: Lha kamu maunya gimana?
Me: Pengennya seneng, soalnya dia udah nggak bareng si sundal yang cuma bisa main-main sama hati dan hidupnya itu. I really hate dat slut!
Him: Jangan gampang 'I hate-I hate' kenapa sih?! Udah... Biarin aja dulu
Me: Ampe berapa lama didieminnya? Nggak bisa pake cara instan gitu?
Him: Maksudnya didiemin dulu itu supaya ketauan penyebab dadamu terasa sesak dan sakit itu kenapa. Siapa tau itu cuma impuls-impuls aja. Kalo perlu kamu meditasi. Atau jangan-jangan kamu pake kutang kekecilan? =))
Me: Asu
Me: *sigh* What should I do now?
Him: Rileks. Kalo eneg ya udah, terima aja. Nggak usah mikir macem-macem dulu
Me: But I don't like this feeling. It's annoying. Nggak bisa ditanggulangi po?
Him: Kamu harus belajar membiarkan sesuatu membuka dirinya sendiri. Jangan dipaksa-paksa
Him: Mending fokus ke dia, bantu dia pulih kek ato gimana
Me: How?
Him: Meneketehe?!
Him: Intinya, lu harus fokus dampingin dia karena lu juga nyangkut di masalah ini kan?
Him: Jangan terheran-heran dengan empetnya elu dulu
Him: Kalo lu beneran intensif bantu dia pulih, nanti otomatis lu bakal bikin diagnosis sendiri. Diagnosis sekaligus pemulihan. Bareng-bareng. That will be nice =)
Me: It sounds hard )=
Him: Susah bukan berarti nggak bisa kan? Perlu waktu. Percaya deh, ntar semua bakal terurai dengan sendirinya
Me: Lo tau gwa kan Dhe, nggak sabaran. Yang ada ntar gelas di kos dan di pabrik tambah langka gara-gara gwa banting-bantingin...
Him: Ya makanya, belajar. Coba deh. Kamu bener-bener kudu membiarkan hal-hal untuk membuka dirinya sendiri. Ini cara lain menikmati hidup
Him: Menikmati kejadian-kejadian yang kita alami sebagai mahluk bernyawa, menjadikannya sebagai guru kehidupan
Him: Biarkan hidup itu sendiri yang bercerita ke kamu dengan cara-cara yang tak terduga
Him: Ini cara hidup yang puitis
Me: AND WHAT THE FUCK IS DAT?! Bahasa lo Klingon banget sih?!
Him: Halah!
Him: Kita itu terlalu sering menghayati hidup secara prosais
Him: Harus jelas ada plot, karakter antagonis-protagonis, ada klimaks, ada awal, ada ending, ada setting
Him: Sementara puisi itu order non-order, tatanan tanpa tatanan
Me: Ai si. Jadi akan selalu ada kejutan di tiap belokan gitu?
Him: Yup. Kamu harus belajar membiarkan kejadian-kejadian itu bergerak dan berkawin-mawin secara natural
Me: Nice! Sounds fun ((=
Him: Gue berasa kek Pai Mei lagi kasih pencerahan sama Si Beatrix =))
Me: Yeah rite. I wish I had a bod like hers...
Him: In your dream, Baby =))
Me: Taek
Him: Eh, coba kamu retrospeksi tentang kejadian-kejadian hidup yang sudah kamu anggap tuntas dipahami
Him: Entah pas kamu patah hati jaman baheula atau apa
Him: Coba kamu liat dari sisi lain
Him: Ngacak-ngacak pengertian, bikin oder to chaos
Me: Halahhhhhhhhhhhhhhhhh.......
Me: Mumet!!!
Him: Hehehehe
Him: Ya udah, sabuk elu masih biru soalnya, belum coklat
Him: Jadi Pai Mei bisa ngerti =))
Me: prettttttttttttt
Him: =))=))


ps: so, my masta Pai Mei... Hidup puitis nih kita...?

Comments

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Belahan Dada, Anyone?