Autopitografi

Gambar dicomot dari sini.


Gue suka ngetawain kepinteran orang-orang karena gue lebih pinter!
- Joni Tengik

Kemarin saya ulang tahun. Yang keberapanya, nggak usah tahu lah. Nggak penting. Satu hal yang pasti, saya sudah 3X dimana X adalah bilangan yang saya, keluarga, petugas kelurahan, dan teman saya yang kerja di kantor pajak saja yang tahu.

Apakah saya senang? Nggak. Biasa saja. Nggak ada yang berubah kecuali stempel tak kasat mata yang dicapkan di jidat tentang berbagai tuntutan yang sebenarnya bukan demi kemaslahatan saya. Nggak ada yang berubah kecuali lifespan saya yang memendek setahun (padahal tiap hari juga tambah pendek tapi nggak berasa aja). Nggak ada yang berubah kecuali kebetulan hari itu saya ada di rumah dan semua orang riuh mengerubuti saya untuk memeluk dan menciumi pipi. Nggak ada yang berubah. Bahkan mandi pun saya masih malas. Status juga masih jomblo (kecuali beberapa hari sebelumnya dan berakhir gagal punya pacar karena masnya insecure). Bahkan invoice pun belum cair. Oke, yang terakhir ini curcol. Sengaja, biar dibaca Mas Bos.

Kemarin saya ulang tahun. Saya, yang nggak punya prestasi apapun yang bisa dibanggakan ibu saya ke tetangga kami kecuali jadi anak pertama yang jarang pulang, kadang masih nodong beliau karena sering nggak punya uang. Saya, yang sering bingung menjawab setiap ada yang bertanya “Kerja di mana?” Saya, yang hanya bisa kasih cengiran ketika bertemu guru SMA yang bertanya “Anakmu sudah berapa?” Saya, yang lebih peka terhadap suara anjing menyalak riang ketimbang kelebatan mas-mas ganteng.

Tapi saya senang karena beberapa orang masih mau rempong bantuin saya belajar bareng di sini. Saya juga senang karena tulisan saya di blog abal-abal ini dibaca orang. Dan saya juga senang karena ada orang yang kembali menemukan amunisi hanya karena saya suka baca tulisannya. Meskipun agak bikin saya garuk-garuk kepala, saya senang ada orang yang meminta saya menulis untuk website-nya, meskipun pro bono.

Kemarin saya ulang tahun. Nggak ada yang kasih kado karena tanggal lahir saya nggak ketahuan seperti jodoh saya. Tapi tumben sekali saya banyak dapat ucapan selamat. Salahkan social media yang update penggunanya seringkali setelanjang para bintang porno. Saya senang diberi ucapan selamat. Ini juga tumben banget. Biasanya saya nggak pernah mau diselamati. Biasanya saya offgrid, jalan ke mana kek yang nggak ada sinyal. Atau mematikan semua perangkat komunikasi seharian. Meskipun saya tidur dan keleleran di rumah karena nggak bisa minggat, saya masih bisa senyum melihat pesan dari teman-teman saya yang mampir di ponsel. Tapi saya berani bilang bahwa hari itu saya dapat hadiah terindah yang justru bukan untuk saya: keyakinan bahwa masih banyak manusia baik yang mau menolong manusia lain tanpa memandang siapa. Lupakan sejenak Connecticut dan Cina tempat orang gila menembaki kanak-kanak. Hari itu saya lega usaha gigih seorang teman mempertahankan kenangan terhadap satu-satunya keluarga bersambut bantuan dari teman saya yang lain yang mereka bahkan nggak saling kenal.

Dan saya identik dengan kutipan Si Joni di atas.

Saya menertawakan orang-orang yang patuh pada garis hidup, berjalan di rel lurus dan berhenti di stasiun-stasiun yang telah ditetapkan. Lahir, sekolah, cari duit, cari pasangan, beranak-pinak, hanya untuk mati. Siapa yang menetapkan, saya juga nggak tahu. Mungkin kesepakatan tak tertulis, mungkin tuntutan sebagai mahluk hidup yang bersosial dan berakal pikiran, termodifikasi secara geografis dan budaya. Mungkin.

Atau mungkin ini saya aja yang sirik nggak bisa selempeng itu. Makanya saya cari penghiburan dengan menganggap diri saya lebih baik dan bisa mentertawai mereka. Kalau di tulisan bak truk jadi semacam “Ayu Adine” demi menutupi hasrat tak tersampaikan pada kakaknya.

Saya menertawakan orang-orang yang nggak nyaman jadi dirinya sendiri, yang hidup dalam bayang-bayang ketakutan. Takut dianggap jelek, takut dianggap bodoh, takut nggak dianggap. Lha terus kenapa kalo elu jelek, bodoh dan nggak pantes dianggap? Itu masalahnya, bukan masalah elu. Begitu saya bilang pada diri sendiri, berkali-kali. Sayangnya saya nggak bisa ketawa ketika melakukan itu. Dan biasanya kejadian itu berulang ketika saya sedang berada di titik terendah, berhari-hari nggak mandi dan nggak kemasukan nutrisi apapun kecuali kopi hitam tanpa gula dan rokok, kembali menembok benteng pertahanan virtual saya lebih tebal dan lebih tinggi.

Saya menertawakan orang-orang, menertawakan duka, menertawakan nasib, menertawakan keapesan, menertawakan gontok-gontokan, menertawakan rebutan lahan, menertawakan kematian…

Menertawakan hidup.

Karena kemarin saya ulang tahun.  Selamat mati nanti!




Comments

  1. udah gw catet di reminder, ultah lo, jadi ga bakal lupa lagi taun depan dan taun berikutnya. itung2 sebagai peringatan berkurangnya umur lo. thats the truth, kan?

    intinya mah gw ikut bahagia klo lo bahagia.

    titip bilang buat laki2 insecure itu! dia rugi, hidupnya ga sebebas elo. walo gw ga bebas2 amat, tapi dengan bangga gw lebih bebas dibanding laki2 insecure itu. *sotoy, biarin*

    ReplyDelete
  2. Haha! Makasih, susteeer. Ga usah dibilangin juga paling dia baca kok. Hihi. Ga masalah sih. Pilihan dia.
    Taun depan kita aygor mertuaan ya!

    ReplyDelete
  3. Dengan berhasil mencapai fase bisa pergi jalan2 tanpa ngebawa sendok nyokap aja gue ud hepi dan ngerasa bebas. Gue jg kudu masukkin ultah lo nih di reminder. Im not good with dates and names (-_____-)
    Mas2 kok insecure pit? Kayak komputer warnet yg kagak pake antivirus...
    Baydeway, semalem gue nyampe rumah jam 12 malem *ampyuuun* pdhl mu ngajak ngupi2 di sumber arta.

    ReplyDelete
  4. Penyakit kita sama, Le. Gw juga ga bisa nginget tanggal sama nama kecuali sering ketemu. Ndak papa kok ndak jadi ngopi2 sekarang. Kita kan akan berjodoh suatu hari nanti. Jodoh nongkrong maksudnya =P ya paling kalo salah satu dari kita udah bosen di level diajak-nongkrong-jam-dua-pagi-di-sevel-juga-mau. Hihi.

    ReplyDelete
  5. Anonymous7:22 PM

    Menurut google 18 desember, ternyata salah ya...

    Kasihan si mas, dia pasti sekarang sangat bersyukur tidak jadi pacaran sama blogger :))

    ReplyDelete
  6. Google-nya bukan orang kelurahan gw berarti =P
    Iya. Sepertinya masnya itu sedang sujud syukur karena terhindar dari keapesan *kaplok* lambemu, cuuuk! ((=

    ReplyDelete
  7. Postingan yang ini bagus. Nggak serem kaya biasanya, mbak. :P

    ReplyDelete
  8. Lhaaa. Emang yg serem yg mana, Git?
    Eh iya. Many happy return, fellow Sagitarian!

    ReplyDelete
  9. saospedas2:25 AM

    kalau boleh rikues tulisannya lebih panjang lagi (tadi saya baca gak sampai 2 menit sudah rampung hehe) dan banyakin lagi "ngomel2"nya mbak, sekalian boleh kirim2 salam gak?

    ReplyDelete
  10. mas, mas. iki guduk radio Redjo Buntung... ((=

    ReplyDelete
  11. selamat ulang taun pitooooo... selamat berkurang umurmuuuuu... *yayayaya, komen ini telat luar biasa* :))))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hwaaa! Dikomengin berhala blogosphere!
      *nyembah*
      *kasih sajen*
      *bakarin menyan*
      *nanya jodo... wait. Ga jadi. Berhalanya juga jomblo*

      Delete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women