W O R D S

Gambar diambil dari sini.

Kenal Lolo Ferrari? Dia mendiang, pemilik nenen terbesar di dunia menurut Guinness Book of World Records versi Perancis. Tumbuh sebagai gadis cerdas dan cantik ternyata tidak membuat hidupnya berhasil, apalagi bahagia. Ibunya punya mulut yang jahat sekali.

Lolo kecil yang manis sedari kecil selalu "dituduh" sebagai bocah bodoh dan jelek, yang nanti hanya akan berguna sebagai tukang mengosongkan pispot. Saya membayangkan menjadi Lolo (bahasa slang Perancis untuk menyebut payudara), menatap citra diri sebagai anak lusuh dan menyakitkan dipandang mata, tidak berguna, dan jadi beban hanya karena IBUNYA YANG BILANG BEGITU.

Saya juga membayangkan menjadi sang ibu. Memiliki suami yang tingkat chauvinisnya kebangetan, terang-terangan selingkuh di depan mata sementara dirinya harus repot mengasuh empat anak sendirian tanpa bisa berbuat apa-apa. Walhasil, dengan ketidakberdayaan seperti itu, hanya anak-anaklah tempatnya melampiaskan kekecewaan. Anak. Disiksa. Secara. Verbal.

Saya nggak menyalahkan siapa-siapa. Toh jika saya menuding pun, nasi sudah lama menjadi bubur membasi. Lolo meninggal 5 Maret 2000 di usia 37, overdosis obat anti-depresi dan penenang dosis tinggi. Seumur hidupnya dia telah menjalani dua puluh lima kali operasi plastik yang secara harfiah mengubah penampilannya dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Berat masing-masing payudaranya 2,8 kg, berisi tiga liter larutan garam yang harus ditunjang dengan penyangga khusus. Semua hanya yang dilihatnya adalah citra diri yang jelek, tidak klik di kalangan manapun, dan merasa lebih rendah daripada orang lain. KARENA IBUNYA YANG BILANG BEGITU.

Saya hilang kata-kata ketika mengenang Lolo kembali. Betapa kata adalah senjata, untuk menyerang maupun bertahan. Dan ini tidak hanya antara ibu pada anak, tapi juga suami pada istri, kakak pada adik, pembeli pada tukang sampah, kondektur Metromini pada penumpang, supir pada mamang bubur ayam, pemilik mobil pada Pak Satpam, antar follower twitter, tetangga di SIMS Social... 

Jadi, pikir baik-baik sebelum mengucap, sebelum memaki, sebelum ngetwit, sebelum update status Facebook, sebelum menghakimi.

Karena hidup adalah kesunyian masing-masing yang kita tak berhak riuh kecuali jika hidup di dalam gelembungnya...


Comments

  1. ati2 juga nge-bully fanboy fpi.. heu..

    ReplyDelete
  2. Wow. Dan masih banyak kasus lain serupa, meski bukan SANG IBU pelakunya...

    ReplyDelete
  3. Mas Jenggot
    iyeeeh! huh! ((=

    Mas Dian
    exactly! makanya di atas juga gw bilang. tulisan ini sebenernya cuma buat ngingetin para ibu untuk ngomong ati2 sama anaknya. soalnya gw suka speechless kalo ada emak2 maki2 anaknya yg masih kecil )=

    ReplyDelete
  4. waaah gue setuju banget sama "hati-hati berucap di twiter" Soalnya gue merasa (ada) orang yang bener-bener ngetweet sampah deh. Kalo bisa ngesex sama suaminya dilaporin hahaha

    ReplyDelete
  5. Nte Em
    yoi. tapi tambah ke sini gw kadang jadi nggak sengaja merhatiin sih beberapa orang yg suka pake "screensaver" status2 bersyukur dan bahagia. aslinya tuh nggak, makanya gw bilang screensaver karena buat nutupin ketidakbahagiaan dan kekecewaan yg terdapat di bawah gambar indah itu. but somehow, media sosial menyediakan ajang narsis. dan di situ letak pemenuhan salah satu kotak diagram Maslow: eksistensi.

    ReplyDelete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women