Tentang Kekerasan
KKK on Vanity Fair |
©2009 James Nachtwey/National Geographic |
PENYANGKALAN:
TIDAK RAMAH-BANDWIDTH! Ada banyak sekali link dan satu video YouTube yang saya harap para jiwa-jiwa kesasar di sini nggak segan melihatnya. Dan seperti judulnya, saya akan banyak membacot masalah kekerasan yang dilakukan atas nama apapun yang bisa "dijual" untuk menarik simpati berbasis kemarahan dan sentimen. Keberatan? Silakan lawan ide dengan ide, tulisan dengan tulisan. Tapi saya MUNGKIN akan berusaha sebisanya untuk obyektif, kok. Mungkin.
Sudah banyak sekali usaha yang dilakukan demi menahan kebrutalan mereka tapi rasanya seperti menabrak tembok. Padahal tindakan mereka yang main hakim sendiri sudah panjang sekali daftarnya. Di benak saya, FPI sudah menjadi simbol yang lekat dengan kekerasan, gerombolan wajah beringas haus darah yang mengangkat parang sambil berteriak "Allahu Akbar". Tampaknya mereka lupa sejumput ayat Qur'an di Annisa: 36 tentang perintah untuk berbaik-baik kepada ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya. Dan mereka lupa bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. Bukan salah Allah yang menciptakan berbagai isi kepala yang beda untuk memenuhi langit dan bumi, karena Dia lah yang wajahNya ada kemana pun manusia menghadap. Karena yang demikian itu adalah tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. Kata Quran sih gitu. Tapi apa mereka baca Quran ya? Bukannya lebih sering dengerin para Habib dan nurut aja Habib-habib itu mau bilang apa?
Udah lah. Kita hanya punya satu negara yang bisa bersama kita tinggali: Indonesia. Sekarang kita sama-sama ada di sini di Bumi. Jadi, mengapa nggak menghormati sesama penghuni? Katanya Rahmatan lil Alamin, berkah bagi seluruh alam. Apanya yang berkah jika hanya bisa mengancam dan menakut-nakuti seperti itu?
Sekarang gini deh, para Akhi-akhi yang tergabung dalam FPI. Saya mau tanya. Pernah dengar “masyarakat madani”? Pernah nanya ke Habib kalian artinya "masyarakat madani" dan apa jawabannya? Atau, gini aja. Pernah broswing situs lain nggak selain Arrahmah.com atau voa-islam.com yang bahasa dan faktanya berantakan itu? Ada keharusan tabayun lho untuk setiap kejadian. Seperti halnya ruju' untuk cek dalil di kitab. Nggak cuma dengerin omongan Habib doang. Dan ayat pertama itu adalah Iqra, baca. Baca buku, baca peristiwa, baca ke mana benak-benak kalian diarahkan oleh omongan para Habib yang "mengaku" nasab Muhammad. Baca sejarah, mengapa mereka bisa mendapat pengakuan sebagai penerus garis Fatimah binti Muhammad. Baca arah angin politik dan mengapa kalian, para foot soldier bertudung, hanya bisa panas-panasan terpapar asap bertimbal sementara ulama-ulama kalian enak-enakan kasih perintah dari dalam ruangan berpendingin. Baca situasi, kenapa musuh-musuh kalian para Yahudi Israel sana punya kondisi ekonomi yang jauh lebih pesat dan teknologi lebih mumpuni, padahal negaranya aja baru seumur jagung. Jangan cuma bisanya ngata-ngatain lawan doang tapi nggak mau membenahi diri dari dalam. Diketawain, tauk. Apalagi OKI juga mempertanyakan lisensi kalian sampai bisa di-backing Tuhan. Eh, tau OKI kan? Baca link-nya kalo nggak tau. Iqra!
Jangan salah, saya nggak membenci FPI dan segala antek-anteknya. Karena sesungguhnya setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, bekumpul dan mengeluarkan pendapat sebagaimana yang ada dalam UUD 1945 pasal 28E. Tapi ya apa mau cuma mau menangin FPI aja? Ya saya tahu, beberapa nama jenderal besar ada di balik pembentukan ormas berbasis keagamaan itu. Makanya mereka seperti tak terjamah. Tapi gini deh. Ikutin caranya mafia Italia dong yang pada maen cantik. Jangan ngadopsi preman Indonesia doang yang petentengan malakin pengusaha keturunan Tionghoa. Act local think global, getoh. Udah bosen sama kekerasan.Think, Habib!
There. I said it.
Bisa lihat kan dua gambar tersebut? Bisa lihat kemiripannya? Iya, para "pelaku"nya sama-sama mengenakan penutup wajah untuk melindungi identitas mereka. Secara tindakan dan prinsip, melihat sejarahnya, saya berani bilang tak ada beda antara gambar yang kanan dan kiri. Yang kanan adalah kelompok Klu Klux Klan. Kelompok ini didirikan tahun 1865 di Tenessee, pedalaman Amerika sana, oleh mereka yang percaya supremasi kulit putih dan nasionalisme menurut mereka sendiri melalui ancaman, kekerasan dan pembunuhan terhadap orang kulit hitam. Mereka juga mengaku sebagai penjaga moral dan anti kemaksiatan dalam koridor kekristenan yang tegas. Dan usia organisasi mereka jauh lebih tua dan lama dibanding rekan seperbrutalannya yang di sebelah kiri.
Sementara yang kiri sering sekali saya dapati lantang meneriakkan nama Tuhan yang Maha Besar namun bahkan lupa untuk saling berbalas kasih sebagaimana salam yang diajarkan oleh Muhammad Sang Nabi. Cara mereka agar tindakannya bisa diterima adalah dengan menegur dua kali melalui surat kepada pihak-pihak yang mengguncang keberadaan--maaf, maksud saya keimanan--mereka, lalu men-sweeping jika tak ditanggapi. Pihak-pihak ini bisa berbentuk apapun, mulai dari tempat maksiat sampai instansi pemerintahan. Saya miris di bagian ini. Tanpa memberi kesempatan mendapat pekerjaan halal, mereka hanya bisa teriak bahwa apa yang dilakukan pekerja-pekerja di tempat maksiat itu adalah haram dan tak bermoral (ya tapi mau ngarepin apa kalau yang teriak-teriak itu cuma segerombolan pengangguran tanpa penghasilan kecuali dari "uang jago"?). Jika ada yang tidak setuju dengan mereka, dengan mudah akan dilabeli dengan tuduhan-tuduhan tanpa dasar sebagai antek-antek Yahudi, Amerika, bahkan JIL. Dengan keyakinan akan kebenaran dukungan Tuhan yang dipelintir dan digembar-gemborkan oleh para "Habib"--yang melenceng dari arti sebenarnya sebagai "yang tersayang" (apa yang bisa disayang dari orang-orang yang penuh kebencian?)--dalam berbagai tabligh, mereka merasa berhak merusak dan menindas orang-orang yang menjunjung Tuhan diam-diam.
Sementara yang kiri sering sekali saya dapati lantang meneriakkan nama Tuhan yang Maha Besar namun bahkan lupa untuk saling berbalas kasih sebagaimana salam yang diajarkan oleh Muhammad Sang Nabi. Cara mereka agar tindakannya bisa diterima adalah dengan menegur dua kali melalui surat kepada pihak-pihak yang mengguncang keberadaan--maaf, maksud saya keimanan--mereka, lalu men-sweeping jika tak ditanggapi. Pihak-pihak ini bisa berbentuk apapun, mulai dari tempat maksiat sampai instansi pemerintahan. Saya miris di bagian ini. Tanpa memberi kesempatan mendapat pekerjaan halal, mereka hanya bisa teriak bahwa apa yang dilakukan pekerja-pekerja di tempat maksiat itu adalah haram dan tak bermoral (ya tapi mau ngarepin apa kalau yang teriak-teriak itu cuma segerombolan pengangguran tanpa penghasilan kecuali dari "uang jago"?). Jika ada yang tidak setuju dengan mereka, dengan mudah akan dilabeli dengan tuduhan-tuduhan tanpa dasar sebagai antek-antek Yahudi, Amerika, bahkan JIL. Dengan keyakinan akan kebenaran dukungan Tuhan yang dipelintir dan digembar-gemborkan oleh para "Habib"--yang melenceng dari arti sebenarnya sebagai "yang tersayang" (apa yang bisa disayang dari orang-orang yang penuh kebencian?)--dalam berbagai tabligh, mereka merasa berhak merusak dan menindas orang-orang yang menjunjung Tuhan diam-diam.
Sudah banyak sekali usaha yang dilakukan demi menahan kebrutalan mereka tapi rasanya seperti menabrak tembok. Padahal tindakan mereka yang main hakim sendiri sudah panjang sekali daftarnya. Di benak saya, FPI sudah menjadi simbol yang lekat dengan kekerasan, gerombolan wajah beringas haus darah yang mengangkat parang sambil berteriak "Allahu Akbar". Tampaknya mereka lupa sejumput ayat Qur'an di Annisa: 36 tentang perintah untuk berbaik-baik kepada ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya. Dan mereka lupa bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. Bukan salah Allah yang menciptakan berbagai isi kepala yang beda untuk memenuhi langit dan bumi, karena Dia lah yang wajahNya ada kemana pun manusia menghadap. Karena yang demikian itu adalah tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. Kata Quran sih gitu. Tapi apa mereka baca Quran ya? Bukannya lebih sering dengerin para Habib dan nurut aja Habib-habib itu mau bilang apa?
Udah lah. Kita hanya punya satu negara yang bisa bersama kita tinggali: Indonesia. Sekarang kita sama-sama ada di sini di Bumi. Jadi, mengapa nggak menghormati sesama penghuni? Katanya Rahmatan lil Alamin, berkah bagi seluruh alam. Apanya yang berkah jika hanya bisa mengancam dan menakut-nakuti seperti itu?
Sekarang gini deh, para Akhi-akhi yang tergabung dalam FPI. Saya mau tanya. Pernah dengar “masyarakat madani”? Pernah nanya ke Habib kalian artinya "masyarakat madani" dan apa jawabannya? Atau, gini aja. Pernah broswing situs lain nggak selain Arrahmah.com atau voa-islam.com yang bahasa dan faktanya berantakan itu? Ada keharusan tabayun lho untuk setiap kejadian. Seperti halnya ruju' untuk cek dalil di kitab. Nggak cuma dengerin omongan Habib doang. Dan ayat pertama itu adalah Iqra, baca. Baca buku, baca peristiwa, baca ke mana benak-benak kalian diarahkan oleh omongan para Habib yang "mengaku" nasab Muhammad. Baca sejarah, mengapa mereka bisa mendapat pengakuan sebagai penerus garis Fatimah binti Muhammad. Baca arah angin politik dan mengapa kalian, para foot soldier bertudung, hanya bisa panas-panasan terpapar asap bertimbal sementara ulama-ulama kalian enak-enakan kasih perintah dari dalam ruangan berpendingin. Baca situasi, kenapa musuh-musuh kalian para Yahudi Israel sana punya kondisi ekonomi yang jauh lebih pesat dan teknologi lebih mumpuni, padahal negaranya aja baru seumur jagung. Jangan cuma bisanya ngata-ngatain lawan doang tapi nggak mau membenahi diri dari dalam. Diketawain, tauk. Apalagi OKI juga mempertanyakan lisensi kalian sampai bisa di-backing Tuhan. Eh, tau OKI kan? Baca link-nya kalo nggak tau. Iqra!
Jangan salah, saya nggak membenci FPI dan segala antek-anteknya. Karena sesungguhnya setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, bekumpul dan mengeluarkan pendapat sebagaimana yang ada dalam UUD 1945 pasal 28E. Tapi ya apa mau cuma mau menangin FPI aja? Ya saya tahu, beberapa nama jenderal besar ada di balik pembentukan ormas berbasis keagamaan itu. Makanya mereka seperti tak terjamah. Tapi gini deh. Ikutin caranya mafia Italia dong yang pada maen cantik. Jangan ngadopsi preman Indonesia doang yang petentengan malakin pengusaha keturunan Tionghoa. Act local think global, getoh. Udah bosen sama kekerasan.Think, Habib!
There. I said it.
Masih banyak rakyat Indonesia yang punya hati dan tidak prejudis apalagi mengarah ke kekerasan.... Tapi tidak bisa dibilang juga kalo FPI dan grombolan2 anarkis berdalilkan agama juga banyak pengikutnya.
ReplyDeleteSaya sebagai double minority setiap saat kerap berpikir, what if shit happened, and I bumped into these angry mob. They will just fcuk me because of my skin color, or my belief. Their existence along with their violence plus the ignorance from the law enforcer, really scared the crap out of me.
However, saya punya sebuah teori menarik. Habib itu sebenernya engak angry all the time. Habib itu hanya bitchy kalo istrinya lagi M. Makanya doi kawin lagi. Tapi eh, mana disangka, ternyata bini ke2 juga ada masa M. Makin parah dong, dalam 1 bulan ada 2 periode M. Nah, itulah yang bikin si Habib jadi one bitchy and grumpy ass. Saran saya buat si Habib, "Bang, kalo loe engak dikasih sama bini, marahnya jangan ke kita kita dong.....".
Peace man...
teorinya menarik, Bro. tapi secara para habib sempet mejeng bareng pak Timur sebelom ybs jadi Kapolri (dan para kapolri sebelum dia), rasana bisa disimpulkan kalo mereka akan maju tak gentar membela yang bayar. hehe.
ReplyDeleteKalau gw bukan cuma FPI.
ReplyDeleteSemua bentuk milisi sipil harusnya memang dibubarin. FPI, Satgas, Banser, FBR, PP, LMP, dll.
Isu lama, dulu pam swakarsa, sekarang FPI.
IMO, Pit :)
setuju. masalahnya yg kenceng banget dan beneran gw pernah liat sendiri itu ya gerombolan itu. tapi ya... piye ya? rada nggondok kalo mikir mereka2 yg lo sebutin itu ga lebih dari kelompok preman yg dipiara kekuatan2 yg punya jatah lapak masing2 and literally running the country. pemerintah itu cuma boneka gendut yg mereka suapin duit aja secara reguler.
ReplyDeleteBikin kaos, Pit! Tulisannya "Banyak baca jadi pintar. Gak pernah baca jadi FPI".
ReplyDeleteBikin kaos, Pit! Tulisannya, "Banyak baca jadi pintar. Tidak baca jadi FPI"
ReplyDeleteHaha! WICKED! ((=
ReplyDeleteBaca Putnam Pit. Madani tuh ide bagus, tp hampir ga mungkin ada :p
ReplyDeleteBaca Putnam, Pit. Konsep Madani bagus. Tp hampir ga mungkin ada :p
ReplyDeleteMbak Titut
ReplyDeletehaik! ntar deh dicari kalo udah lowong waktunya. makasi yaaa. mwah2 buat si unyu Gita. hihi.
Hahahahaha, masuk akal juga ente, Bro, cuma masalahnya sama saja dengan yang sudah sudah, konflik kepentingan.
ReplyDeleteBukan salah si Habib punya banyak pengikut, dan bukan salah si pengikut yang berusaha sadar dan siapa enggak mau dijanjikan surga atas apa yang Doi lakukan di dunia yang notabene dianggap "membela" Allah dengan cara yang mereka mampu pikirkan..
Masalahnya bukan cuma giginya yang busuk tapi akarnya yang menopang gigi itu sendiri, so mau gak mau ya Otak yang harus tegas untuk melepaskan gigi dan akarnya itu to ?
Kalau pemerintahan masih aja lembek macam peli jejaka kena stroke gini terus, jangan Ormas yang cenderung berbasis Otot, tapi kayak LSM2 maling bermental coro yang berbasis pikiran kotor itu aja akan makin banyak, bos...
Think smart to re-newing the sick Indonesia, do better to live in lovely country