Impossible Cuntry

Yes, your eyes don’t mistake you. Saya menulis judul sewaras saya terjaga malam ini.

Karena saya ingin bercerita.

Pada suatu masa ada kerajaan dimana semua penduduk dan rajanya melakukan hal-hal yang tidak bisa dinalar dengan akal sehat. Mereka dipaksa menjadi robot meskipun sejatinya mereka manusia. Namun rakyat hidup teratur. Setidaknya karena semua barang mahal sementara upah minimalis, mereka dipaksa menjadi teratur dan tidak melakukan apapun kecuali bekerja.

Misalnya, di beberapa tempat, mereka berangkat kerja pagi-pagi sekali, mandi dengan air kekuningan bercampur endapan feses setelah terjaga di atas kasur busa tipis dalam RSS (Rumah Susah Selonjor) nan pengap dihuni sepasang suami istri dengan tiga anak. Para pekerja ini kemudian menunggu angkot atau bis di pinggir jalan raya semrawut, tergenang becek kehitaman dari selokan meluap. Lalu mereka mengantri di gerbang pabrik. Kadang bagi perempuan yang mengaku sedang mengalami proses peluruhan akibat sel telur menganggur tak terbuahi, mereka digiring ke kamar mandi untuk membuktikan adanya pembalut berdarah.

Di beberapa pelosok negeri, tanah gersang tak terairi. Para petani tidak lagi punya tanah. Lahan ijo royo-royo biasanya dimiliki keluarga kerajaan, demi menggemukkan pundi-pundi uang para bangsawan meskipun harus menguruskan para penggarap. Menurut beberapa pencerita lain, sempat ada lahan menganggur dan mereka tanami tetumbuhan penghasil ripis. Setelah bertahun-tahun menunggu panen, punggawa kerajaan membabatnya habis dan menggantinya dengan jagung. Karena bibit berlebih dan mereka ingin bertanam jagung meski tanah hanya cocok ditumbuhi tetanaman lain.

Di lain daerah ada tempat tergenang lumpur, menenggelamkan segala rumah dan sawah dan memori tentang leluhur serta rencana masa depan. Mereka pun kini merobot, karena hilang suara setelah serak berteriak dan buntu kemana mengadu. Duduk mencangkung di depan bedeng pengungsian pada siang lengas, menatap nanar ke depan sekosong tong penampung hujan di wilayah tanah gamping.

Lalu, kemana perginya para punggawa dan pengayom rakyat?

Syahdan, menurut konon, mereka hanya bekerja dibawah pemimpin saat itu. Menurut jobdesk, siapa yang membayar, untuknya mereka bekerja. Jadi, mereka hanya melindungi kepentingan juragan, seperti centeng jaman Pitung memilin-milin kumis sekepal petantang-petenteng di depan rumah gedongan.

Dan kemana Sang Raja?

Entahlah. Kabarnya dia ganteng, berwibawa, sekolahnya tinggi, dan ayah serta suami yang baik. Namun entah apa yang salah sehingga banyak sekali 'anak-anak'nya di berbagai pelosok negeri tidak mendapatkan 'kasihsayang'nya.

Lalu bagaimana nasib rakyat?

Oh, mereka baik-baik saja. Itu menurut grafik dan kurva statistik para ahli duit dan kesejahteraan. Well, saya bukan ahlinya. Lagipula, saya hanya pencerita.

Kemudian kerajaan ini menggelar perhelatan besar untuk memilih raja baru. Katanya sih secara demokrasi. Tapi yah... Lagi-lagi saya nggak tau. Saya mendengar juga dari cerita. Dan konon, rajanya masih sama dengan yang sebelumnya. Entahlah.

Di negeri impossibble yang saya cinta sampai mampus, saya hidup dengan 'rasa' yang terkikis hari demi hari.



Terinspirasi dari tulisan ini.
Mengapa CUNTRY? Lihat disini.

Comments

  1. katanya, 'harapan' itu masih ada, mbak...

    ReplyDelete
  2. Cuntry indeed :|

    (for another 5 years)

    ReplyDelete
  3. @Nyong
    harapan akan selalu ada bagi mereka yg berharap (=

    @Eru
    jez cross your fingers and hope this cuntry won't get any worse...

    ReplyDelete
  4. save as.. siapin printer buat ngeprint

    ReplyDelete
  5. Impossible CUNTry O_o

    ReplyDelete
  6. Maap Mbak Pito, saya benci sensor. Tapi gara-gara Tag dan Judul, postingan ini masuk ke dalam kategori web yang di banned oleh kantor. Jadi tidak bisa diakses lewat kantor.
    (*Jadi pada intinya, saya benci sensor kantor saya, hahaha*)

    Kebetulan kantor saya pakai UU Patriot Act HR 3162, yang sialnya dipakai untuk modifikasi engine McAffee untuk screening web dari contentnya.

    Syukurlah, sensor rumah saya hanya istri dan putri. Walaupun lebih ketat daripada HR 3162 dan lebih mrecet daripada kolor, setidaknya saya masih mampu membuka web ini dan membaca postingannya :)

    Tapi yaa, cuek saja lah Mbak Pito. Di sensor itu kan tandanya diperhatikan. Kalau diperhatikan oleh big brother... Tandanya Mbak Pito adalah Big Sister.

    Hihihi

    (*Lebih lanjut mengenai HR 3162 yang menjengkelkan itu*)

    ReplyDelete
  7. Anonymous8:08 PM

    hei
    kow gue kelewatan baca ini...


    heeem
    gue gak milih sang raja baru itu
    tapi yang lain...


    dan skr...
    apakah yg akan sang raja lakukan setelah byk ledakan terjadi ?

    ah...ledakan itu bahkan membatalkan kencan kita..

    ReplyDelete
  8. Anonymous8:58 PM

    setuju ma eka, ledakan itu membatalkan kencan jamaah yang sudah disusun jauh hari.
    anyways, kalo saja raja yang sebelumnya tidak dipilih lagi, apakah tidak akan ada bom lagi ?

    ReplyDelete
  9. Arghhhhhhhh!!!

    Mataku-Mataku...
    *faktor U..:D*

    ReplyDelete
  10. @Bangaip
    Makasiii... dikaw adalah komentator paling informatif yg pernah komeng di tempat muntah ini, soalnya dari komeng dikaw aja bisa jadi postingan baru. hihi.
    oia. kalo kolornya mrecet, jangan salahin kolor. mungkin bahannya dari wol, makanya jadi kecil *halah!*

    @Eda Eka
    liat sisi bagusnya aja, Eda. setidaknya bangsa ini jadi bersatu melawan yg keliru, meskipun kekeliruan raja adalah mutlak dan tidak bisa diganggu-gugat (=

    @Nunu
    pertanyaan itu biarkan lalu bersama angin dan debu2 bangunan runtuh dan asap berbau daging terbakar *jiyeh...*

    @Bunsal
    xixixi...

    ReplyDelete
  11. Anonymous4:47 PM

    Good post and this mail helped me alot in my college assignement. Thank you for your information.

    ReplyDelete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Belahan Dada, Anyone?