A Night To Remember
"Permisi..." ujar kami serempak. "Silahkan... Besok-besok pake tiket ya," jawab salah satu diantara orang yang berdiri di pinggir jalan. Lepas tengah malam. Lewat beberapa menit dari pukul dua dan kami merasa tanggapannya lucu sekali, dilontarkan dari mulut seorang lelaki paruh baya dengan gaya kemayu. Hidung dan bibirnya mirip Haji Jeje , berdiri diantara perempuan bermata sipit dengan celana superpendek, paras ditutup bedak tebal-tebal, mengenakan singlet atau tanktop minimalis (dan belahan dada dimana-mana), serta rambut panjang terurai--rata-rata berwarna coklat terang. Ada beberapa yang duduk di atas motor, lengkap dengan helm dan jaket. Di sepanjang jalan itu mereka berjejer. Di pinggir jalan sebelumnya berderet lapak penjual Cialis, Viagra, Kondom Lele dan macam-macam barang seperti itu. Nggak ketinggalan bokep-bokep masa kini. Benar-benar one-stop market untuk urusan pinggang ke bawah. Saya dan si Beyond Pervert melenggang santai menikmati suasana: bagian ...