Tentang Maaf dan Ramadhan
Sudah mulai penuh inbox kalian dengan basa-basi-busuk pra-Ramadhan berupa permintaan maaf?
Untuk yang belum menyampahi kerabat dan kolega dengan broadcasted messages penuh kepalsuan, here's the thought:
Mengapa tak minta maaf pada orang-orang berbeda agama karena nantinya akan membuat tidur mereka terganggu akibat kesupersibukan masjid dan mushola dinihari?
Mengapa tak minta maaf pada para PSK yang harus menganggur di "bulan suci"?
Mengapa tak minta maaf pada para pemilik warung makan yang dilarang jualan siang-siang?
Mengapa tak minta maaf pada para keluarga miskin yang akan kesulitan makan karena harga-harga melambung tinggi?
Mengapa tak minta maaf pada semua pekerja hiburan malam yang juga menganggur padahal sebagian besar juga ikut Lebaran?
Mengapa tak minta maaf pada orang-orang sakit yang ingin ikut puasa tapi dilarang dokter?
Mengapa tak minta maaf pada anak-anak kecil yang (dipaksa) belajar lapar?
Mengapa tak minta maaf pada para gembel musiman yang berharap rejeki dari orang-orang saleh?
Tapi satu hal yang menghantui saya tiap Ramadhan hanya tinggal di ujung jalan:
Mengapa tak minta maaf pada dirimu sendiri yang menahan napsu seharian hanya untuk melepasliarkannya kembali saat adzan maghrib berkumandang? Dan mengapa harus meminta maaf jika kita sama-sama tau kita akan kembali mengulang kesalahan yang sama?
Marhaban ya Ramadhan. Selamat datang satu bulan paling bermasalah diantara sebelas bulan yang lain...
Selamat datang Ramadhan.. Insya Allah bisa jadi orang yang lebih baik lagi.. :)
ReplyDeleteMaap yah Bu... saya numpang nge-junk.....
ReplyDeleteMbak Titiw
ReplyDeleteamiiin (=
Bro Id
silakan, pak. hihi.
semoga bisa saling memaafkan ya :D
ReplyDeleteMengapa tak minta maaf pada dirimu sendiri yang menahan napsu seharian hanya untuk melepasliarkannya kembali saat adzan maghrib berkumandang? Dan mengapa harus meminta maaf jika kita sama-sama tau kita akan kembali mengulang kesalahan yang sama? ----> 4 thumb (ketularan fesbuk)
ReplyDeletePapa Vajra
ReplyDeleteHush! Sana ke Atambua!
hm... emangnya selalu mengulang kembali kesalahan yang sama?
ReplyDeletenggak tau =D
ReplyDeleteKenapa Anda menulis ini? Apakah karena maaf sudah menjadi kata yg murah namun tanpa penghayatan?
ReplyDelete"Why asking 'why' is an interesting question?" -someone I know
the answer to my why's is left open to the readers' perception (=
ReplyDeleteanyway, i don't seek answers.