Series of Random Thought: At Dawn

So here's the thought:
Somebody's been thinking to screw my mind and failed successfully. But that's alright. There will be tomorrow, Buddy. So keep trying.

Dan pagi buta begini saya mengais-ngais sisa semangat yang sempat hilang lama sekali. Tapi saya nggak yakin. Benarkah hilang, terselip di dompet siapa, atau hanya plesiran sementara?

Jadi, saya hanya bengong menatap langit-langit kamar yang masih saja terlalu gelap. Suara Dr. Lightman menemani saya sebagai latar, dimana benak saya mengembara bersama entah.

Relationship. Kadang bikin nyaman, kadang bikin kuat, namun lebih sering menorehkan gurat luka pada ego yang sebelumnya tak pernah terjamah.

Baiklah. Tiap orang butuh ironi dan tragedi untuk bikin dirinya merasa lebih baik. Termasuk saya. Jadi, mari kita bicarakan cerita orang lain ini.

Tersebutlah seorang perempuan urban kosmopolit nan cantik, terlalu matang dan tak lagi muda. Dia melek politisasi tubuh perempuan, vokal menyuarakan hak-haknya sebagai mahluk bervagina, mandiri, punya jabatan, bergaji dua digit dalam satuan dollar Amerika. Tak ada satupun lelaki berani bertaruh ego mendekatinya. Karenanya dia masih melajang pada usia di penghujung kepala tiga.

Lalu datang si lelaki menyebalkan, bersenjatakan pesona "bad boy" cuek seenaknya dan menantang minta ditaklukkan. Si perawan tua berbalik jatuh cinta. Kemudian mereka tidur bersama. Pagar ayu terlanggar, dan mereka ngéwé berkali-kali dari sore sampai pagi.

Kalian tau kelanjutannya. Standar! Si lelaki mengaku bujang lapuk padahal sudah beristri dan beranak tiga di kampungnya sana. Perempuan terluka. Tapi hanya sesaat. Karena dia merasa telah menemukan cinta yang patut dibawa dan dijalani hingga mati. Dia merasa cinta sarat melankoli yang dia miliki adalah harga mati.

Jika telingamu yang mendengar kisah semacam ini dari tiga orang berbeda hanya dalam rentang waktu sebulan, apakah kamu tetap akan di situ, memeluknya ketika dia-gurumu, orang yang jauh lebih tua darimu dan yang mengajarkanmu banyak hal tentang bertahan hidup di belantara woman womini lupus-menangis tergugu seperti anak kecil minta mainan?

Saya murid yang baik. Pencapaian saya melampaui apa yang diharapkan para Mistress itu. Karena itulah-setelah mengulangi apa yang pernah mereka ajarkan pada saya-tak banyak basa-basi saya berkata: "you're no longer talk the talk and walk the walk. You're drunk on the so-called love, and from where I sit I see only a delusional image of what you don't and can't have, and I despise that. Come to me when you're sober. In the mean time, shut the fuck up. I'm fed up."

Lalu saya hengkang. Dan bertahun-tahun kemudian kabarnya mereka masih saja menjadi pecandu cinta. Like I care.

Setengah tujuh kurang pada Rabu pagi ketika kalimat ini diketikkan. Denting mangkuk tukang bubur pertama terdengar lamat-lamat dari luar pagar. Namun saya masih saja tak habis pikir mengapa sepagi ini sudah terdengar suara shalawat ibu-ibu majelis taklim entah dari masjid mana. Sebegitu membosankannyakah menjadi ibu rumah tangga di rumah kalian sendiri, Bu?

Benak saya berputar pada perihal candu bernama cinta. Telinga saya mendengar pengejewantahan candu yang lain. Dan saya punya candu saya sendiri yang-mudah-mudahan masih bisa saya kendalikan kadarnya: kamu.

Sekarang biarkan saya tabuh sepasang gendang telinga yang hampir tuli ini dengan bebunyian dari pita suara De La Rocha sebagai pengantar saya bermimpi lucid.

Selamat malam. Selamat tidur.

Comments

  1. pito... alkoholik juga sering yakin kalo dirinya nggak kecanduan, pit. sampe berilusi kalo setengah tipsy adalah kondisi sober-nya dia.
    *ditujes-tujes pito*

    ReplyDelete
  2. Lea
    kayak yg kenal tu le...
    *tujes2 kriwil*

    ReplyDelete
  3. "Namun saya masih saja tak habis pikir mengapa sepagi ini sudah terdengar suara shalawat ibu-ibu majelis taklim entah dari masjid mana. Sebegitu membosankannyakah menjadi ibu rumah tangga di rumah kalian sendiri, Bu?"

    dari cerita tetangga saya, malah para ibu itu sudah menyelesaikan tugas rumah tangga mereka. entah di masjid mana yang pito sebut..

    salam kenal.

    ReplyDelete
  4. masjid di daerah radiodalam, mas. silakan pantengin tiap jumat pagi. minimal jam 7an lah. malah waktu itu pernah jam setengah enam udah pada shalawatan.

    kalo emang mereka udah ngelarin tugas rumah tangga, betapa menyenangkannya. semoga saja begitu (= saya nggak anti sama semua ritual. saya juga punya ritual sendiri. tapi alangkah lebih baiknya jika doa dan pujian diucap lirih dan lebih personal tanpa mengganggu tetangga.

    salam kenal juga, mas. terima kasih sudah berkunjung (=

    ReplyDelete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women