Surat (Cinta) Terbuka untuk FPI: Karena Kita Bersaudara

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, ya Akhi.


Semoga keselamatan, berkah dan rahmat Allah selalu dilimpahkan bagimu, Saudaraku. Begitu kan terjemahan Bahasa Indonesianya? Indah ya, salam orang Islam itu. Tidak egois sama sekali. Saya sering dibuat takjub saat tersadar betapa agung arti dari sekelebat salam yang mendoakan orang lain. Sepertinya tidak ada salam yang lebih indah dari salam para pemeluk Islam.


Saya datang tak bersenjata sama sekali karena keinginan saya adalah bertamu. Sebagai tetangga satu bangsa, saya hanya bawa diri dan hati. Meskipun kata teman saya orang-orang seperti Akhi hanya bisa mengkafir-kafirkan orang lain yang tidak duduk bersama dalam taklim, saya tidak percaya. Karena itu, mari kita bicara. Hanya saja, begitu banyak pertanyaan sesak di dalam kepala saya. Tolong, jika Akhi berkenan, saya perlu jawaban.


Begini…

Saya sedih sekali tadi siang, mendengar kabar tentang kawan-kawan Akhi yang bersiap membawa parang dan asma Allah ke tempat-tempat Q! Fest. Kenapa, Akhi? Mereka punya hak juga kan muterin film? Mereka kan tetangga kita juga. Kenapa didzalimi hak mereka untuk “bicara”? Gimana, gimana? Film-film mereka merusak moral bangsa? Oh, Akhi dan kawan-kawan merasa berkewajiban menjaga ahlak dan moral saudara seagama setanahair, begitu ya?


Ummm… Sebenarnya saya masih nggak ngerti dengan alasan-alasan yang Akhi kemukakan. Masalah moral bagi saya pribadi adalah urusan masing-masing orang punya selangkang. Sama seperti bagaimana saya mempercayai Tuhan (yang mungkin tidak sejalan dengan apa yang Akhi percayai), moral adalah urusan personal. Dan tentang tontonan yang dianggap banal… Apa Akhi sudah melihatnya? Ah, bahkan orang bijak berkata untuk tidak membicarakan sesuatu yang kita tidak punya ilmu untuk itu.


Saya nonton salah satunya kemarin malam, di salah satu ruangan di gedung Summitmas I tempat Japan Foundation berkantor. Filmnya lucu, judulnya "Pachigi!". Tentang pergolakan orang-orang Korea “buangan” dengan penduduk lokal Jepang di Tokyo akhir tahun 60an. Sama sekali nggak ada jorok-joroknya karena tukang editnya keren. Adegan jorok dia gunting semua. Tanpa ampun, tak bersisa. Nggak ada juga gambar tentang lelaki yang berhasrat dengan sesama lelaki atau perempuan dengan sesama perempuan. Adanya tentang tawuran antara anak-anak muda Jepang dan Korea. Dari cara mereka teriak, adu jotos, pukul-pukulan dengan batang kayu dan besi, saya ingat bagaimana raut wajah dan sumpah-serapah rekan-rekan Akhi di hadapan mbak-mbak di jalan Melawai suatu malam. Akhi dan teman-teman berpakaian dan bersorban putih-putih tanpa helm, berboncengan dua-dua, beriringan tiga motor, dan meneriakkan “Allahu Akbar” kencang-kencang sambil mengangkat kepalan tangan kanan ke udara. Kalau Akhi percaya bahwa Allah adalah Khalik, pencipta semua mahluk, dan jalan nasib masing-masing adalah prerogatifNya, bukankah berarti Akhi sudah semena-mena mengintimidasi mbak-mbak itu yang juga ciptaanNya?


Maafkan saya, Akhi, jika nada suara saya sedikit meninggi. Saya hampir emosi. Tapi sekuat tenaga saya tekan karena, lagi-lagi, kita saudara sebangsa. Tadi, waktu saya hampir meledak, saya iseng buka Quran dan nyasar di surat Annisa: 36. Bukankah disitu jelas-jelas tertulis untuk berbaik-baik kepada ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu? Dan bukankah sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri?


Bagi saya, orang-orang dengan orientasi seksual tidak umum seperti gay, lesbian, waria dan biseksual adalah juga ciptaanNya yang di”miskin”kan. Masyarakat masih ketakutan dan menganggap homoseksual seperti penyakit lepra yang sekarang hanya kita tahu namanya dari kitab suci dan buku sejarah. Padahal tidak seperti itu. Bukan saya sok tahu, Akhi. Tapi dulu saya sempat jadi sukarelawan untuk kelompok homoseksual. Saya kenal personal dengan mereka selama setahun kami kerja bersama. Seperti manusia pada umumnya, mereka ada yang baik dan ada juga yang jahat. Ada yang pendiam, ada yang cerewet. Ada yang pemurung, ada yang periang. Ada yang cerdas, dan yang lemot juga ada. Dan, jangan salah, mereka ada juga yang rajin sholat. Beberapa diantaranya bahkan pintar-pintar. Mereka studi S2 dan ada juga yang sedang ambil Master. Tapi sayangnya mereka miskin sampai sekarang. Hak mereka ditiadakan. Padahal yang mereka inginkan juga sama seperti kita: penerimaan tanpa prasangka. Mereka juga makan nasi, sama seperti kita. Mereka juga butuh teman, sama seperti saya. Dan mereka juga butuh punya kumpulan, sama seperti Akhi dan rekan-rekan.


Kalau Akhi iseng menyempatkan waktu disela-sela kajian dan tabligh untuk googling tentang psikologi populer, Akhi akan dapati angka fantastis: 70% orang-orang homophobic—mereka yang fobia dengan homoseksual dan segala kegiatannya—punya kecenderungan menjadi homoseksual. Dan mungkin jika Akhi penasaran, akan Akhi dapati bahwa banyak sekali manusia, hewan dan tumbuhan punya kromosom aneh yang membuat mereka tidak menjadi lelaki dan bukan juga perempuan. Mutasi genetik, tepatnya. Atau karena kondisi tempat tinggal. Ada anjing jantan yang kawin dengan sesama jantan karena pada masa mereka birahi tak mereka temukan betina. Atau menjadi sekedar gestur untuk menunjukkan siapa paling dominan diantara para pejantan. Ada juga bunga yang semua putik tanpa serbuk sari. Bukan salah Allah yang menciptakan yang ada di langit dan di bumi, yang wajahNya ada kemana pun kita menghadap. Karena yang demikian itu adalah tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. Dan saya yakin Akhi yang gagah berani dan berjuang di jalan Allah sudah khatam ayat-ayat itu.


Jika Akhi berkenan, saya nemu satu tulisan menarik. Mungkin di Indonesia sini Akhi merasa jadi mayoritas, punya kuasa karena Akhi bawa parang dan pedang dan nama Allah dan merasa menjadi para penjaga moral bangsa. Tapi gimana kalo posisinya dibalik: Akhi jadi minoritas seperti para gay di sini, seperti para muslim di negara sekuler itu? Maaf, Akhi. Saya hanya berandai-andai. Andai Akhi punya sedikit rasa kasih dan penghormatan terhadap sesama manusia hingga Akhi dapat meletakkan parang dan pedang barang sebentar.


Saya tak pandai merangkai kata-kata bagus, Akhi. Saya lebih sering memaki. Tapi Akhi masuk dalam daftar “kecuali”, karena kita adalah saudara senegeri. Lagipula, kita hanya punya satu planet yang bisa bersama kita tinggali: Bumi. Jadi, mengapa Akhi tidak hormati sesama penghuni? Mungkin kita perlu menyamakan ide dan visi untuk membuat senoktah bulatan diantara galaksi Bima Sakti ini menjadi tempat yang lebih nyaman ditinggali. Bukankah kita, manusia, dan umat Muslim pada umumnya, mendapat julukan Rahmatan lil Alamin, berkah bagi seluruh alam? Jika Akhi dan rekan-rekan memang peduli dan punya energi berlebih untuk ramai-ramai meneriaki, mengapa Akhi tak sedikit tanggap terhadap keberlangsungan konservasi? Teman saya sangat perlu tenaga untuk barengan mungutin sampah yang mengotori Ciliwung tiap Sabtu. Teman saya yang lain juga perlu kawan untuk mengajarkan adik-adik pengamen jalanan bagaimana menyablon dan membuat desain grafis yang asik dan manis. Tidak jauh-jauh. Satunya di Bogor dan satu lagi di Kayu Manis. Dekat kan?


Jadi, Akhi, maafkan kelancangan saya yang perempuan tak berjilbab dan tak beragama ini untuk berani-berani berkirim surat cinta terbuka untuk Akhi. Saya percaya, ada satu hal yang dibawa Muhammad Sang Nabi yang pasti lekat di hati, yang beliau bawa hingga ajal, yang membuat tangis Jibril menitik karena kesederhanaan dan ketulusan: cinta kasih pada sesamanya, bahkan pada mereka yang berbeda pandangan. Jika tidak, kita tidak akan punya model tatanan sosial islami yang berjuluk “masyarakat madani”.


Sudah hampir Subuh. Silahkan jika Akhi ingin shalat. Semoga doa-doa yang Akhi panjatkan pada Allah dapat terkabul. Dan semoga Akhi juga tak alpa untuk selalu bersyukur atas nikmat iman dan kemampuan berlisan. Sungguh, Akhi. Saya masih percaya bahwa kebenaran datangnya dari Allah dan kesalahan hanyalah saya yang pantas jadi muara. Maafkan, maafkan.


Terima kasih, Akhi. Semoga kebaikan dan hidayah Allah yang dapat kita terima dari apa yang saya pertanyakan. Saya tunggu jawabannya, di ruang dimana dunia mampat dalam pendar layar elektrik di hadapan saya.


Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...


gambar diambil dari sini.

Comments

  1. Anonymous8:03 AM

    Apa sudah disampaikan langsung ke pondok para brengsek pengangguran itu?

    ReplyDelete
  2. Sebenernya sejak saya mingsih tinggal di metropolitan itu, tangan saya sudah gregetan pengin nulis ginian, di blog pun saya jugak sebenernya pengin nulis, tapi takut nanti pasti melebar jadi SARA, dituduh tukang sulut sumbu kompor, hanya karena tangan saya bertato salib

    ReplyDelete
  3. Anonymous10:46 AM

    saya bukan pengikut dan pendukung FPI. tapi saya agak terusik dengan kata2 anda ttg 'Moral' itu tanggung jawab masing2. Moral itu tanggung jawab bersama baik itu pribadi dan masyarakat. Kalau ada kemaksiatan yang bersifat teroganisir dan mempengaruhi masyarakat, maka tugas masyarakat untuk memperbaikinya.
    Timbulnya FPI karena PEMERINTAH tidak sanggup untuk membendung arus2 KEMAKSIATAN yg terorganisir. Dengan slogan 'KEBEBASAN' pembawa kemaksiatan terorganisir ini berteriak seperti yang anda sampaikan di posting ini.
    Q!Festival = Queer = has traditionally meant odd or unusual, though modern use often pertains to LGBT (gay, lesbian, bisexual, transgender, intersex and non-normative heterosexual) people.(ref:http://en.wikipedia.org/wiki/Queer). Dari namanya saja sudah terlihat apa isi dari festival ini, walaupun mungkin tidak dipungkiri ada pesan2 didalamnya. Tapi itu hanya untuk pembenaran supaya bisa diterima oleh masyarakat (contohnya anda).

    ReplyDelete
  4. Sy jg bkn simpatisan FPI,tapi sy ikutn terganggu dgn tulisan yg mnyamakan manusia,hewan dan tumbuhan krn persamaan kelainan kromosom...manusia diberikan akal dan iman u/mngontrol nafsux..yg tdk diberikn kpd makhluk lain,even malaikat skalipun...jk ia tak mampu mngontrol nafsunya dgn akal n imanx mk ia lebih buruk drpd anjing yg kawin sejenis..makax anjing gak ada yg msk neraka krñ homo...h€hehe

    ReplyDelete
  5. moral memang tanggung jawab individu dan kolektif. namun moral TIDAK dapat dipaksakan oleh sekelompok tertentu (kecuali bagi anggota kelompok tersebut). apabila pemerintah dipandang GAGAL atau TIDAK SANGGUP, semestinya kritik dan juga gugatan dialamatkan secara konstitusional.
    tidak main hakim dan tuntut sendiri. itu berarti melecehkan hukum, melecehkan kedaulatan dan supremasi hukum.

    satu lagi: Indonesia berdiri dan tegak dalam kerangka pluralisme. itulah sebabnya Bhinneka Tunggal Ika masih tegak hingga sekarang. dengan kerangka pluralisme, setiap perbedaan TIDAK BOLEH diberangus. yang bisa dilakukan adalah duduk dan berdialog dalam mengatasi konflik.

    ReplyDelete
  6. Anonymous7:03 PM

    Dear Front Preman Indonesia, mudah-mudahan kalian punya ide untuk menanggapi ini tanpa harus menulis sebagai Anonymous.

    ReplyDelete
  7. mengkritik/menyanggah dengan identitas anonim mengingatkan gue sama anjing gue pit, si boncel. cuma berani gonggong kalo tahu posisi dia "aman"


    keknya gue sering denger kalimat ini : "segala sesuatu terjadi atas kehendak tuhan"
    berarti kaum homo itu ada karena kehendak tuhan kan ya? harusnya kalo ada yg gak suka sama kaum homo YANG NOTABENE HADIR DI DUNIA INI ATAS IJIN TUHAN, mereka protesnya ke tuhan aja gitu... iya bukan sih?

    daripada teriak2, mengancam, melakukan kekerasan, menganiaya, menghina, dan menyebarkan fitnah keji untuk memprovokasi masyarakat agar menjadi penjahat berjamaah... bukankah jalan dakwah yang damai lebih direstui oleh tuhan?

    ah, gue buta nih, pit, klo soal mana benar mana salah... gue cuma punya modal akal sama hati nurani.

    biarlah manusia2 yg pd terobsesi pengen jadi tuhan itu yang jadi hakim menggantikan tuhan di muka bumi.

    ReplyDelete
  8. Ryuumajin
    saya sengaja mancing mereka untuk pake internet. biar ga berisik diteriak2in. hihi.


    nDaru
    hehe. itu kan masalah persepsi.


    Umminya Fardais
    dalam tahap fetus, sejak sel telur dibuahi, sampe tahap jadi embrio, semua sama bentuknya. mau burung, manusia, gajah, kodok, apapun. dalam tata sosial, kenapa manusia dianggap punya martabat lebih tinggi, itu karena manusia adalah mamalia berakal. maaf, itu anggapan secara biologis. mungkin Ummi Fardais ga akan terima, tapi itu kenyataannya.

    tentang manusia yg dibekali dengan akal dan HARUSNYA bisa mengendalikan napsu... well, sekarang analoginya gini: kalo komputer casingnya keren, tapi memorinya cuma dikasi 512 MB, jangan harap dia bisa nyetel file2 multimedia tanpa patah. begitu juga orang dengan kromosom ga umum. kalo genetiknya dia XY tapi dia punya genital lelaki--dalam hal ini penis--apa bisa dia menahan tuntutan biologisnya sebagai perempuan? kalo Ummi inget pelajaran biologi dulu ada yg namanya genotip dan fenotip. yg genotip itu yg ga keliatan, yg fenotip itu yg kliatan. so, sepertinya kata SEHARUSNYA itu ga ngonteks, Ummi. demikian (=


    Monyedimut
    couldn't agree more, buddy. makasih masukannya (=

    Vicky
    hihi. jangan nuduh, ah. sapa tau pak/bu anon itu bukan anggota FPI (tapi malah lebih fundamentalis dari itu). huhu.

    Lea
    ... dan wawa cuma diem kecuali kalo dia disenggol. kemaren doggie aja dihajar ama dia cuma gara2 dia exploring terus dikejar. wawa is the best lah pokoknye. eh, kecuali shiro ya. dia mah ga pedulian orang mau suka apa nggak ama dia. yg penting happening! kek lea lah! hihi.

    hehe. keknya si udah pada percaya banget kalo tuhan ada di pihaknya. jadi ya.. gitu deh. apapun emang udah atas restu dan izin Allah mu ngapa2in juga. tapi ga tau juga denk. yg gwa punya juga cuma hati ama otak doang, itu juga ga kepake buat ngapalin ayat kecuali link2 donlotan hentai dan bokep =P

    and.. here comes a comment for somebody Anonymous. or Anon for short. i tend to save the best for last, though.

    Anon
    saya males debat kusir panjang2. saya kasih ini aja deh:
    UUD '45 pasal 1 ayat (3): Negara Indonesia adalah Negara hukum.

    UUD '45 Pasal 28: Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

    UUD '45 pasal 29 ayat (2): Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

    tiga pasal itu aja deh. sisanya udah amat sangat jelas diterangkan sama mas monyedimut.

    demikian.

    ReplyDelete
  9. idarmadi12:29 AM

    Touchè.

    Dari kaca mata yang mana kalau anarkis, razia psk pake grepe grepe, razia miras tapi ikut nenggak, naik motor ngak pake helm, mentung orang, dll merasa dirinya BERMORAL?

    Satu tantangan bagi FPI : Berani tidak merazia lapak lapak DVD di glodok yang terang2an menjual Dvd porno? Atau beraninya cuman sama kaum minoritas misalnya membubarkan seminar waria?

    ReplyDelete
  10. ah Anon, mantap sekali dia pit...

    dan gue indosat! bukan eksis. yg make eksis kan elo.

    *mlengos sambil peluk2 shiro*

    ReplyDelete
  11. di FB, wawa dibilang shiro
    di sini, happening gue bilang eksis

    *berarti udah saatnya tidur*

    ReplyDelete
  12. lha iya...persis itu...lha gara2 masalah persepsi itu saya jadi agak males nulis tentang ginian, soale saya nulis itu ya pakek tangan yang sama dengan tangan yang saya tato itu je.

    ReplyDelete
  13. Bro Id
    ah, gwa kan kalo nulis selalu touchè bagi kaum yg berpikir
    *benerin kerah kaos*
    *halah!*
    ((=
    kalo kata temen gwa sih itu karena mereka udah dapet izin langsung dari tuhan buat berbuat macem2 demi amar makruf nahi munkar. tapi, still, sampe gwa denger dan liat sendiri pake mata kepala gwa, gwa baru bisa ngecap jidat mereka pakek kata2 itu. untuk masalah kek gitu, gwa penganut seeing is believing. sayangnya, gwa ga pernah ada di TKP euy pas grebeg2an. damn. tapi gwa sempet liat sendiri tu pas di melawai, pulang nongkrong ama temen2 gwa. dan gwa sama sekali ga suka ama apa yg gwa liat. babinya, itu pengalaman udah mirip DVD scratch, selalu keulang2 terus di kepala gwa.
    ummm... sepertinya kalo Bro Id nantang mereka buat ngapa2in pun juga--dari yg gwa denger--mereka maju tak gentar membela yg bayar. hehe. still, gwa mah masih penasaran euy sama mastermind di belakang sekumpulan orang itu.

    Lea
    wahihihi. besok ada diskonan gramed 70%, le. citywalk. jangan lupa =P

    nDaru
    huahahaha! mantaps! wani2o, nduk, nato. aku lho, jirih mbek jarum ((=

    ReplyDelete
  14. Ah, mari kita nikmati saja pergolakan dalam negeri ini. :)

    *jahat*

    ReplyDelete
  15. Anonymous5:01 PM

    salam blogger

    ReplyDelete
  16. Asop
    yoi yoi. emang kita bisa ngapain lagi selain sit back, relax and enjoy the show? ((=

    Sang Penjelajah Malam
    yoh. salam balik. ga usah dibales. biar tuhan yang bales =P

    ReplyDelete
  17. Anonymous4:04 PM

    Setuju ga sih kalau dr posting dan beberapa komentar baik yg pro/kontra itu masing2 ada bener dan salahnya? Setuju ga sih kalau manusia itu makhluk individu sekaligus sosial?

    Saya org yg percaya bhw hny ada 3 norma yg sdh menjadi "Ketetapan Tuhan", yaitu umur, jodoh, dan rezeki. Selain itu, ya kita sendiri yang pilih. =)

    "Kita ada sebagai manusia bukan untuk sekedar mengada, tapi menjadi manusia" (PdAnthony).

    ReplyDelete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Belahan Dada, Anyone?