About Ar Rahman
Ini malam melankoli bersama Apocalyptica menghajar telinga menggiring sunyi keluar jendela. Saya sendirian meski tidak kesepian. Karena saya masih punya cinta. Tadinya saya tidak percaya cinta pada pandangan pertama. Saat dua pasang mata bertatapan dan masing-masing hati mengirim getar yang tertangkap dalam satu frekuensi menyelaras; ketika dunia sontak senyap meskipun kamu sedang berada di pinggir jalan raya paling padat dan paling macet se-Jakarta; ketika semua bayangan dan warna mengabur karena hanya ada dia sebagai fokus alam semesta. Tai kucing! Bullshit itu! Namun saya merasakannya. Kemarin, pada teduh Minggu sore. Tiga kali, bahkan. Damn. Saya begitu heroik menyebrangi empat jalan protokol dan merunduk di bawah kolong dua jalan layang demi mendapati sepasang mata putih susu. Dan, sebagaimana terjadinya kecelakaan, apes, dan cinta, semua datang tanpa sempat ditebak. Strike one. Memasuki pagar sebuah rumah sederhana, saya dapati sepasang mata garang menyelidik, mengira-ngira, meni...