Tentang Perempuan

Uhm... Ini agak nakal. Siap-siap.

Jadi gini...
Kemarin simbak yang 'indah' itu--dengan bibir penuh, merah dan basah, kaki ramping, pinggul bohay, dada besar yang seperti mencoba berontak ketika dia mengenakan blus berkancing--nunjukin satu site yang isinya lagu anak-anak dari berbagai negara. Dia lagi 'panas' sama Tompi yang bilang kalo lagu Balonku yang melegenda itu salah kaprah. Tompi bersikeras bahwa tidak ada balon hijau tapi kenapa balon hijau yang meletus? Dan di site itu balon hijau jelas-jelas disebutkan (ironis, karena itu site luar. Bukan site Indonesia). Dia concern banget karena dia punya balita lelaki yang lucu dan menyenangkan dan dia minta saya nulis ke Tompi supaya masalah yang bengkok ini bisa lurus. Demi seluruh anak bangsa!

Ketika saya sedang menunggu items website loading semua, dia bersandar di punggung saya. Mau gerak kok ya gak enak sama simbak. Tapi kalo didiemin ya kayaknya... risih juga sih. Soalnya dadanya menempel lekat di punggung saya. Damn! I could feel them, man! Seperti ada kenyal-kenyal dan menonjol menekan bagian belakang saya. Saya jadi tau gimana perasaan cowok-cowok bermotor di Jogja yang kalo Malem Minggu cewek-ceweknya laksana tas ransel jadi-jadian membonceng di belakang. Yah... pantes aja kata Ustad Iip 97% mahasiswi Jogja udah nggak perawan. Mungkin setelah mas-mas itu sudah 'merasakannya', mereka minta pembuktian. Seeing is believing, you know. And one thing leads to another. Silahkan simpulkan sendiri.

Wait!
Jangan kalian pikir orientasi seksual saya menyimpang. Meskipun gaya saya macem Butchy (dan pernah dipertanyakan waktu masuk Centro), tapi saya heteroseksual tulen (meskipun belum pernah membuktikannya secara fisik). Saya hanya mengagumi para perempuan indah yang rela bersusah-susah menjaga dan merawat keindahan tersebut. Kalian, laki-laki, nggak pernah tau betapa rumit dan penuh perjuangannya para perempuan merawat semua itu. Kecuali saya, tentu, karena saya percaya kulit muka dan pantat itu sama saja jadi nggak perlu ada sabun yang beda di kedua tempat tersebut.

Misalnya kemarin, iseng buka Yahoo, dan ada berita tentang Butt Facial (dimana letak mukanya ya?) untuk bokong yang turun atau tepos supaya 'you'll look good in your bathing suit this summer'. Dan waktu saya di Jogja, saya pernah ndomblong semenit penuh ketika temen kos saya ngasih tau bahwa dia sedang memakai masker nenen dibalik kaus longgarnya. Di list bedah kosmetik, selain implant solikin di susu dan pantat, implant dan keriting bulu mata biar lentik, kupas bibir supaya merah dadu, suntik Botox yang bikin kamu nggak berkerut dan tetap awet muda (tapi sakit luar biasa), ada yang namanya potong rahang (iya! R A H A N G ! Jaw! Bagian di mukamu dimana geligi tertanam). Gila! Membayangkan bunyi gergaji di wajah saya saja sudah bikin ngilu ke ubun-ubun. Atau olesan Minyak Bulus yang baunya ngaujubillah tapi (katanya) berkhasiat bikin toket mengkal dan tegak melawan gaya gravitasi. Ada lagi jamu/obat untuk menghilangkan pantat item (kita ngomongin dandang ya?) atau tanda melahirkan. Atau macam-macam jejamuan langu dan bacin dan pahit luarbiasa yang bisa bikin vagina rapet dan legit (saya bertanya-tanya apakah yang dibilang legit itu dalam hal bentuk atau rasa? Karena yang saya bayangkan adalah lapis legit). Ada lagi olesan-olesan di wajah yang harus dipake kontinyu selama seminggu dan awalnya bikin muka seperti terbakar, merah dan meradang; untuk mendapatkan hasil putih mulus merona setelah 30 hari pemakaian tanpa putus. Atau, yang paling sederhana: cabut alis. Saya pernah melakukannya waktu SMA dulu. Cuma berhasil nyabut 3 lembar untuk masing-masing alis, itupun udah pakek alkohol dan cara yang benar, sesuai arah tumbuh. Tapi tetep aja nangis-nangis bombay macem ABG kehilangan perawan sama om-om yang bayarannya kurang.

Saya jadi mikir, betapa beruntungnya para perempuan yang dilahirkan dengan payudara besar-kenyal-tegak, pinggang kecil, pinggul bulat, kaki ramping, bibir merah-penuh-basah, mata besar, bulu mata lentik, alis rapi dan teratur, hidung mbangir dan halus, geligi rapi berbentuk seperti biji mentimun, tulang pipi tinggi, rambut tebal lurus, leher jenjang, jemari panjang dan lembut, kulit putih segar mulus, serta bokong kencang nan semok. Karena dengan itu semua dia jadi cantik dan bisa dapatkan semua yang dia inginkan... asal punya otak! Tapi mungkin Dia Yang Maha itu--termasuk Maha Lucu dengan sarkas dan satire-Nya yang kejam tapi kocak--sengaja bikin yang nggak sempurna, supaya manusia ciptaanNya bisa memodifikasi sesuai dengan nilai estetis yang berbeda di tiap zaman dan wilayah.

No pain, no gain. Itu saya percaya. The greater the pain, the more you gain. Itu juga saya percaya. Tapi dari hasil mati-matian mempercantik diri itu apa mereka bener-bener dapetin greater that life could offer? It lays only between your ears, baby. Indeed.


[Dedicated to Ilse, The Netherlander that I've known for only three months but left a humonguous footprints in my life. I hope you'd become a great anthropologist one of these days]

Comments

  1. pertamax!!!
    koq iso crito dowone koyo ngono?

    *nggumun

    ReplyDelete
  2. Anonymous5:33 PM

    iyo...hihihi...

    ReplyDelete
  3. Anonymous7:47 PM

    blokuwot

    "Saya jadi tau gimana perasaan cowok-cowok bermotor di Jogja yang kalo Malem Minggu cewek-ceweknya laksana tas ransel jadi-jadian membonceng di belakang"

    /blokuwot

    itu baru mantafff ....

    ReplyDelete
  4. Anonymous10:35 AM

    cerita kamu dengan simbak belom kelar
    ayo selesaikan
    *huh!*

    ReplyDelete
  5. Anonymous10:58 AM

    woh tulisanmu ngeri tok..

    ReplyDelete
  6. Anonymous11:14 AM

    weh..nek prinsipku liyo mbak,
    ra popo wajah setan, sing penting rasa ketan....kalo ga percaya tanya endiks..

    ReplyDelete
  7. Anonymous11:18 AM

    ha ha konon, preferensi sekssual seseorang hanya bisa dibuktikan di "tempat tidur".

    ReplyDelete
  8. Anonymous11:56 AM

    kowe kie arep crito opo to nduk?
    nek mung arep protes mergo kahanan, wis ra jaman. wis kono.. nulis maneh.
    :p

    ReplyDelete
  9. Anonymous11:57 AM

    lah nek digawe seragam ora ono variasine je, makanya dbikin ada yg montok, kek papan penggilesan, ben banyak macamnya

    ReplyDelete
  10. Anonymous12:37 PM

    tambah suwe kok ndunyane tambah ruwet ngene?

    ReplyDelete
  11. Anonymous3:37 PM

    mbak, soal "lapis legit" kok ga dibahas lebih dalam

    *penasaran*

    ReplyDelete
  12. *cekikian mboco e*

    ReplyDelete
  13. Anonymous5:21 PM

    wanita memang serbasalah...

    ReplyDelete
  14. Luthfi:
    Podho. Aku yo nggumun.

    Simbok V(agina? =P):
    xixixi...

    Maz Bek:
    Wes tau po?

    Papa Naunau:
    Halah! Trusin ndiri! Bwek!

    Maz Endik:
    Ndelok njenengan luwih ngeri.

    Maz Pitik:
    Raine iso ditutupi nganggo poster e mBritni Supir yo maz?

    Maz KW:
    Udah pernah membuktikan dirimu, maz? *nyengir iblis*

    Maz Lantip:
    Injih, maz... injih... *berlalu dan menunduk lesu*

    Mbak Gita:
    Ah, papan penggilesan... Maksudmu Maz Endik yg mo mlamar itu?! Xixixi...

    Maz Ipul:
    Mbuh ik!

    Mbak Langit:
    Wah... kalo lapis legit dimaem, mbak. Ga usah dibahas. Gak kenyang2 ntar.

    Omit:
    Bwek!

    Anonim:
    Iya ya...


    Edan!!! Komen terbanyak! Dan knapa slalu terjadi kalo gwa mbahas gini2?

    ReplyDelete
  15. ikutan komen.

    komen !

    selesai.

    ReplyDelete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women