Puppy (I) Love

Lirikan matamu, Dek...


Nyari teman hidup setia, menghibur, lucu, penyayang, menyenangkan, (sedikit) nakal, selalu menunggu kamu pulang dan nggak pernah rese nanya-nanya? Piaralah anjing.
- Guweh


Bocah perempuan kecil di atas itu bernama Tuhan. Dia ditemukan seorang teman (yang akhirnya jadi godfather-nya) sedang menangis ketakutan pada suatu malam akhir Mei 2014 di dalam gorong-gorong kering di perempatan Sunset Road, Bali. Punggungnya penuh luka, perutnya besar, dan selalu garuk-garuk. Keesokan harinya dia dibawa ke BARC, Ubud, dikasih obat cacing dan anti kutu. Menurut Mbak Dokter di sana, usianya paling antara 6-8 minggu. Masih terlalu kecil untuk bisa bertahan di dunia luar sendirian, untuk mencari atau berebut makanan dengan mahluk-mahluk yang lebih besar, lebih tua, lebih buas, dan lebih berpengalaman. Beberapa jam setelahnya saya nggak nyangka tubuh sekecil itu bisa menjadi inang untuk sesuatu yang menggeliat-geliat keluar dari feses. Ugh!


Belajar menggambar bersama Om Lou dan Om Rio. Tapi Tuhan betean, terus dia WO aja gitu...


Tuhan makannya banyak! Dan dia tumbuh jadi gadis kecil ramah yang terlalu senang bertemu manusia. Dia nggak tau bahwa nggak semua manusia suka sama dia. Tapi dia nggak peduli. Dia akan menandak-nandak kegirangan dan menyambutmu senang, bahkan saat kamu belum sampai pintu.


Kalo ini belajar menggambar bersama Bapak Asuh alias The Godfather, Pak Nik

Tuhan juga pintar, pipis dan eek selalu di kamar mandi. Meksipun untuk ngajarinnya mesti pake proses stress dan berdarah-darah yang lebih parah dari garap deadline mepet. Saya pernah ngendon di kamar untuk observasi dua hari full, merhatiin gimana tanda-tandanya dia kebelet pipis atau eek, lalu mengangkatnya ke kamar mandi ketika dia sudah mulai mengendus bagian bawah pintu dan mendengking-dengking gelisah. Bersihin urin dan ngepel minimal sehari tiga kali? Wis biasa! Dan saya ngiri luar biasa sama pawang guguk ganteng yang bisa ngajak gerombolannya jalan-jalan nyaman tanpa ada yang berantem atau pis-ek sembarangan. Tapi bagusnya, sebagai Balinese asli, Tuhan pantang eek di lantai dan menahannya sampai waktunya keluar jalan-jalan. Dan lama-lama dia bisa juga eek di kamar mandi. Syukurlah.  


Ini berarti waktunya beli helm baru karena yang ini sudah ganti fungsi jadi gendongan

Entah kenapa Tuhan selalu suka menggigiti dan menggondol barang-barang terlarang, meskipun mainan dan tulang tersedia untuknya. Seberapapun kamar tertata dan semua barang diletakkan di tempat yang jauh dari jangkauan, dia akan cari cara ngeberantakinnya. Pernah pada suatu hari dia menggondol pouch berisi sabun cuci piring dan entah bagaimana dia menyebarkan setengah isinya ke seluruh penjuru kamar. Walhasil, dini hari jam 3 pagi, sepulang saya kejar setoran, saya harus ngepel basah 15 kali buat membersihkan 'hasil kejahatan'nya. Setelah itu saya merasa sedang berdiam di vagina perawan karena kamar saya jadi harum dan kesat.


See?

Lalu saya harus pindah ke Denpasar karena ternyata pemilik tanah atau mertua induk semang saya--yang sekeluarga besar hingga lima turunan ke atas semuanya orang asli Bali yang biasanya malah ternak anjing di halaman--ternyata nggak suka anjing. Meskipun Tuhan sedikit menggonggong, nggak pernah rese, nggak pernah ngotorin (karena selalu saya bersihkan), dan nggak pernah ganggu tetangga. Sekarang kami sudah hampir sebulan menempati kamar baru, dan semua masih baik-baik saja.


Tapi kalo udah begini siapa juga yang tega marahinnya?


Terus kami happily ever after?

Nggak juga!


Terus kalo dihukum jadi platipus ngadunya sama bebek-bebekan...

Masalah datang dalam bentuk mahluk berkaki empat yang nggak kalah lucu dan bernama Kim. Jantan kacang hampir 2 tahun milik mbok di komplek belakang ini girang sekali menyambut kami. Well, menyambut perempuan kecil berkaki empat saya, lebih tepatnya. Dan Tuhan yang biasa bermain dengan mbak-mbaknya--Abbi (beagle) dan Poppy (mix pom-shih tzu)--sepertinya memang sudah memiliki semangat girl power dalam darahnya. Dan demikianlah, yang harusnya jadi acara perkenalan dengan masing-masing bocah akan mendekat malu-malu lalu main-main bahagia malah jadi ajang unjuk dominasi: siapa menunggangi siapa!  


The Romeo yang pemalu, makanya dia buang muka. Kalo dia om-om kaya bakalan buang duit

Setelah hampir dua jam mereka kenalan brutal akhirnya dua mahluk itu terengah-engah kecapekan. Dan kami pun masuk karena sudah lewat tengah malam. Tapi tebak apa yang terjadi kemudian? Hingga keesokan pagi Kim ternyata masih ada di depan pintu kamar kami! Dan itu berlangsung tiap hari. Awww banget kan?!

Ya tapi akhirnya maminya Kim kayaknya bete. Hingga pada suatu hari dia lewat, motornya berhenti tepat di depan saya. Dan sambil melihat Kim yang berlari-lari unyu menghampiri, dia bertanya retoris--dan matanya nggak lepas dari si guguk kacang, bukan ke saya--"Kim kenapa sekarang di sini terus?"

Nyeh. Menurut lo aje, Mbok...


Cieee yang lagi berantem, cieee...

Sampai sekarang saya nggak pernah lepas Tuhan tanpa kekang meskipun halaman lumayan luas untuk dua guguk kecil berlarian dan Tuhan sudah disteril dan kemungkinan lebih bersih daripada penis kalian karena sering saya seka pakai lap berlumur larutan antiseptik sepulang jalan-jalan. Bukan apa-apa, tetangga sebelah saya yang keluarga muda asal Pekalongan itu punya anak kecil umur 5 yang luar biasa manja tapi penakut sama anjing. Tiap saya keluar dan si bocah from hell itu ada, meskipun dia sedang di teras yang jauh lebih tinggi dari kami dan Tuhan jelas-jelas nggak bisa kemana-mana, dia pasti akan langsung, "Aaaa! Mamaaa! Ada HanHan! Takuuut!" Jangan tanya seberapa besar dorongan saya untuk melepas leash sambil menepuk pantat Tuhan biar dia langsung lari ke sumber "Aaaaa!" menyebalkan itu. Dan saya sangat menunggu setahun lagi mereka ada di sini dan akan tertawa melihat betapa repotnya Mama atau Ayah menggendong-gendong anak mereka yang sudah besar karena takut anjing, which is di Bali ada di setiap pojokan.

Lihat mata saya... Kamu akan kasih saya tulang guwedhe...
Lihat mata saya...

Saya males ribut dengan orang sekitar, padahal masalah bisa saya selesaikan sendiri. Makanya saya selalu mengenalkan Tuhan sebagai HanHan pada tetangga, biar nggak pada banyak nanya. Dan saya juga bisa ajak jalan-jalan Tuhan secapeknya supaya dia nggak bosan dan lasak dan nggak rese di kamar sendirian kalau kebutuhan jalan-jalannya sudah terpenuhi.

Oh iya. Kenapa saya kasih nama Tuhan?

Dari dulu saya sudah kepingin punya anjing bernama Tuhan supaya skenario seperti di bawah ini bisa terjadi.

Teman Rese yang Suka Sekali Ngurusin Orang: Eh, Pito sekarang religius mampus lho. Gue nggak nyangka
Teman Polos yang Kemungkinan Besar Masih Perjaka/Perawan di Usia 30: Kenapa gitu?
TRSSNO: Iya, sekarang kerjaannya tiap hari ngasih makan sama ngurusin Tuhan. Kadang Tuhan diajak jalan-jalan. Edan lah!
TPKBMPU30: EGILAK! CIYUS LOH?!


Ini lirikan yang udah agak gedean.
Tato GK di kuping itu penanda kalo Tuhan alumni Good Karma, klinik BARC,
tempat dia operasi steril




Comments

  1. Hahaha... Aku ingat dulu pas kita begadangan Mbak Pito memang sudah punya niat mau ngasih nama Tuhan ke anjingmu. Akhirnya kesampaian. :D

    Btw, aku belum sanggup dan belum berani untuk melihara hewan lagi. Kemarin punya 3 kittens di rumah dan sukses dibuang sama Mama. Padahal kittens-nya lucuuu... :(

    ReplyDelete
  2. dulu temen kantor gw pernah cerita kalo temennya ngasih nama anjingnya (yg sangat suka sekali diajak jalan2) OmOm. dan sering kali dialog seperti ini terjadi;

    Monyet 1: eh, si anu ke mana? kok nggak nongol?
    Monyet 2: ntar nyusul katanya. biasa, lagi ngajak jalan OmOm

    ReplyDelete
  3. Gue berasa lagi liat galeri foto porno.
    Padahal di rumah gue juga punya Boncel ya. Tetep aja ngeliat anjing orang lain, bawaannya gemes.

    ReplyDelete
  4. lu bestiality banget sih =P

    ReplyDelete
  5. Hmm... sudah kuduga! Tuhan is a girl!

    ReplyDelete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Story of Women