The List of Bahan Tokai

Pengobatan darurat untuk hati yang luka adalah makanan enak. Setidaknya meskipun sedih, tapi perut dan lidah bahagia

Tahu kan kalau saya dikutuk punya ibu jago masak bernama Bu Anggi? Untuk meminimalisir pengeluaran tak menentu dari kebiasaan jajan, sedari kecil Bu Anggi membiasakan sekeluarga makan di rumah sekalian belajar masak. Meskipun cuma tepung dikelapain dan dikasih gula, yang penting nggak jajan. Tapi mungkin karena bikinnya niat dan, yah… namanya juga ibu-ibu. Bikin apapun untuk keluarga pasti pakai cinta. Jadinya ya enak-enak aja. Makanya, anak-anaknya yang cuma dua dan suaminya yang baru satu, hanya bisa membedakan dua rasa makanan: enak dan enak banget.

Lalu saya sebagai anak sulung mursal dan jarang pulang mendadak “terdampar” di Bali hampir setahun lalu. Pulau Dewata, memang, tapi teramat sangat jauh—dan mahal—dari rumah, dari dapur tempat Bu Anggi mencipta maha karya yang bikin lingkar pinggang kami melar dan berat kami susah turun. Jadi, sebagai anak Bu Anggi yang baik yang menjunjung ibunya di atas kepala tinggi-tinggi, saya mengenang beliau dengan cara sendiri: mencari tempat makan enak dan murah. Ini dia (berdasarkan seingatnya dan koordinat Google Map sekenanya yang bisa di klik di judul)!

Kalau kamu dari arah Sayan ke Tebongkang, setelah Gaya Ceramics sebelah kanan kira-kira 300 meter kemudian, tengoklah ke arah kiri. Ada papan berlatar merah bertuliskan SRI BOGA AMERTA. Buka jam 10-16, warung ini termasuk sepi meskipun Ayam Betutunya nendang. Harganya standar, Rp. 15.000 per paket nasi campur komplit minus minum. Semua makanan tanpa babi. Saya paling suka sayur mirip urap yang ada parutan kelapa (yang namanya saya lupa). Maaf, nggak ada fotonya. Lupa diri sih, kalau sudah lihat makanannya. Mungkin karena setiap ke sini saya pasti dalam kondisi kelaparan berat.


2. Bakso Rusuk Naruto 

Saya nggak tahu kenapa jasa penyewaan pick up di pusat kota Denpasar ini jadi nama warung bakso (kalau kamu tinggal di sekitaran Denpasar pasti kamu nangkep joke-nya. Sorry, lokal banget). Saya juga nggak tahu kenapa Mas Joko, orang Solo sang pengelola warung yang nyasar di Ubud dan sedang cari cewek Bali ini, pakai nama Naruto yang asli Konoha dan sama sekali bukan Jawa. Tapi kalau kamu kebetulan lewat Sayan antara jam 10 sampai jam 22 dan kelaparan, sekitar 200 meter dari warung Sri Boga Amerta ke arah Kedewatan, kamu bisa mampir ke sini. Untuk ukuran bakso Bali yang kuahnya biasanya bikin trauma karena rasa air ketuban, bakso Naruto ini lumayan mengobati penyakit kangen rumah. Bakso campur komplit berisi bakso telur, bakso urat, dan tahu—tanpa rusuk—plus kerupuk pangsit sebiji minus minum harganya Rp. 8000. Sambil menunggu bakso diracik, kamu bisa icip-icip sosis Solo (yang menurut ibunya Mas Joko adalah lumpia), sebijinya cuma seribu. Kalau kebetulan ada Mas Joko, ajak dia ngobrol. Apalagi mendekati waktu tutup warung. Biasanya dia akan curcol sambil menawarkan rokok lengkap sama apinya.


Bakso Naruto minumnya pake FRUT tea
Maaf, pangsitnya udah dicemil duluan

3. Tipat Cantok

Nah, saya biasanya ke sini kalau merasa sudah agak sembelit perlu asupan hijau-hijauan. Tapi terutama sih tanggal tua, ketika makan tidak lagi berdasarkan keinginan melainkan harga. Tipat cantok yang mirip ketoprak berkangkung—dan kadang kalau sedang beruntung dilengkapi rumput laut yang mirip pakis—hanya Rp. 5000, plus es gula Rp. 2.000 dan kerupuk Rp. 1000 total hanya Rp. 8000. Lumayan bikin perut penuh. Aman buat vegan karena nggak pakai terasi. Ada juga rujak kuah pindang dengan aroma ikan mengundang lapar. Tapi favorit saya sih rujak gula pasir berisi jeruk, nenas dan bengkuang. Harganya rata 5000-an. Lokasinya nggak jauh dari Bakso Rusuk, bersebelahan dengan lalapan dan bengkel, tepat di seberang toko kelontong Yon Mart. Buka jam 10 dan biasanya tutup jam 17.
                       
Kalo ini namanya rujak









Ini lho yang namanya Tipat Cantok

4. Warung Pink

Ini salah satu warung yang saya datangi jika pagi-pagi kelaparan habis begadang dan dompet tipis belum gajian. Pemilik dan pegawainya orang Jawa Timur, dijamin tanpa babi. Biasanya buka sejak jam 8 dan tutup jam 17 atau jam 18, sesuka-sukanya. Letaknya kurang lebih 100 m dari belokan Sayan ke arah The Mansion menuju Penestanan, sebelah kiri jalan di seberang toko kelontong. Gambar di bawah itu tumisan buncis dan wortel, kering tempe dan kerupuk yang total hanya Rp. 6000. Jagoannya sih semur ayam dan ayam bakar berkuah, tapi biasanya agak siangan baru ada. Tempatnya enak meskipun agak sempit saat pengunjung datang di jam makan siang. Dan, seperti namanya, dindingnya bercat agak jambon, meskipun nggak tepat pink. Ya lumayan lah, daripada lu manyun. Iya. Garing. Kriuk!


Menu vegan, untuk tidak menyebut sedang kere  

5. F.R.E.A.K Coffee

Diambil dari spot favorit sebelah pintu masuk karena dekat colokan dan WiFinya paling kencang!  

Ini biasanya spot saya mojok bareng kerjaan atau ebook dari ponsel, barengan latte enak seharga duapuluhribuan. Lokasinya dekat SPBU Tebongkang. Dari Nyuh Kuning belok kiri sedikit menuju arah Singakerta, sekitar 100 m, sebelah kanan jalan. Tempatnya nyaman. Bagian depannya luas dengan meja dan kursi minimalis dan tiga gazebo beratap ilalang di bagian belakang untuk lesehan (atau pacaran =P). Berlatar hutan-hutanan dan gemericik sungai kecil di bawah, enak banget buat leyeh-leyeh. Toiletnya asyik, setengah outdoor karena efek atap plastik yang agak bening. Sejak jam 10 pagi sudah buka dan tutup jam 22.

Sebenarnya F.R.E.A.K barengan sama warung Sate Kakul yang juga sedia ikan dan ayam bakar dan plecing. Kalau saya libur tapi mager (males gerak), saya bisa berjam-jam di sini. Biasanya berawal dari makan, paket ayam bakar dan plecing seharga duapuluhribuan (belum pakai minum), terus nge-latte, deh! Ah, dunia indah…


Sudah mulai ngiler?
Ada Mandala di latte

























6. Warung Pak Nyoman

Bebek bakar di sini, menurut teman saya, adalah makanan dari surga—itu pun jika surga beneran ada. Biasanya saya ke sini habis gajian atau kalau ada yang mau nraktir =P Bebeknya empuk dan bumbunya meresap sampai ke dalam. Ayamnya juga enak, mirip ayam bakarnya Bu Anggi, hanya beda level pedasnya. Saya nggak makan ikan, khawatir alergi kumat. Cupu ya? Iya. Pak Nyo ini lokasinya di Tebongkang, sekitar 500 m dari F.R.E.A.K ke arah Sayan, sebelah kanan jalan. Mulai buka sejak jam 9 pagi hingga jam 22, atau sehabisnya. Paket bebek bakar, nasi dan plecing (belum sama minum) sekitar Rp. 40,000—harga yang murah untuk merasakan surga dunia. Tsaaaah! Sambal matahnya enak. Biasanya saya nggak suka karena ada bawang mentahnya. Tapi nggak tahu kenapa, sambal matah di sini bisa saya habiskan. Buat yang nggak tahan pedas, hati-hati. Bumbu bebakarannya sudah pedas, apalagi sambal merahnya. Ibu dan bapak pegawainya baik-baik dan ramah-ramah. Dan Pak Nyoman sering menyamar sebagai tukang bakar atau tukang parkir. Tergantung mood-nya mau ke mana. Beberapa kali ke sini, saya sering lihat wisman asyik mengunyah bebek atau ayam sambil huhah-huhah kepedesan.

Nyeh. Surga dunia ternyata segini doang...

7. Bubur Kacang Ijo Madura  

Nah, ini juga makanan ngirit dan tersedia dari jam 18 sampai jam 1 malam, 24/7, kecuali Idul Fitri karena mereka pulang ke Madura sebulan. Saya sedih lho waktu ditinggal mereka mudik )”= Semangkuk bubur kacang hijau hangat komplit dengan ketan hitam, seiris roti tawar dan kanji yang seperti butiran merah lengket—yang saya nggak tahu apa namanya—cuma Rp. 3000. Ditambah kopi sachet segelas Rp. 2000, maka perut dan dompet saya tersenyum bahagia. Kalau masih lapar, mereka juga jual nasi goreng seharga Rp. 7000. Maaf ya, nggak ada fotonya. Tapi kalau penasaran ya datang saja. Deket kok dari Pak Nyoman. Ke arah F.R.E.A.K sebelum perempatan, sebelah kiri jalan. Nah, di situ deh gerobaknya. Sebelahan sama gerobak soto.


8. Rumah Makan Sari Minang  

Saya biasa makan di sini kalau sedang perlu hiburan atau kelaparan banget malam-malam. Warung Padang ini buka mulai jam 9 dan tutup jam 1 malam. Pegawainya ramah-ramah dan lucu-lucu. Pemiliknya, Pak Ketut, juga ramah. Meskipun pemilik, dia tetap bayar kalau makan di warungnya sendiri. Lokasinya di sebelah Indomaret, dari pertigaan SPBU Pengosekan ke arah Lodtunduh, di seberang belokan ke arah Nyuh Kuning. Satu-satunya orang Minang sekaligus chef di situ hanya Bang Joe. Lainnya bli-bli Bali semua. Cemilan favorit saya kerupuk kulit duaribuan dalam bungkus plastik kecil. Kalau menu sih saya suka daun singkong (yang pasti sudah kehabisan lewat jam 1 siang), sayur nangka, dan kikil. Tambah 2 tempe goreng, total Rp. 14.000. Biasanya saya selalu bawa tumbler berisi air putih. Makanya saya jarang beli minum tiap makan. Atau kalau mau gratis ya pesan air putih saja (“arak Bali” kata bli-bli di sini). Kalau sedang tight budget, bilang saja “nasi, 7000”. Nanti kita akan diminta memilih mau dengan telur, perkedel jagung atau tempe/tahu. Karena nasi Padang basic biasanya sudah berisi sayur, kuah dan sambal, harga 7000-pun sudah mengenyangkan. Kenyang Jawa ya, bukan kenyang Bali.

Oh, iya. Parkir kendaraan di sini agak tricky. Ada lahan kosong di sebelahnya, tapi masuknya terhalang trotoar yang lumayan tinggi. Makanya, setiap saya ke sini biasanya saya parkir motor di depan Indomaret. Asal dikunci, aman kok.

Bang Joe, di depan (atau belakang?) mahakaryanya

Saya selalu percaya kalau makanan dinginnya aja enak, apalagi panas. Ini terjadi untuk sate Bu Agung. Letaknya dekat Sari Minang, warung ketiga sebelah bakso. Kamu nggak bakal nyasar karena di depannya ada bakaran sate dengan kipas angin kecil dan sesaji. Sebungkus nasi dengan lawar merah/putih, be kecap, gorengan, dan sate babi boleh dibawa pulang hanya dengan Rp. 10.000-15.000. Ada juga kerupuk babi yang mirip rambak. Bungkus besar dalam plastik setengah kilo hanya Rp. 5000 dan yang kecil Rp. 2000. Bu Agung buka dari jam 10 sampai 22 dan tutup kalau sedang ada upacara.    


Ini pas lima belas rebu!

10. Warung Kanza  

Tahu Asterix dan Obelix? Pasti tahu juga dong kalau mereka asli Galia dan gimana orang sekampung itu semacam terobsesi menjotosi tentara Romawi dan sangat bergairah dengan celeng. Itu juga yang saya rasakan kalau ke Kanza. Dengan hanya Rp. 35.000, sepertiga lebih dikit dari harga di Naughty Nuri’s, saya bisa dapat pork ribs enak komplit dengan sayur dan kentang. Hati-hati sama sambalnya. Bikin nagih!

Kanza ini letaknya di Jalan Andong. Kalau kamu dari Ubud ke arah patung Arjuna, belok kiri. Sampai ketemu SPBU di sebelah kiri, maju terus sekitar 200 m. Kanza ada di sebelah kanan. Tapi jangan ke sini kalau kamu sedang kelaparan berat. Karena kokinya cuma satu merangkap pemilik, kadang masaknya suka lama. Tapi worthy kok.

Uniknya, Kanza ini buka sejak jam 10 dan tutup jika pelanggan terakhir pulang. Pertama kali saya ke sini karena iseng cari makanan tengah malam, saya pulang jam 3 karena asyik ngobrol dengan Bli Komang. Dulu dia mantan bartender yang kebetulan suka masak. Makanya, Mojito bikinannya pun enak. Satu pitcher hanya Rp. 35.000 dengan basis arak Bali.

Nggak cuma babi sih. Di Kanza juga ada ikan bakar (tenggiri bakarnya enak mampus!), dan kalau mau nyemil pesen aja tempe goreng. Nanti dateng deh piring berisi tempe yang diiris tipis semacam French fries dengan cocolan sambal yang bikin adiktif itu. Kalau kamu datang dan bilang temennya Pito, jangan percaya kalo dia cerita yang aneh-aneh tentang saya. Pokoknya jangan!

Before...
After...

Oke, semua poin di atas itu adalah makanan berat dan tempat leyeh-leyeh. Tapi apalah arti makan kalau nggak ada pencuci mulut. Setuju?

Nah, ini daftar tempat cemilan langganan saya di sekitaran Ubud…


11. Roti Bakar Bandung  

Saya sempat dituduh sedang berada di Cicaheum waktu posting foto ini di Instagram. Padahal bapak penjualnya orang Bali. Saya lupa nanya bukanya mulai dan sampai jam berapa, karena biasanya saya ke sini lewat dari jam 19. Biasanya sih kalau Sabtu malam saya nganggur nggak ada yang diapelin dan nggak ngapelin siapa-siapa, ya saya ke sini dulu buat bekal nonton film marathon sampai ketiduran. 

Kalau kamu sedang ada di Ubud dan kepingin RotBakBan, maju saja ke arah patung Arjuna dan cari Mojo’s Flying Buritto di sebelah kiri jalan. Nanti akan ada 3 gerobak (kalau nggak salah) dan Roti Bakar ini salah satunya. Favorit saya? Roti keju susu dibakar kering! 


From Ubud with love. Halah!

12. Confiture Michèle  

Nah, kalau kamu suka selai-selaian, cari aja tempat ini. Dari Pasar Ubud jalan pelan-pelan sambil nengok sebelah kanan sampai ada restoran Nomad. Itu Jalan Gootama. Masuk saja terus sampai hampir mentok. Kalau nemu toko imut sebelah kanan bercat putih di ujung jalan, itu dah Confiture Michèle. Selainya dari macam-macam buah. Pepaya, jambu, mangga, anggur, beneran macam-macam. Kayaknya hanya buah simalakama deh yang nggak dibikin selai sama Bu Michèle. Kalau suka crepes, di sini juga ada. Yang seperti di gambar di bawah, harganya Rp. 10.000, tipker, tipis kering. Selainya bisa milih sendiri mau yang mana. Makannya bisa di luar, duduk di meja dan kursi kayu bercat putih dan whitewashed, atau di dalam ngobrol sama Bu Michèle atau Mbok Wayan. 

Tipker Ceban!

13. Kakiang Bakery  

Nah, kalau yang ini lokasinya seberang Circle K dari Jalan Hanoman ke arah Pengosekan, sebelah kiri jalan. Tempatnya cozy mampus dan banyak tante-tante Jepangnya. Syahdan menurut konon sih pemiliknya orang Jepang. Makanya kue-kue dan roti yang dijual di sini mirip sama yang ada di dorama Jepang atau yang di anime “Yakitate!!”. Bukanya sejak jam 7 dan tutup jam 21. Mbok-mbok pegawainya ramah-ramah. Di lantai dua ada tempat buat merokok dengan beberapa sofa empuk untuk leha-leha sambil WiFi-an.

Menurut mbak-mbakan saya yang dulu sempat kerja di Komaneka (dan sekarang jadi kurator handal, sedang residency di New York sambil liat graffiti-nya Bansky yang bikin saya ngiri berat), paling enak tuh Florentine Cookies, Rp. 50,000/100 gr. Saya sih suka Mango Tart, Rp. 24.000, yang cup-nya dari pastry renyah berisi krim ditutup irisan mangga berlapis jelly. Nggak begitu manis dan nggak bikin eneg, dan paduan krim, kriuk dan segarnya mangga memang adiktif. Menurut teman saya yang orang Polandia, Mango Tart adalah “the best thing I had in my life”.

... dan saya setuju! Ini memang enak!

Jadi, gimana? Sampai kamu baca ini sudah bikin rencana ke Ubud? Siapkan kantong dan jangan lupa ajak saya kalau mau icip-icip. Ditunggu!





Comments

  1. beh, surga !
    saya pikir awalnya td bercerita ttg jeroan Sepeda merk Tokai yg framenya aluminium itu *OOT* :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yg gw tau mah tokai itu antara merk korek dan bahasa slang Betawi untung menyebut telek =P dan menyebut makanan sebagai "bahan tokai" itu emang joke internal banget di keluarga gw. Haha. Maafkan. Tapi bener kan? Makanan kan emang bahan tokai, sebagaimana video bokep adalah bahan coli.
      Oke, ini komentar udah ngelantur. Abaikan kalimat terakhir di atas.

      Delete
  2. pit, gw mah kl ke Bali tinggal makan babi (yg ada dimana-mana itu) juga udh bahagia bahahahahahaha~

    ReplyDelete
  3. Anonymous3:12 PM

    Hmmmm... kangen Bali

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mas Didut:
      Tjih! Murahan kamu, Mas! =P

      Andi:
      Mai melali ke Bali nae dong!

      Delete
  4. Mmmm....I miss Ubud! I used to live there :)

    ReplyDelete
  5. ayo ke Ubud lagi! jangan lupa ntaktir! =P

    ReplyDelete
  6. Woww. Juara deh info nya.
    Lagi di ubud, otw lgsg ke FREAK dan tetangga2nyaa..

    Thumbs up! ;)

    Littlesparkies.blogspot.com

    ReplyDelete
  7. Mbak Widya:
    haha. makasih juga udah baca dan udah rela2nya diarahkan ke tempat2 itu. semoga happy ending ng-Ubud-nya!

    ReplyDelete

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Belahan Dada, Anyone?