E N C O U N T E R

Ini cerita tentang pertemuan, betapa kamu nggak pernah tau siapa yang akan kamu temui di pengkolan depan.

Awalnya adalah kesepian teramat sangat dan mellow pra-haid, ditambah beberapa kejadian yang mendadak membuat isi kepala campur-baur seperti baju kotor dalam mesin cuci. Dan saya apes. Tidak ada kuping tersedia dan tangan terulur untuk saya pegangan. Well, this was not my first time. Begitu pikir saya.

Dan seperti hujan salah musim yang selalu datang tiba-tiba tanpa pertanda, dia menjawab panggilan saya. Dia, lelaki Gemini bertanggal lahir sama dan terakhir saya temui dua tahun lalu, ketika kami merayakan ulang tahunnya dengan... mabuk. Malam kami tandas oleh dua gelas kopi Amerika yang aneh, dua piring nasi goreng sayuran, dan bergelas-gelas teh manis panas lalu menggeletak pada bantal-bantal besar sambil tak putus bercerita hingga matahari menyapa. Serendipity: ketika telinga yang saya cari, malah lidah yang saya temukan. Dan saya alpa. Lupa pada hal-hal membebani dan membuat kepala seperti pekak. Damn.

Lalu salah satu pengusaha rendah hati namun murah senyum membuat saya menemuinya di salah satu warung roti bakar pinggir jalan, dekat dengan tempat saya menaruh pantat. Saya tau, ia datang membawa penat, mengharap sedikit syaraf melonggar melalui obrolan hangat antar kawan-meskipun kami sama-sama belum mandi =P Yang mungkin ia tidak sadar adalah betapa dia mengajarkan saya banyak hal: tentang bermain dengan nasib, tentang determinasi, tentang melakukan semua sedikit-sedikit, dan tentang berkeras hati untuk tidak memaafkan diri sendiri.

Well, then. Tidak ada yang baru, memang. Mungkin apa yang mereka katakan sudah sempat saya dengar dan saya lakukan jutaan kali sebelumnya. Kemudian terlupakan begitu saja. Still, using some reminders won't hurt, though.

Comments

Post a Comment

Wanna lash The Bitch?

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Belahan Dada, Anyone?