Ketika Nafasmu Dzikir, Tidurmu Ibadah, dan Doamu Ijabah...
Sepertinya Ramadhan kali ini saya nggak menang. Masih belum bisa tahan diri. Melakukan pembenaran hanya untuk menenggak segelas air dingin di siang bolong. Masih nggak bisa menggigit lidah. Banyak protes. Kurang bersyukur. Menyimpan api dalam sekam bernama dendam. Etc, etc. Kadang sedih merasa ironisnya hidup. Dulu, jaman masih jauh dari ortu dan sering nggak makan, saya amat sangat menikmati indahnya ibadah dan berlapar-lapar dalam ketiadaan sampai penghujung Hari Raya. Di akhir shalat 2 rakaat, berkumpul bersama saudara seiman di lapangan, saya merasa menang karena berhasil melawan segala keinginan yang sesungguhnya nggak perlu. Saya luruh ketika sadar seluruh isi kitab suci habis terbaca. Nikmatnya... Meski nggak tau mau sahur pake apa dinihari nanti akibat defisit berkepanjangan. Namanya aja freelance berkala. Kala-kala dapet job, kala-kala tidak. Tapi saat itu saya merasa betapa Dia sayang saya. Dia beri teman menyenangkan saat saya jadi Petir di kos. Dia mudahkan makanan ke pint