Posts

Showing posts from June, 2009

HEH?!

Image
So, one twisted mind asked me to unveil seven awesomeness in me. I didn't know why but one thing for sure I just couldn't say no. Seven awesomeness, heh? Here they are: 1. Do you ever wonder why I've got Pito for a nickname yet I'm a girl? It started out one night, two by twenty four hour before a shower to celebrate seven-month-old pregnancy of my mother. And... Voila! There I was... Born. Less than 2 kgs and had to spend 10 days in a small incubator. Now I never question where I get this claustraphobic from. 2. My parents had quite high hope for me. From both Grandpas, Pitoresmi and Pujiningsih were suggested. Both are taken from Javanese. Pitoresmi means 'seven that hopefuly beautiful' while Pujiningsih means 'highest gratitude to the Lord'. Thus, combining those two, it could be said that the baby born is hoped to be beautiful against all the odds and she should be grateful for it. 3. Along the way, I am used to pain. I am not a crybaby. I did not e

About A Dream

Image
Martin Luther King punya mimpi bahwa akan datang suatu masa dimana warna kulit tidak lagi jadi batasan. Berpuluh tahun kemudian seorang warga keturunan Afrika memimpin negaranya. Joan d’Arc pernah bermimpi tentang tanahair bebas merdeka dari penguasaan Inggris. Berabad kemudian mimpinya terwujud, jauh setelah tubuhnya terbakar menjadi abu. Satu hal yang saya pelajari: Orang-orang besar selalu punya mimpi besar. Sementara beberapa hari yang lalu ada seorang perempuan kecil namun lebih dewasa daripada saya menceritakan perihal mimpi yang ingin segera ia wujudkan. Sederhana saja sebenarnya. Tidak perlu darah tertumpah atau nyawa tergadai. Hanya uang yang cukup dan beberapa ketrampilan sederhana untuk mencapainya. Celakanya, dia mengajak saya. “Bayangkan, Pit. Kita punya mobile office sekaligus mobile home. Kita bisa sewaktu-waktu kerja di tengah sawah atau pinggir pantai; di pelosok Cirebon atau Nusa Tenggara Timur. Kamu dengan bahan tulisanmu dan aku dengan rancangan gambarku. Jalan samb

...and I Miss You, Love...

Make room for the pray 'Cause I'm coming in With what I wanna say but It's gonna hurt And I love the pain A breeding ground for hate but... I'm not, not sure, Not too sure how it feels To handle everyday Like the one that just past In the crowds of all the people Remember today I've no respect for you And I miss you love And I miss you love Beberapa bait yang saya curi dari wajah polos namun kencang meneriakkan luka , sempat di'tuduh' sebagai junior Nirvana, dan album-albumnya tidak pernah saya koleksi. Sepasang telinga 'perek' saya tak pernah menyaring bebunyian instrumen maupun suara. Apapun yang mereka tangkap seperti langsung terserap benak dan menjadi data, sewaktu-waktu dapat ditarik kembali jika situasi dan kenangan asosiatif memanggilnya keluar. Pukul tiga pagi ini radio internet memunculkan syair tentang remaja canggung pendiam yang selalu merasa salah tempat. Dan frekuensi otak saya merata dengan mereka, kembali ke masa haid pertama, cinta

Cogito, Ergo Doleo

Image
Ciptaan Tuhan yang mana yang paling kamu suka? Begitu pertanyaan teman saya suatu kali. Dengan cepat saya menjawab: Setan! Kenapa, tanyanya lagi. Karena dia adalah mahluk paling tragis yang pernah tercipta. Dia, tunduk patuh pada kuasaNya, mengakui hanya Dia yang patut disembah, dipatuhi dan ditaati. Sementara semua malaikat bersujud di kaki Adam, hanya Setan yang menolak menjadi rendah di hadapan manusia pertama. Karena dia hanya mau merendah pada Pencipta. Dan apa yang dia dapat? Hukuman tiada akhir hingga kiamat datang untuk selalu menjadi musuhNya. Menguji manusia akan konsistensi terhadap perintah dan larangan hingga batas terakhir. Apa yang dia lakukan? Patuh pada perintah Sang Junjungan, tentu saja! Bukankah itu konsistensi tragis?! Namun bagaimanapun Setan membawa dendam. Itu yang membuatnya tetap dapat menjalankan fungsi sebagai salah satu pewarna dunia. Dengan amarah dan kesumat yang dia bawa kemana-mana, dia janjikan untuk membawa manusia menjadi pengikutnya, menemani ia men

Stupidity Tak Pernah Mati

“I want to shut down my blog.” “Why?” “I just realize that there are a lot of brains that I’ve poisoned. Writer is like a prophet. Writer could never walk away after she writes something. She has to be responsible for the words she wrote and the impact to the brains she infected.” “And how many minds you have opened?” “Well… I fucked them up, okay? Don’t use smoother words. I. Just. Fucked. Them. Up. Period.” “So, what was your intention to write in the first place, after all?” “I just want to throw up, to yell, to unleash the anger into nothingness. I just want to write what I feel…” “And feel what you write. Yada, yada, yada. Heard that shit before. Still you broadcast it in a fucking cyberspace called blog. And still you can’t help it when people love what you write. What do you say, then?” “I just want them to know that I’m exist, a fucked up mind living and breathing somewhere, somehow. I just want them to understand that thinking wh

Journey I

Image
Saya sungguh beruntung. Pagi-pagi buta saya datang di kota yang jalur bis dan angkotnya saya nggak hafal sama sekali. Namun ada seseorang yang belum pernah saya temui sebelumnya menanti di sana dengan sabar. Mengajak saya sarapan, menunggu saya membeli tiket pulang, mengantar saya ke tempat yang saya tuju, dan sama sekali nggak mau saya ganti uang bensinnya. Gilanya, kami seperti sudah kenal lama. Bercerita perihal keluarga, kakak yang jarang pulang, pacar yang beralih ke lain hati, harapan, pekerjaan, dan semua hal yang biasa dibicarakan dua karib. Siangnya, setelah dia harus pulang untuk bekerja, saya bertemu raut teduh pada terik panas Semarang—yang mallnya pun sama panasnya. Akselerasi kami bertukar informasi cepat sekali, karena dia hanya punya waktu satu jam yang dia curi dari jatah menghadap Tuhan mendengarkan khutbah Jumat. Beberapa jam sesudahnya, satu jiwa yang berhasil saya sesatkan melalui tulisan-tulisan sampah disini melenggang santai sambil tersenyum kemudian duduk di sa

A Journey

Image
Tiga cangkir Torajan, Mandheling, dan Robusta Premium Coffee. Satu jam padat bersama seorang kakak mengurai tawa tentang teman dalam tempurung, ganja, anak hiperaktif yang minta adik, dan kesempatan berkantor di tempat baru. Melewatkan dua momen terpenting di pabrik melibatkan jilbab dan tumpeng. Tapi saya tidak menyesal! Mungkin ini yang dinamakan Si Pamei Kurus Gondrong dengan 'perjalanan yang memilih pejalannya': Ketika semua aspek membuatmu dapat melakukannya. Tadinya saya gentar mengingat dana bulanan mendefisit. Namun saya memang a damn filthy lucky bitch, meskipun tidak pernah mendapat semuanya secara gratis. Saat-saat mepet begini ada saja tawaran kerjaan dari klien lama . Ternyata hasilnya lumayan, bisa untuk ongkos bolak-balik naik kereta eksekutif. Tadinya saya takut nyasar menemui klien lama yang sudah berbilang tahun saya berkirim naskah lewat email tanpa pernah tau seperti apa bentuk dan rupanya. Namun seorang malaikat dikirimkan untuk saya. Dan dia mengirim mala

Hear Me Out!

Image
For this, I could bet my ass off. At least we could mingle with interesting person there, like Pol Pot, Leopold von Sacher-Masoch, Marquis de Sade, Dante, Nero, Hitler, and all of the war criminals and psycho ever living and breathing. Sounds fun... Haha! Gambar dicolong semena-mena dari tag Kak Dontjeh di Facebook untuk saya. Thanks, Bro! I'll see you when you get there!!!

Nggak Penting

Saya mau cerita tentang rak sepatu. Pada tiap-tiap pintu yang sejajar dengan kamar saya, di sebelahnya terdapat minimal satu rak sepatu. Mbak Bunga, kamar paling ujung, bahkan punya dua. Total lima belas pasang, terdiri dari selop-selop cantik dan sandal terbuka. Ditambah sandal jelek dua pasang untuk pergi ke kamar mandi maupun belanja sayur. Karena beliau bekerja sebagai corporate secretary, bisa kebayang tampilannya feminin dan chic meskipun sudah lama berjilbab. Sebelah saya persis, Mbak Lisa, nggak begitu suka koleksi sepatu. Jadi, raknya juga sepi. Sekretaris firma hukum ayu, kenes, berkacamata ini hanya punya dua pasang sepatu model ballerina yang nggak neko-neko dan dia pakai hampir tiap hari. Jika kadang harus meeting dengan boss besar, paling banter dia hanya mengenakan flat shoes formal warna hitam dengan hiasan pita kecil di atasnya. Tapi dia punya sepasang peep toe seksi warna hitam dan dua pasang sandal trepes yang biasa dia pakai jalan-jalan. Jadi total ada enam pasang

Missing You....

Image
Han, Sebagaimana Karen Armstrong berucap bahwa bahkan jika kuda bisa membuat gambarMu maka Kau pun akan berwujud sepertinya, izinkan aku menyapaMu di penghujung malam melalui tuts keyboard seputih susu hangat yang menyertaiku meniti lelap. Aku lelah menjadi bodoh, dikuasai asumsi dan prasangka tanpa berdaya menelusur fakta. Meski aku menggugat jawab, pertanyaan tak sempat terlontar pada lisan karena ketololan membuat otakku beku dan Google kelu. Ini masalah hati, Han. Hati yang menanting dendam kemana-mana meski selalu kutekan hingga hidungnya melesak menentang aspal. Hati yang culas karena menjejak kepala orang lain sebagai undakan untuk sampai ke tempat paling tinggi. Hati yang busuk bernanah karena kebencian menggelegar. Hati yang tak lagi merah marun indah karena hitam tersulut kesumat. Sebagai sahabat, apa Kau bisa membuat benak keledaiku rekah menciptakan padma hijau terang keunguan berkelopak seribu yang mirip mahkota Biksu Tong? Atau tarafku hanya sampai Go Kong, berwajah kera

Freedom of Speech, Anyone?

Image
Saya akui mulut saya sampah. Pikiran saya sedekil brutu babon baru turun petarangan setelah tuntas mengeram berhari-hari lalu berhajat. Jari saya nggak kapok mengetikkan tai. Telinga saya nggak berhenti mendengar suara setan. Namun semua saya lakukan di rumah saya sendiri. Dan apapun yang saya tanggung karenanya, saya terima dengan kepala tegak. Bales, kalo perlu. Tapi saya risih mendengar orang terlalu sering mengeluh. Bagi saya, you are what you choose and I respect you ONLY if you live the consequences without nagging like a fucked-up, retarded baby. Saya lebih menghargai mereka yang jatuh-bangun dan babak bundas sendirian ketimbang mereka yang ribut mengaduh hanya karena lecet selarik. Seperti beberapa teman yang saya blok dari Facebook hanya karena saya gatal membaca update status tentang sakit maag, patah hati, pacar yang pergi, dan kaki terkilir karena nekat ber-high heel. Namun ketika mengeluh mempertanyakan hak bahkan tanpa menggugat membuatmu masuk penjara... saya ada di be

One Simple Pray

Image
Now I lay me down to sleep, I pray the Lord my soul to keep; If I die before I wake, I pray the Lord to avenge my enemies without mercy. Amen. Rock on, God!

237 Entri dan Satunya Cache

... and what did you get after all the bruises, anger, restlessness and pain? Play another game? ABSOFUCKIN'LUTELY! Tee. Hee. Hee.

Disclaimer, lagi

Once upon a time, ada seorang perempuan yang (katanya) nge-fans sama saya (nggak ngaku bakal nggak bisa pipis kamu seumur idup!!!). Gara-gara blog bangsat ini, beliau jadi sering protes, sering sebel dan sering SMS saya kalo lagi kancilen. One day dia harus pergi ke Kalimantan hanya karena dia seneng jalan-jalan dan pengen keluar Jawa. Saya rada kaget juga tau dia udah nyebrang tanpa pemberitahuan. Yah, emang saya juga nggak penting-penting banget sih sampe harus dikasihtau. Intinya, dia protes lagi. Meskipun belum berbilang bulan dia di Kalimantan. Katanya tempat dia tinggal sekarang nggak ada warnet, sinyal sering ilang, dan dia kesusahan buka halaman muntah-muntah ini dari hape bututnya karena ADA CONTENT WARNINGNYA. Begini, ya. Saya pasang peringatan itu karena saya selalu 'disampahin' sama pengunjung. Lha suka-suka saya to mau nulis sekasar apa asal nggak merujuk pada satu nama?! Kalo emang nggak suka ya tinggal di klik aja itu tanda X di pojok kanan (kalok pake Windows. N

Family Matters

Baru di ujung gang, saya lihat tukang ketoprak sibuk pada gerobaknya tepat di depan rumah. Padahal Babab sedang berapi-api menjelaskan pembelaannya ketika saya teriak dari belakang Thunder merah, “Babab bauuuuu!!!”. Ibu pasti nggak sempat masak. Padahal saya pulang karena kangen masakan rumah. Mie Ayam dan Gado-gado, makanan pokok saya tiap hari, perlu didetoks oleh makanan layak dibumbui cinta Ibu yang sekarang potongan rambutnya mirip inang-inang Batak. Sayang, ngomongnya masih Betawi logat Jawa. Meskipun sudah jago bikin arsik halal. Turun dari motor, saya hanya sempat mencopot sepatu trekking kesayangan, melepas kaus kaki, lalu bersih-bersih seadanya ketika ketoprak pesanan saya datang. Kami makan bersama di ruang tengah. Saya, Icha, Ibu, Babab, dan Hasan sepupu saya. Anak dari abang Ibu, Pakdhe yang agoraphobia. Lewat pukul dua belas malam dan kami mentertawakan Hasan yang gaya-gayaan jalan kaki lebih dari empat kilo karena dipikirnya Angkot masih lewat jam sebelas. Dia satu-satun