Posts

Showing posts from July, 2008

Melankoli

Pagi. Sendiri. Merasa mati. Hasilnya? Ini! Tunggu Lima menit Disitu Aku akan cari Lang Ling Lung Dan aku akan bilang: "Tolong hentikan waktu-bukan aku bukan dia- saat aku bersamanya" Sayang, aku hanya bisa mencampakkan buku Donal Bebek tua ke keranjang sampah (Tahan. Sisa hari tidak seperti Jisamsu yang berat dan panjang dan lama) -- Kumaki waktu yang mulur-lengket s eperti tahi dari genjer terdigesti berlarik liris pada lagu Gerwani Kala yang terkadang pejal mampat ujung ke pangkal Seperti orgasme quickie di kamar mandi dosen dan mahasiswi Ada ribuan detik sepi berderik pada engsel-engsel malam membawa kelam dan suram Jutaan dendam Milikku (tak kusangka kesunyian bisa sepekak ini) Aku mabuk waktu. Hik.

Jakarta. Lagi

Saya senang bertandang ke pasar tradisional dinihari saat orang-orang terlelap dalam mimpi. Meskipun aroma tak karuan bercampur, antara sayuran busuk, ikan asin, amis daging, dan seruap otak-otak mentah, saya masih tetap bisa menikmati kopi berjam-jam dan bergelas-gelas di salah sebuah warung, menyendiri dan mendengarkan kesibukan. Namun saya nggak tahan sama premannya. Di lorong masuk ke kamar kecil, oleh seorang preman gondrong-dekil-sok-galak-dan-kerempeng saya dikomentari sebagai pembawa tanda akhir zaman karena berlagak seperti laki-laki dengan rambut pendek dan rokok di tangan. Saya berbalik dan menantang matanya, kemudian menyumpal telinga saya dengan Muhammad Marxianus Samsul Al-Ramadhani keras-keras sambil menunggu Jin Laknat selesai berhajat. Oh, sambil tetap mengepulkan asap, tentu. Jangan lupa. Dengan gaya Bitchy. Haha! (Anjing lah! Untung gwa nggak digebugin!) Karena iseng Sabtu Malam tidak bisa tidur, pukul dua pagi saya sudah berada di Pasar Minggu, melarut bersama or

Bendera Saya Setengah Tiang

Bisakah kau kehilangan apa yang sebenarnya tidak pernah kau miliki? Tadinya saya pikir tidak mungkin ada kondisi seperti itu. Yet, experiencing is believing and I've lived to tell you this. Sejam yang lalu saya masih terbengong-bengong dan merasa percakapan pada ponsel yang baru saya akhiri adalah mimpi, mencoba mencerap kata demi kata dari orang asing berlogat Bali yang berkawan akrab dengan nya beberapa tahun terakhir mereka bekerja sekantor. Sebut saja namanya Oka, dengan terbata-bata menahan haru, bercerita tentang dia yang kerap menyampahi inbox saya dengan SMS tak masuk akal hingga saya harus sering 'nyapu'; yang rajin menemani malam-malam tanpa lelap dengan diskusi lewat telepon hingga saya tertidur selepas Subuh; yang mengejutkan Senin saya dengan paket kaos dan cemilan; dan terdiam lama tanpa jawab saat saya bertanya 'How do you feel about me?'. Dia tiada. Setelah dua hari dirawat di rumah sakit, gegar otak yang tidak terdeteksi merenggutnya di usia yang m

Tentang Kehilangan

Nduk, Aku begadang lagi, mengabaikan lelehan ingus yang makin mendera hidung dan membuat susah bernafas tanpa mengindahkan pening di kepala. Berteman seorang penyendiri, meniada diantara jejeran rak pemancar radiasi ribuan kwh, mencoba mengisi lowong yang mendadak terasa sesak sementara telinga terhantam dentam dan nyalak yang bikin pekak. Ini adalah salah satu malam dimana aura sewarna kembang sepatu pada pagar sekolah dasar pinggir Jakarta saat langit menjelang senja di Sabtu malam. Familier, menyamankan, namun tetap ditinggalkan. Baru kemarin rasanya aku kembali belajar menjalani multitasking tergila, bergerak antara waktu publik dan waktu langit dalam alur simultan, melatih seluruh indra bagaimana merasakan lagi sedikit asketisme dalam kadarnya yang paling sederhana, melakukan perjalanan ulang-alik dalam setiap detak jantung. Namun yang paling gila adalah di saat yang sama itu pun aku merasakan uforia luar biasa atas suatu kejadian semu dimana penindasan kembali terjadi dalam kondi

Hey Han!

Kenapa rasanya kosong sekali?

Pro: Someone

Buaya laki-laki tidak selalu lebih berbahaya daripada buaya perempuan Terimakasih, terimakasih, terimakasih untuk paket kaos dan cemilan. Sebenernya nggak usah diselipin gitu kamu selalu jadi malaikat pembuat kenyang lho. Eh, tapi aku kok ngerasa yang kamu pilihin itu berdasarkan pengalaman pribadi yah? Haha!

Between Romanticizing and Ngising

Person 1 Night xxx1: Hey, pulang. Jangan kerja terus. Gwa lagi packing ni, mendadak disuruh ke luar kota ama bos. Dem Me: Iya, ini bentar lagi juga kelar. Errr... mo mana? xxx1: Aceh. Cuma 4 hari koq. Besok pagi brangkat. Ntar Senen juga ketemu lagi. Tapi dadakannya ini gwa eneg banget Me: Ya anggap aja jalan2. Eh, kopi Aceh ya, ama dodol. Pake ganja! xxx1: Siap! Kalo sempet ya. Soalnya jadwal padet banget ni Me: K. Gwa dah slesai ni. Mo cabz. Take care, U xxx1: Have a great nite ya. Mwah! Morning xxx1: Pagi, say. Gimana tidurnya? Enak? Me: Hey! Morning 2 U 2 (= Lumayan la, dapet 4 jam kek biasa. Gimana Aceh? Menyenangkan? xxx1: Udah getting better ketimbang 6 bln lalu gwa kesini. Nanti sore mo cari pesenan lo nih. Katanya susah. Bingung juga kalo ntar ditangkep aparat Me: Yawda, sebisa lo aja. Yang penting mah Kopi Aceh la sekilo. Yah, yah, yah... xxx1: Buat lo apa sih yang nggak? Haha! Gombal banget ya gwa =P Me: Gwa dah biasa digombalin. Ga mempan kalo cuma segitu doank. Coba lagi y

Protes

Melalui ' Tuhan Sembilan Senti '-nya Taufik Ismail lagi-lagi saya 'ditegur sayang' oleh seorang kawan lama karena dia paling antipati pada kebiasaan saya merokok. Ya, saya mencoba berprasangka baik bahwa apa yang dia lakukan adalah demi kebaikan saya dan karena dia peduli pada saya. Sebagaimana pejalan kaki di sekitaran Bundaran Senayan yang memandang simpati pada pengemis tua di pintu masuk STC dan melemparkan sekeping limaratusan padahal bapak itu amat sangat lemahnya hingga berjalan membeli makan pun dia tidak kuat. Iya, persis seperti itu. Saya berusaha memahami puisi penyair senior ini dengan amat sangat lapang dada (meskipun sekarang memang sedang sesak karena terlalu banyak merokok dan flu dua minggu yang belum sembuh juga). Begini. Sama halnya dengan seluruh ciptaan manusia di dunia, rokok memiliki dua sifat baik dan buruk. Misalnya, pisau yang tercipta untuk memotong makanan (dan berakhir di dada seorang istri bersimbah darah ketika sang suami kalap memergokiny

Texting Romance

Morning Him: Non, mo ikut ga? Nanti resepsinya Jon jam 3 sore. Tapi aqiqahan dulu di kantor. Jam 9 harus udah siap ya. Tak jemput Me: Dresscode? Rok batik gpp? Tapi sepatunya sneaker ya? Xixi... Him: Wes, pakek kerudung aja. Aman, ga bakal ditilang pulisi Me: Gak nduwe )= Eh, kita kan begadangan tuh, mripate wes koyok burung hantu. Mecing2an yuh Him: Lha ya jelas, wong ra tau turu mbengi. Le durung subuh durung turu. Eh, mecing piye? Me: Kamu pake PDL sama celana kulit. Atasane kemeja item. Aku tak pake boots sama gaun item. Tak pake chocker spike juga. Kan asik tu, kek mo nonton konser Marilyn Manson. Heboh pasti! Him: Bedez gendeng. Eh, ga jadi jemput wes. Masih sakit kan? Me: Gpp koq. Sakitnya karna kurang jalan2 Him: Lha penyiksaan namanya kalo sakit masih tak ajak. Mbok ke dokter. Tak anter po? Me: Males. Ndak doktere tambah sugih. Ini udah digelontor kunirasem+madu, jus mangga, makan serius, sama vit c dosis tinggi Him: Nek 1 x 12 jam belum sembuh tak gotong ke Balian Karangasem

Being A Brave One

There's plenty of ways to die, but you've got to figure out a way to live. Neil Jordan 's The Brave One Siang terik dengan nyeri haid, sedikit demam, hidung tersumbat dan kepala pening karena flu berat, lagi-lagi saya salah pilih film. Bersetting di The Big Apple , Erica Bain yang diperankan Tante Jodie, punya a tall-dark-handsome-and-oh-so-sexy lover bernama David Kirmani (I never knew Indian could be this hot, considering the ol' Shahrukh ...). Mereka 'dikerjain' beberapa berandal dan berakhir dengan sekujur tubuh babak belur, Erica koma tiga minggu dan Si Ganteng David pergi ke alam baka. Erica, sadar bahwa belahan jiwanya tiada, terguncang hebat. Akhirnya dia cari keadilannya sendiri berbekal sepucuk pistol tanpa lisensi, berubah dari korban menjadi pelaku. Cerita diakhiri dengan tuntasnya dendam Erica yang berhasil memuntahkan peluru panas ke tenggorokan si tokoh jahat melalui pistol yang dipinjamkan detektif simpatik Mercer. Edan, karena disini penegak huk

Pada Suatu Ketika

Me: Dhe? Him: Ya? Me: Why does it hurt? Him: Nggak tau Me: Tapi kan dia yang patah hati, kenapa dada gwa sesak dan sakit sampe sekarang? Him: Lha kamu maunya gimana? Me: Pengennya seneng, soalnya dia udah nggak bareng si sundal yang cuma bisa main-main sama hati dan hidupnya itu. I really hate dat slut! Him: Jangan gampang 'I hate-I hate' kenapa sih?! Udah... Biarin aja dulu Me: Ampe berapa lama didieminnya? Nggak bisa pake cara instan gitu? Him: Maksudnya didiemin dulu itu supaya ketauan penyebab dadamu terasa sesak dan sakit itu kenapa. Siapa tau itu cuma impuls-impuls aja. Kalo perlu kamu meditasi. Atau jangan-jangan kamu pake kutang kekecilan? =)) Me: Asu Me: *sigh* What should I do now? Him: Rileks. Kalo eneg ya udah, terima aja. Nggak usah mikir macem-macem dulu Me: But I don't like this feeling. It's annoying. Nggak bisa ditanggulangi po? Him: Kamu harus belajar membiarkan sesuatu membuka dirinya sendiri. Jangan dipaksa-paksa Him: Mending fokus ke dia, bantu dia