Bendera Saya Setengah Tiang

Bisakah kau kehilangan apa yang sebenarnya tidak pernah kau miliki? Tadinya saya pikir tidak mungkin ada kondisi seperti itu. Yet, experiencing is believing and I've lived to tell you this.

Sejam yang lalu saya masih terbengong-bengong dan merasa percakapan pada ponsel yang baru saya akhiri adalah mimpi, mencoba mencerap kata demi kata dari orang asing berlogat Bali yang berkawan akrab dengannya beberapa tahun terakhir mereka bekerja sekantor. Sebut saja namanya Oka, dengan terbata-bata menahan haru, bercerita tentang dia yang kerap menyampahi inbox saya dengan SMS tak masuk akal hingga saya harus sering 'nyapu'; yang rajin menemani malam-malam tanpa lelap dengan diskusi lewat telepon hingga saya tertidur selepas Subuh; yang mengejutkan Senin saya dengan paket kaos dan cemilan; dan terdiam lama tanpa jawab saat saya bertanya 'How do you feel about me?'.

Dia tiada. Setelah dua hari dirawat di rumah sakit, gegar otak yang tidak terdeteksi merenggutnya di usia yang masih dua lima. Namun yang membuat trenyuh adalah dia sering mengigaukan nama saya. Karena itulah Oka mengerti cerita tentang saya dan dia karena kebetulan hanya Oka yang berjaga setiap Si Akang memanggil saya dalam tidur, bukan calon istrinya yang akan dinikahi November nanti. Karena kaget, Oka bertanya setelah sahabatnya terbangun. Dengan menghela nafas berat dan dalam akhirnya terbuncahlah semua kisah yang terjalin asal-asalan, dari awal hingga akhir. Timing yang tepat, karena tidak lama kemudian keluarga dan calon istrinya datang langsung dari Jawa dan terus berada di sisinya hingga maut merenggut. Seperti pertanda, dia meminta Oka menyimpan cerita ini sendiri dan memberitahukan pada saya jika keadaannya bertambah buruk. "Kamu bisa liat nomernya di ponselku, namanya yang paling banyak di call historyku," kata Oka menirukan omongannya ketika saya bertanya bagaimana dia tahu kemana menghubungi saya. Dia juga berpesan agar Oka menghapus semua SMS dan jejak saya jika nanti dia sudah tidak kuat lagi melakukannya sendiri. Dia hanya tidak ingin Adindanya membawa luka saat dia sudah tidak di sisinya lagi.

Saya tidak pernah tau motornya diserempet truk yang kabur ketika jalanan sepi dinihari sementara dia terpental tanpa helm dengan kaki patah saat hendak membeli rokok. Yang saya tau, hingga saya menerima kabar ini, SMS dan email balasannya tidak se-intens biasa. Dan ketika saya ingat-ingat, pada jam dia kecelakaan, dia hanya meminta saya untuk cepat-cepat tidur karena beberapa teman mengajaknya keluar dan dia tidak bisa mengawal saya hingga lelap. Dia tidak menelepon saya dua malam terakhir meski saya terburu-buru pulang dari acara di pabrik hanya untuk dia. Saya marah dan menuntut jawaban. Yang tidak saya duga seperti ini jadinya.

Gaun yang saya beli dan akan saya kenakan pada pernikahannya tidak akan pernah dia lihat. Mungkin ini lebih baik, karena dia pun tidak akan pernah melihat seberapa cantik perempuan yang telah dipacarinya lima tahun itu nanti dalam balutan kebaya putih saat mereka mengikat janji sehidup semati. Saya juga tidak akan bisa menghadiahkan nama untuk putrinya. Tidak akan bisa merekomendasikan buku apa yang pantas bagi anak-anaknya kelak. Saya hanya berharap semoga perempuan calon istrinya itu berhati baja dan bisa menerima kehilangan sebesar ini.

Istirahat yang tenang, Akang. May you finally find what you're looking for. Jika kau ingin berkunjung, pastikan aku terjaga dan tidak sedang bermimpi.

[... dan entah kenapa air mata ini titik saat baris-baris terakhir tertumpah diiringi Sting melagu King of Pain...]

Comments

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Belahan Dada, Anyone?