Posts

Showing posts from March, 2007

Yang Saya Minta Cuma Itu

Sebut saya dalam setiap doa dan harapan, pada semua Tuhan semua agama yang dipercaya maupun tidak. Pikirkan saya dalam setiap hal positif yang akan dipersatukan semesta dan sepersekian nano-nya bakal tersalur ke saya. Ingat saya dalam sebuah mimpi indah dimana semua mahluk bisa bebas mengakses informasi dan berkuasa penuh atas kehendaknya tanpa mencederai hak orang lain (dan tidak ada sinetron, tentunya). Kenang saya dalam senyum dan mari kita mentertawakan kebodohan, kesalahan, kekecewaan dan sakit yang pernah saya lakukan dan alami. Masukkan saya dalam relung hati terdalam, hampir terlupakan, tapi akan (berusaha) selalu ada jika diperlukan. Hidupkan saya dengan cerita indah dan pedih. Bahagiakan saya dalam setiap proses. Jernihkan saya yang buram. Kaburkan saya yang muram. Karena apa yang akan saya lakukan adalah bukan untuk saya. [So help me God] Ini sungguh jurnal dan refleksi harian untuk apa yang akan saya kerjakan di bulan-bulan mendatang. ps: To Mamih My Germo, gwa tau, ada sa

The Price I've Got to Pay

... for being somebody's secret mate on his journey to the next end: Unrecognized, unknown, unadmitted and unlisted even in his website. He has me only in his head. Feels like unexsist even to a man who says 'I need you', 'I feel like I have you', and 'don't go'. Very well, then. This is a shout of protest to you about how you assassin my character. Or a sheer jealousy on how you put underage nobody in the list while I'm not. Haha! Yet, I understand. I DO really understand, since what we have is just what it is. Sad but true. Kek lagu metalikah. *sigh* ...and this post still bears the mark of...

I 'Miss' You...

Image
Jadi gini... Hari Jumat kemaren adalah puncak missunderstanding gwa dan temen seruangan sejak beberapa hari sebelumnya dan ujungnya kita diem-dieman. Karena gwa merasa punya dosa ama dia dan berusaha menghargai rasa sebelnya, ya gwa anteng aja kalo dia nggak ngomong duluan. Begitu terus... ampe beliau pulang. Lalu Selasa kemaren... I've done a lot of thinking selama long weekend (dengan cara bermalas-malasan di kamar kos selama hampir 2 hari penuh, menghabiskan 3 buku. Dipanggang dan dikecapin) dan berusaha menyemangati diri kalo hari ini Selasa dan bukan Senin, thus, nggak ada alasan untuk I Hate Monday. Si Maz juga amat sangat ngerepotin, sementara 'mainan-mainan' gwa begitu demanding tenggatnya. Jadi gwa dipaksa buat punya energi lebih. The truth is: Gwa ga pernah merasa se-multitasking itu sampe hari ini. Tapi ya... kok asik aja ya? Ini yang asli. Emang cuma segini! Padahal waktu gwa berangkat, 'What If's tu nggak abis-abis. Apalagi asumsi-asumsi yang (sok) ber

A Shoutout to 844 Graduates

Hey, kalian... Inget nggak? Dulu kita sering ngobrolin ksatria gagah berbaju zirah mengkilap dalam bentuk laki-laki ngemong, penyayang, tanggung jawab dan punya visi dan misi sama dalam menjalani hidup yang datang dan membuat utuh jiwa kita yang separuh. Sempat suatu waktu kita mencetuskan gagasan-gagasan cemerlang mengenai bagaimana memperbaiki sistem negara yang bobrok disela-sela kegemasan kita 'mencabuti anggota tubuh halus yang tidak diinginkan'. Lalu pernah kita bermalam di reservoir lantai tiga, berandai-andai akan jadi apa kamu dan saya nantinya sepuluh tahun mendatang sambil melihat bintang hingga adzan berkumandang. (Dan reservoir yang sama tidak hanya jadi saksi bisu tentang hati yang patah, mimpi tak terjangkau, tujuan yang gagal, dan airmata yang menyertai, tapi juga monumen penyembuhan bagi semua luka.) Tanpa kenal capek, kita sering 'hunting' diskon baju dalam yang kita sepakati sebagai peninggi kepercayaan diri perempuan. Meski nggak keliatan. Kemudian

The Value of Human Being

Okay. Dia ganteng. Hanya dalam sekali lirik, semua perempuan suka sama gaya dan tampangnya yang kalem dan cool. Dimanapun, semua mata melihatnya. Yang lelaki karena (mungkin) iri sama pembawaan dan sex appeal yang memikat macam Adonis, membuat berpalingnya kepala-kepala entah milik perempuan heterosexual maupun lelaki yang... yah... gitu deh. Tapi di kumpulannya sendiri dia tersisih, despite pengetahuan, posisi, status sosial dan 'isi' otaknya sekalipun. Bahkan ada beberapa orang yang berani mengancam secara fisik tanpa dia tau kesalahannya. Apa mungkin hanya karena dia ganteng? Well, then. Beauty kills. Even when it happens to a man. But there is more to life than just a look. There are things unrevealed with a sheer glance in the corner of the eyes. Dan itu yang selalu gwa cari tau dalam (hampir) setiap pribadi. Masing-masing punya nilai yang lebih dari sekedar muka cakeup, tampang keren dan dandanan modis. Mereka juga punya ketakutan. Dan mimpi. Gwa amat sangat kagetnya keti

Ngomyang

To have one foot on the ground while the other is stepping on the cloud is one thing. The other one is how to make it balance. ... and I try to enjoy every single minute of it... [nggak percuma, Bro, lo ngehajar gwa sebulan penuh melalui telpon tanpa putus yang bikin otak, hati, jiwa, rasa dan raga jadi panas] Dearest Emak... Cepet sembuh yah dari sakit apapun itu. Janji... nggak nakal lagi deh! *crossing fingers*

Resep Meresep

Berikut resep-resep hot beverages yang enak (menurut gwa): Note! Karena gwa anak kos yang ga kuat beli bahan tokai dan bahan urine mahal-mahal, jadi yang dipake yang kebeli aje yeh... Cocoa Milk 2 1/2 sendok makan susu bubuk instant 2 1/2 sendok makan cocoa powder (kalo nemu yg merk Hershey enak pisan tu!) 1/2 sendok makan gula pasir Campur, aduk ampe rata, seduh pakek aer mendidih 1 mug Kopi! (Apapun kecuali Kopi Sorong. Tapi takaran berikut sangat dianjurkan buat yang mo bunuh diri pakek kopi itu) 1 sendok makan kopi bubuk (lebih enak Kopi Toraja ato Kopi Aroma Robusta) 1/4 sendok makan gula pasir (kalo mau terbunuh jangan pake gula dan minum sehari 7 gelas) 1 mug AIR MENDIDIH Nyeduhnya: Masukin gula dulu baru kopinya. Buat gwa bau kopi kena aer panas itu seger. Nendang banget! PENTING : Kopi bubuk harus diseduh pakek aer mendidih biar matengnya enak dan cepet 'naek' (halah!). Tunggu sampe ampas kopinya turun (5 menitan) baru deh... Hajarrrrrrr!!! (Ini) Teh(,) Susu(...) 1 sen

An Employee Has Gone Insane

Teman tidak kasat mata itu bertanya, "Lu kerja nyari apa, Pit?" Dengan angkuh saya menjawab, "Gwa kerja cari kepuasan karena tiap pagi gwa berangkat ngantor adalah tantangan, berhasil nggak gwa pulang dengan selamat dan bisa berangkat lagi besoknya setelah melacur mengerjakan sesuatu yang sebenernya bukan 'gwa'." "Emang kepuasan bisa beli beras?" "Nggak. Tapi ketika tantangan terpenuhi kompensasinya bisa buat beli beras." Lalu saran dari dia ketika gwa sempat mengeluh nggak betah berada dalam ruangan dari pagi hingga petang. "Lho? Kamu mau kerja dimana lagi yang bisa seenak sekarang? Bisa pake piyama dan celana pendek, nyendal, nyantai ama bos, ampe dibeliin kasur segala buat tidur..." "Tapi kan tetep, judulnya di ruangan dari pagi ampe sore. Sering bete. Pengen mrilens lagi..." "Nanti ga bisa beli sepatu dan kaos lagi..." "Yah elah. Kalo lo bisa nyomblangin gwa dapet klien kan tetep bisa kebeli."

Some Good Points Taken

Someone said that he is a lucky bastard because he has me as his everything he wants me to be. I say that I am a lucky bitch because he turns to me in his oddest times so I feel grateful for whatever I am now. Hey...It's only a matter of viewpoint, right? You are what you think you are and I'm thinking to be what I am now. (=

The Vow of Secrecy

Malam, cuaca berhujan menusuk sendi. Suara Ebiet G. Ade (bah!) mengalir sendu dari playlist MP3 kafe tempat kami berteduh setelah salah satu band lokal selesai diaudisi. Di seberang meja duduk orang terkasih (whose path crosses mine in one of our lifestages) bersajen bir dingin, kopi, sepiring kentang goreng dan dua bungkus rokok. Di kepala melintas satu kata tidak beraturan tanpa makna, dan saraf motorik conthong berucap tanpa bisa dicegah, "********** itu password imel lo ye?" Salah satu mahluk ajaib yang pernah diciptakan Tuhan itu tersentak. Matanya terbelalak kaget dan mulutnya membentuk huruf 'O' besar (dan saat itu keajaibannya hampir lenyap). "Kok lo tau?! Tadi ngintip ya?!" "Nggak. Mata gwa kan straight to your face, nggak ngelirik keyboard sama sekali waktu lo masukin pass. Dan ngintip password orang tu buat gwa adalah perbuatan ter-chicken sepanjang sejarah. Gwa nggak tau, mak bedunduk ujug-ujug aja tu kata sreeeeeet nongol di otak gwa.&quo

For a Wedding and a Funeral

So be it. There is a wedding to attend so that the happy couple could come to my funeral one day. That's what is all about. But there is also a fuss in attending it: Wearing the (not so) traditional outfit. Yes, that's right. Kebaya. I've got to wake at 4 (since the vow was at 8 and I was among the first to be tortured by make up and hairspray. They can't wait to be marry, those future man and wife) while I could closed my eyes at 2; hung around with sassy aunts (whom I didn't know exactly from whose side they came from) commenting how big I was and how ridiculuous I would be amidst the ellegant, charming, sparkling guests and bride and groom (and gasped in seeing how perfectly and femininely different I was after all); dressed up in tight clothes and fancy slippers that had made my limbs impaired; stood still and kept my big smiles ready for the visitors while some unknown, distant, mid-aged uncles feast on my bare shoulders; keep my spit in my mouth seeing 'ou

Such a Nice Woods Indeed...

Stopping by Woods on a Snowy Evening Whose woods these are I think I know, His house is in the village though. He will not see me stopping here, To watch his woods fill up with snow. My little horse must think it queer, To stop without a farmhouse near, Between the woods and frozen lake, The darkest evening of the year. He gives his harness bells a shake, To ask if there is some mistake. The only other sound's the sweep, Of easy wind and downy flake. The woods are lovely, dark and deep, But I have promises to keep, And miles to go before I sleep, And miles to go before I sleep. -- Robert Frost Rasanya nyaman, dingin-dingin gimanaaa gitu kalo mbaca puisinya Eyang Frost ini. Padahal mental picture gwa adalah di kelas Poetry I, bete, liat kumisnya Pak Sarwoto dengan Javling -nya yang nggak nguatin, siang-siang, laper, bawaannya pengen kabur ke kantin dan ngerokok-ngerokok bareng Pak Pri atau Pak Uban (penjaga kampus yang gwa ga tau namanya tapi dia selalu menganggap gwa anak nakal y

Perihal Kacang

Oh! jadi gitu?! Kalo gwa yang lama respon maka itu bernama KACANG SESSION, sedangkan kalo elu yg lama itu akibat so many things in your head. Haha! *DEZIGH!* (sabar... sabar...) sungguh. ini bukan marah. cuma impuls emosi ga jelas antara mo murka dan pen boker.

A Letter for the Insomniacs

Hi, Mbak dan Mas ! Terimakasih atas kerelaannya membolehkan surat kalian tak posting disini sebagai bahan tulisan. Saya merasa kalian dekat sekali. Dan ini jawaban saya, meski sebenarnya juga nggak lebih dari curhat. Kalian tau nggak? Ternyata memberi dan membiarkan semuanya mengalir bersama arus itu menyenangkan. Nggak kesusu dan nggak ngoyo itu nikmat. Mencermati tiap gerakan dan kejadian dari sebuah proses--entah panjang atau pendek--adalah sebuah anugrah, meski perih dan berdarah-darah. Mungkin saya sama dengan kamu, Mbak, menjadi masokis sejati yang kebal terhadap sakit dan malah menikmatinya. Dan begitu yang dikatakan salah satu 'Angel' yang selalu setia berbagi pada saya meski jauh. Seperti kalian. Tapi sungguh! Rasa itu tidak terkatakan, ketika kita melihat orang-orang terkasih beranjak ke jenjang berikut, melihatnya mengumpulkan kepingan-kepingan puzzle yang terdiri dari darah, daging, airmata, energi dan waktu kita, kemudian mencermatinya menyusun keping itu satu

Vagina Luka

Rasanya saya ingin menukar apa yang ada di antara selangkang ini dengan sebentuk daging panjang dan aneh bernama penis. Mengapa? Karena penis berhak memilih. Tiap penis beranjak dewasa kemampuan merasakan sensasi nikmat pun bertambah meski luka, sementara vagina hanya mengalami luka. Titik. Bila kamu berpenis, maka menyatakan perasaan yang terpendam dalam dada adalah jantan. Dengan penis, maka memaki, menulis, berbuat sekotor dan sebrengsek apapun, bukanlah tabu. Penis adalah piala, pemenang, penakluk, tegak gagah dalam keangkuhannya, sementata vagina hanya sebentuk daging busuk runduk yang terjepit, licin, berdarah, menggelikan sekaligus menyedihkan. Tapi saya hanya berandai-andai. Jika ada tawaran gratis pun rasanya saya urung mengganti. Sebab vagina adalah simbol perlawanan. Bagi saya. Titik. [Ocehan dinihari ditingkah Yngwie Malmsteen ditengah pekerjaan yang seperti tiada habis...]

Baca. Ulang. Percaya. Dan Kamu Dapatkan Mantra

There is nothing to be afraid of but the fear itself. Gusti... Kulo nyuwun ngapuro. Kelepatan. Sudah lama saya terlalu jumawa, merasa diri bisa dan berani hingga lupa. Tapi saya cuma mau buktikan bahwa semua hal yang Kau berkahkan pada saya amat sangat bergunanya, termasuk selalu berpikir bahwa saya bisa. Tapi... Saya lupa bahwa saya juga punya ketakutan, terutama untuk sesuatu yang saya nggak tau dan nggak bisa dinalar. Saya tidak menganggap bahwa itu adalah berkahMu juga. Saya bebal, Gusti. Nggak bisa dibilangin. Ndablek. Karena buat saya itu nggak masuk akal. Itu nggak fair. Kenapa mesti saya? kenapa nggak orang yang lebih kompeten untuk njalaninnya? Sudah lama nggak membaca mantra ini. Saya khilaf bahwa ketakutan itu harus dihadapi dan bukan ditakuti. Suatu hal yang saya nggak tau harusnya diselami, bukan dihindari. Grant me the serenity to accept the things I cannot change; courage to change the things I can; and wisdom to know the difference, Dear God... [maaf tentang yang kemari

Learning to Live Pt.2

Everything has its price. Saya percaya itu. Dan sebuah perjalanan jauh--mempertaruhkan nama, harga dan hidup--kemarin membuktikannya. Berawal dari kepedulian seorang kawan yang sedih melihat saya mendewakan rasio, dia lalu merenggut saya ke sebuah kesadaran tertinggi. Dia buat saya naik kelas, dengan catatan suatu hari nanti akan ada orang yang akan menggantikan posisi saya dan saya akan berada di posisinya. Serta warning: tanggungjawab yang dia emban terhadap saya akan berlangsung seumur hidup meski dia tidak nampak secara fisik. Lalu mak bedunduk ujug-ujug , masa itu tiba tanpa saya mau, tanpa saya sadari. Saya sendiri nggak tau korelasi apa saya dengan dia hingga tiba-tiba kami begitu terikat, mengingat saya commitment-phobia. Dan ramalan si kawan yang baik (walau menurut saya bangsat sebab dia telah mengenalkan sesuatu yang bagi saya impossible meski saya melakukannya) pun terwujud. Dan saya harus bertanggungjawab terhadap dia seumur hidup, meski saya nggak mau. wanjing lah. .....g

Learning to Live

There was no time for pain No energy for anger The sightlessness of hatred slips away Walking through winter streets alone He stops and take a breath With confidence and self-control I look at the world and see no understanding I'm waiting to find some sense of strength I'm begging you from the bottom of my heart to show me understanding I need to live life Like some people never will So find me kindness Find me beauty Find me truth When temptation brings me to my knees And I lay here drained of strength Show me kindness Show me beauty Show me truth The way your heart sounds Makes all the difference It's what decides if you'll endure the pain that we all feel The way your heart beats Makes all the difference In learning to live Here before me is my soul I'm learning to live I won't give up Till I've no more to give Listening to the city Whispering its violence I set out watching from above The 90s bring new questions New solutions to be found I fell in lov

About A Girl, About A Boy

A girl gives sex to gain love, While a boy gives love to have sex. Stupid girl? Not really. Desperate, to be exact. I wonder what would it be when people are created sexless. Just a plain flesh down there right at the groin, without ever feeling the burning, tingling desire that needs to be unleashed. I guess there'll be no taking over of a country by means of war initiated by the greedy concubine whose crotch was sore by the grinding and humping of the king. But neither of us is in the reign. So, why bother? *and the post has almost nothing to do with the title. i was just screwed. in the head*

Crash! Boom! Bang!

............................................................ and silence. Oh, my dear Lord. I thank THEE to prevent me from doing the most shameful, stupidest, deadliest, ugliest and dirtiest thing ever happened in my whole fucked up life.