Quoted from a Conversation in a Bus

(+) "In MY movie, heroes die. When they were alive, they live miserably, underpaid, overworked, trying to live double identities as a hero and a pathetically, invisible, low-incomed person in altogether. What do you expect from a live like that when you don't even have the ability to control what's your birthright of life?"

(-) "Jadi itu alasan lo menolak punya hero?"

(+) "Ya. Gwa cuma pengen punya temen baik. Buat gwa, temen yang baik itu yang ngasih tau jalan alternatif ketika yang gwa liat cuma lempeng ga belok-belok. Tapi ya udah. Ngasih tau aja. Terserah gwa mau ambil jalan alternatif itu atau nggak. Jangan maksa."

(-) "Terus kalo lo akhirnya jatoh gimana? Dia kan pengennya lo nggak jatoh."

(+) "Nah, temen yang baik itu selalu nerima gwa untuk balik lagi membawa kekalahan yang gwa bikin sendiri. Oke, dia ngasih tau jalan begini, begini, dan begini. Tapi dia memasrahkan semua keputusan ke gwa, mo dipilih apa nggak. Dan menghargai pilihan gwa. Dan ketika ternyata pilihan yang gwa ambil itu blangsak, dia tetep mau nerima gwa."

(-) "Tapi kan namanya temen, kalo dia bisa mencegah elu untuk berbuat kesalahan yang sama dengan yang pernah dia perbuat, kenapa nggak?"

(+) "Beib, gwa bilangin yah... Itu pikiran pedagang. Nggak mau rugi. Padahal bertemen itu bukan dagang."

(-) "Tapi kan..."

(+) "Buat gwa 'berbuat kesalahan yang sama' adalah bullshit. Nggak ada satu orang pun yang kopi paste dari orang lain. I mean, bahkan ketika ada dua anak kembar identik sekali pun, mereka tetep aja dua jiwa, dua karakter, dua pikiran, dua tubuh. Mungkin ada beberapa hal yang sama, tapi kan nggak semua. Kesalahan buat orang lain belum tentu salah buat gwa, buat elu..."

(-) "Maksudnya?"

(+) "Ya lu tau la kebiasaan gwa kalo lu curhat. Kening gwa berkerut ga udah-udah. Kalo ada LED indicator kayak di CPU, mungkin bakal nyala terus tu lampu. Gwa capek mikirin masalah orang, padahal masalah gwa sendiri nggak kalah banyak. Jadi, daripada gwa pusing sendiri, the least that I can do ya cuma kasih alternatif terbaik buat mereka dan menghargai pilihan apapun yang mereka buat. Kalo ternyata mereka salah pilih, ya gwa selalu punya cold shoulders buat nahan jidad mereka atau untuk nangis sekalipun. Tapi tetep... gwa ketawain dulu. Haha!"

(-) "Ah bajingan lu!"

(+) "Ya, ya. I luv you more..."

Comments

Popular posts from this blog

Another Fake Orgasm

Tentang "Dikocok-kocok" dan "Keluar di Dalem"

Belahan Dada, Anyone?