Posts

Showing posts from October, 2007

Quote-quote di Pagi Buta

Menjejak pantai pada dini hari berangin dingin, membaui udara amis ikan serupa vagina, saya muntah di mukamu. "Aku cemburu pada perempuan cantik nggak dewasa yang mampu menjungkirbalikkan lelaki hanya dengan sekali lirik. Aku nggak punya kemampuan seperti itu. Perempuan-perempuan seperti aku harus jumpalitan, bahkan hanya untuk didengar sekalipun. Apalagi untuk dianggap." Kamu hanya terpekur sambil berjalan perlahan. Lirih kamu menjawab: "Aku cinta dia." Saya buang udara yang seperti menggumpal di dada. "Ya, aku tau. Karena itulah aku juga kasian sama kamu. Aku nggak rela dia memperlakukanmu seperti itu. Tapi... who the hell am I?!" Setelah itu berhamburanlah sabda-sabda Pito yang sok bijak, mengutip quote-quote keren yang disampaikan secara sok keren di tengah hembusan angin dingin menggigit hingga ke sumsum tulang. Berteman berbatang-batang rokok dan segelas besar teh tubruk (yang entah kenapa saya pilih dan merasa cocok). Tentang kekasih sekaligus sahab

Not Good Enough?

Whatever. I'm just disappointed. I should've made it. I could've done it right. Another thing evaporates in thin air, without trace, without words, right before my very eyes. It's time like this that I need to hibernate...

Bloggers for Bangsari

Image
Di suatu tempat bernama Bangsari (secara administratif bernama Bulaksari, kecamatan Bantarsari) di Cilacap ada satu-satunya Madrasah Tsanawiyah Shalafiyah bermuridkan penduduk sekitar yang sebagian besar kurang beruntung dalam hal ekonomi. Sekolah lainnya adalah SD Islam yang amat sangat sederhana, SMU Negeri yang baru berdiri, dan sebuah pondok pesantren. MTs setara SMP ini menampung anak-anak petani sederhana yang penghasilannya seringkali kurang ketimbang cukup. Dan ada empat murid yang resah, akankah pendidikan mereka terhenti hanya sampai SMP karena tidak adanya sarana penunjang? Beruntung, seorang putra Bangsari berhasil keluar dari sana, bekerja di sebuah institusi elit dan bergelut dengan IT untuk kemudian mewartakan melalui media blog tentang betapa para belia ini haus pendidikan. Anak-anak itu mau berusaha. Mereka nggak malu bekerja untuk bisa terus bersekolah. Tidak genap sebulan setelah program donasi kambing diposting Agustus kemarin, terkumpul uang sebesar 7,5 juta rupi

Another Requiem for Another Soul

"Hi there, Sistha. I want to share my agony. Tonight I've been heartbroken. It's so damn hurt I threw my guts up. Literally." Seperti biasa kamu menyapa ketika sedih dan sepi melanda. Aku sama sekali tidak keberatan, karena mungkin kamu hanya perlu aku seperti ini. "Please. Shoot." Dan dalam teks-teks panjang melalui internet kamu mengerang, teriak, mengaduh, menyumpah dan akhirnya lungkrah pasrah tanpa bisa apa-apa. Sekali ini kamu mengakui bahwa kamu memang bukan siapa-siapa. Sesuatu yang aneh. Tapi aku bahagia. Kamu masih tetap manusia dan bukan malaikat penjaga pintu surga yang di dalam bayanganku sombong luar biasa karena mandat yang dia pegang, langsung dari The Boss. Yang lebih edan adalah penyebab patah hatimu itu masih bisa tegar mendampingi kamu curhat di warnet, dengan pisuhan menghampiri sesekali dan hanya dibalas senyum. Perempuan luar biasa itu, yang telah lelah menunggu dan diacuhkan, akhirnya memilih lelaki lain sebagai pendamping dan my brot

About Those Who Left... and Back Again

It was like coincidence that in the big event of Indonesian cyber dwellers , I and this nice, little man were invited. I longed to meet this person in the place so-called Necropolis since he hated it so much. When I called him the other night, he told me he'll come along with a long, lost friend of mine whom once happened to be my classmate back in the City of Holidays. I never stop wondering how this parallel world could connect us to each other. I met him two years ago in this insane asylum --accidentally--and we've gone along so well up to now. I've known his friend that has been a loyal partner in my sleepless nights hanging around the city, while they even haven't met! And about this guy named Thomas... Damn! After all these times, we finally chatted again. We were laughing--with our emoticons rolling on the floor--about Miss Elisa with her sleepy eyes, hardly moving lips and soft-almost-unheard voice in our writing class who woke him up right in front of the l

Jakarta Pagi Ini

Pagi buta saya terdampar di terminal Blok M, menatap miris pada bocah yang berlari riang sementara ibunya mengejar dengan sisa tenaga yang ada. Lalu si ibu menangkap sang anak untuk kembali bergabung dengan sekumpulan orang yang sedang jongkok atau menduduki tas besar. Melihat tas-tas dan kardus yang dibawa rombongan kecil tersebut, sepertinya mereka menunggu angkutan pulang ke rumah sehabis mudik. Mata mereka pun masih sembab menahan kantuk. Entah kenapa pagi itu rasanya indra penglihat saya jeli sekali. Saya cermati perubahan warna langit dari biru tua hingga terang. Saya pandangi mbak-mbak yang berjalan di depan saya, segendut saya, dengan kaos oblong, ransel besar dan jins serta lipatan celana dalam yang 'keluar orbit' di baliknya. Mas-mas yang duduk di divider yang sama di sebelah saya nggak sadar saya lirik karena terlalu asyik menikmati belahan dada mbak-mbak yang duduk di sebelahnya lagi. Mbaknya itu sibuk memanjangkan leher, menunggu bis ke Cawang. Pagi itu lengang

Lebaran Hebat

Alhamdulillah, Lebaran ini lumayan hebat. Nggak cuma tersedia cukup ketupat dan uba rampe nya di meja, tapi juga sekeluarga bisa punya baju baru. Trauma psikologis saya yang pembenci lebaran juga lumayan terobati dengan cerita-cerita konyol sepanjang Ramadhan dan episode-episode kehidupan penuh berkah yang nggak habis-habis saya syukuri. Termasuk ritual sowan ke Simbah di Depok. Demi ngirit ongkos dan mempersingkat perjalanan, motor titipan dari tetangga saya gunakan buat acara ini; dengan izin sebelumnya, of course . Cuma motor bebek berkopling sih gampang, pikir saya. RX butut punya Babab biasa saya kebut di jalanan--lepas jam 11 malem tapinya. Tapi... Makjang! Koplingnya keras banget! Baru kerasa pegel setelah satu jam jammed di perempatan perumahan Pondok Kelapa Kalimalang. Satu jam berkutat dan bersabar dengan ratusan motor dari empat penjuru angin yang nggak bergerak kemanapun; di bawah terik matahari pukul 12, bareng debu dan asap dari semua knalpot serta jerit bayi menangis k

Pito Cari Cowok

Oke, oke. Tak ngaku wis. Mengutip 'Leave Out All the Rest'-nya Linkin Park mengenai "I'm strong on the surface, not all the way through. I've never been perfect and neither have you", itulah gwa. Mung macak tough bitch gendut njabane thok. Njerone ijik menungso, dudu bangsa jin. Dan--begonya--gwa bener-bener nggak siap ketika di suatu dini hari ada anak kecil jahanam --dan secara songong manggil gwa tante-tante--yang ngakak nggak berenti waktu gwa mengeluarkan statement: " Kayaknya gwa perlu punya cowok deh ..." Eh, Bangsat! Gini, ya. Gwa jelasin. Pertama : Gwa tau kalo gwa itu restless, sering mikir aneh-aneh dan sering punya bisul psikologis kalo hal aneh tersebut nggak diomongin. Coba aja ikut gwa afterhour BHI , nginep di Kebon Kacang Headquarter . Bisa-bisa jam delapan pagi baru pada bisa tidur karena gwa juga udah ngantuk, capek, dan udah dapet multi orgasme intelektual dari para korban yang lemes. Gwa perlu penampung biar nggak gila-gila bange

Ra Penting!

Saya baru sadar. Hampir dua taun saya tinggal di Kota Mayat , saya cenderung lebih pemarah dan pengeluh dibanding ketika saya ngéngér di Kota Berhati Nyaman dulu. Kalo dipindai isi kotak muntahan saya ini, lebih banyak yang asem kecut dan busuk ketimbang yang harum dan menyegarkan. Kalo diliat dialling record di telepon tangan saya, kebanyakan yang saya hubungi itu mereka-mereka yang masih ada disana. Mungkin level kengéngéran saya yang masih freshmen disini ketimbang di tempat anak sekolah berdarmawisata itu ya? Amatiran! Huh! Waktu saya wadul sama salah seorang belahan jiwa , dengan entengnya dia bilang: Harusnya kamu tahan uji ketika dilepas di rimba raya, dan bukannya saat kamu masih di pertapaan. Damn! Saya merasa seperti Mantili . Haha! Ya. Disini hutan belantara, dimana saya harus berburu dan mematuhi hukum yang ada--dimana hanya yang kuat yang menang. Sukur-sukur bisa bertahan jika tidak ingin mati kelaparan atau diserang binatang jalang. Saya tau, ketika dua bulan terakhir sa

Requiem for the Unborn

Lelaki itu tunduk menatap onggokan plastik di pangkuan berisi sebuah kuali gerabah kecil, bersama sebotol besar air mineral, selembar bon rumah sakit dan selimut. Yang membuat wajahnya berduka adalah bungkusan kain putih mungil seukuran sepuluh senti di dalam kuali, berisi fetus berusia hampir empat bulan yang katut bersama pipis sang ibu siang tadi. "Ini ketiga kalinya," ujarnya, mirip desahan. Sang istri yang duduk di sebelahnya juga turut menunduk, menatap sekilas kuali kecil, lalu menoleh ke arah lain. Perempuan yang biasanya ceria itu, yang pernah disandingkan sejajar Nirina Zubir oleh pengagum gelapnya, yang berkutat bersama lumpur di situs proyek, mengenakan sepatu bot berujung baja serta helm pelengkap, bergaul bersama kuli-kuli bangunan namun tetap ingin terlihat 'chic' bersama blus pinky dan jins belel. Saya nggak tau mesti bilang apa. Belum pernah saya sedekat ini dengan kematian, dengan kekecewaan, dengan harapan yang hilang, tanpa saya bisa berbuat apa-a

Nggathél

Jangan bilang gwa nggak bersyukur dengan kerjaan di pabrik sekarang. Beberapa hari ini emang isinya cuma tidur siang dan nggedabrus nggak jelas. Sangat nggak produktif. Tapi gwa pengen lepas sejenak dari rutinitas dan orang-orang pabrik yang gitu-gitu aja. Beberapa hari ini gwa overloaded emosi dan bakal nggak bagus efeknya kalo gwa lagi-lagi ketemu sama mbak-mbak yang sering gwa bayangin badannya bersimbah darah setelah gwa hunjam pisau komando tepat menembus tenggorok. Ya... mungkin bener gwa manic deppressive yang rada schizophrenic . Peduli setan lah. Orang-orang keren juga kayak gitu. Tapi ternyata gwa nggak bisa terlalu cepat bernapas lega dan nggak bisa terbiarkan sendirian. Karena jarak pabrik dan tempat gwa tidur begitu dekat, maka mak bedunduk ujug-ujug datanglah kerjaan. "Mbak, ini ada beberapa topeng yang harus dipasangin idung. Kalo cuma masang beberapa kan bisa sambil nongkrong di jamban to? Pak Mandor yang matur begitu..." kata kurir pabrik rada sungkan. Gwa e