Posts

Showing posts from November, 2005

Kudos to My Wonderful Kids

Image
Siang menjelang sore. Hujan. Pekerjaan tertunda. Cucian dua minggu yang belum dibilas akhirnya menumpuk di ember. Kalo ikut hasrat hati, pengennya tidur. Tapi 2 jam yang lalu kan baru bangun. Lalu? Bikin kopi, bakar rokok, dan duduk manis sambil liat kedua anak-anak gwa berkejaran dalam rinai hujan. Iya, gwa single parent dengan dua anak kura-kura Brazil usia dua tahun. Gwa ga tau ken apa suka kura-kura. Dulu sih alasannya karena kura-kura itu berumur panjang dan gwa pengen kalo mati nanti mewarisi binatang peliharaan dan bukannya harta. Kan jadi irit, ga usah beli pet lagi! Apalagi makanannya juga murah-meriah. Padahal banyak orang bilang binatang ini pemalu, suka ngumpet dalem tempurungnya dan lamban bergerak. Selama 3 taun gwa beranakkan mahluk hijau ini (yang pertama, Namanya Toro, kabur dan hilang. Mungkin trauma punya Bunda kayak gwa), ga ada sejarah mereka pemalu. Jalannya juga cepet, sampe gwa curiga kalo di kehidupan sebelumnya mereka adalah anak-anak sekolah yang sering terla

The War Between Monsters Named "Media"

Seorang teman datang Sabtu kemarin, membawa kekecewaan dari Jakarta yang berusaha dialihkan ke Jokja. "Gwa udah gak betah. Kerjaan gak sesuai dengan hati," katanya. Selain itu, masalah keluarga dan sosial disana membuatnya lelah untuk harus sempurna. "Lo tau kan, gwa gimana? Ortu ama pacar selalu nuntut gwa jadi perfect. Gwa capek." Yeah, rite. Elu yang bisa ngabisin duit ratusan ribu untuk selembar pakaian hanya karena gak tahan dengan ucapan gwa: lo feminin pakek baju 'cubit-cubitan' kayak gitu. Tapi itu dulu. Jadi AE di salah satu perusahaan media (lumayan) besar di Jakarta ternyata bikin dia berubah. Melihat gimana busuknya bos yang bikin laporan ABS ke Big Boss dan anak buah yang merasa perusahaan adalah punya bapak moyangnya ternyata bisa jadi meresahkan. Dia lihat cara kompetitor bekerja--yang berjuluk 'CIA' karena mereka berani merekrut ratusan orang--dengan biaya operasional ratusan juta, mungkin--cuma untuk menjegal lawannya. Di level palin

F U C K !!!

Whoa! Wait! I aint cursing here. It's jez a title to describe what I've heard in the radio about a week ago. Lame in remembering anything I am, for I could not have even the slightest idea of a single name mentioned. But the fact was very astounding. Dulu--gwa lupa tepatnya kapan karena repotnya digging my British History textbook di salah satu kardus gede yang gwa taro entah di kosnya siapa--Eropa dilanda kehancuran. Setengah penduduknya musnah, either karena cuaca yang amburadul, imbas perang berkepanjangan, wabah penyakit (pes), sanitasi jelek, gagal panen dan kurangnya makanan (Dark Age-kah? Mungkin). Bener-bener parah. Termasuk di Inggris. Dengan drastisnya tingkat kematian saat itu, Si Raja (yang namanya ntah siapa) akhirnya muter otak cari cara gimana supaya rakyatnya banyak lagi. Keputusan datang. Peraturan dibuat. Mereka disuruh beranak-pinak banyak-banyak biar jalanan diramein lagi, sekolah penuh lagi, dan desa-desa 'gayeng' kembali. Akhirnya dikeluarkan perin

Ah... Lebaran. Dan Aku Masih Disini )=

Idul Fitri barusan lewat dengan gempita dan syahdunya, tergantung siapa yang ngerasain. Buat gwa, Lebaran taun ini amat sangat berkesan: sendiri dan dilanda kemiskinan yang amat sangat sampe gak bisa mudik dan beli pulsa. Agak ngiri juga sama yang dapet THR dan heboh beli ponsel dan mobil baru. Tapi yah... namanya juga kerja underground. Mana kenal THR sih?! Ternyata gwa gak kesepian banget. Walaupun tanpa modal awal (buka front duluan), temen-temen gwa banyak yang kasih ucapan lewat SMS meskipun forward dari orang lain. Misalnya: "Jika hati sejernih air, jangan biarkan keruh/Jika hati seputih awan, jangan biarkan mendung/Jika hati seindah bulan, hias dengan iman/Semoga ini Ramadhan terbaik/Mohon maaf lahir bathin" (gwa dapet dari 4 orang) dengan bahasa singkatan nan padat. Atau: "Melati indah nan berseri/Jadi hiasan di hari suci/SMS hadir mengganti diri/Tanda ingat silaturahmi/SELAMAT IDUL FITRI 1426H/MOHON MAAF LAHIR BATHIN" (yang ini 3). Standarnya: "Selamat

Me and My Luv #2

"Nduk? Ada apa? Kok nangis?" "Ih, Kamu, Han. Masih nanya. Udah tau juga. Sok perhatian ah!" "Lha? Aku kan lagi pengen ngobrol sama kamu, makanya nanya. Kalo Aku gak nanya, gimana bisa ngobrol?! Emang kamu bisa telepati? Lagian, kamu bawel. Harus ada yang terucap dari bibir cerewetmu itu. Kalo nggak curhatmu gak marem. Ya to?!" "Huw! Iya nih, lagi sebel ama diri sendiri. Kamu udah manjain aku, kasih dispensasi selama sebulan tapi akunya gak tau diri. Selalu aja gak bisa manfaatin waktu, gak tahan godaan, belum bisa mengendalikan diri, buta dengan pelajaran yang Kamu kasih di depan mata. Janjiku sama diri sendiri juga gak kutepatin, sementara di penghujung bulan katanya ada kemenangan. Menang terhadap apa? Melawan siapa? Lha wong 'sense' jadi pemenang aja gak setai-tainya aku rasa koq. Gimana gak mau gerung-gerung, coba?!" "Hehehe... Tapi yang pasti Aku udah kasih kamu waktu dan pilihan, kan? Gimana kalo tiba-tiba Aku pengen kamu balik

Nabi aja gak boleh ngiri, lho!

Seorang bocah gembala bertugas membawa ternaknya mencari makan. Saat itu musim kering, dan rumput di daerahnya sangat sulit didapat. Jadi, dia membawa hewan-hewannya berjalan jauh melewati bukit. Sesampainya di sebuah padang rumput, dia berteduh dan membirkan gembalaannya makan. Untuk melepas penat, dia menghibur diri dengan bercerita pada Tuhan seolah sedang berada disampingNya. "Tuhan, aku ingin sekali jadi pembantuMu. Nanti kalau Kau lelah setelah bepergian, aku akan siapkan air hangat untukMu mandi. Aku seduhkan kopi untukMu. Aku juga mau memijati kakiMu kalau Kau pegal-pegal." Musa melintas. Mendengar omongan si bocah gembala itu, dia kaget. "Hei! Tuhan tidak perlu kopi. Dia juga tidak akan pegal-pegal!" Jibril pun turun dan menegur Musa. "Diamlah, Musa. Biarkan mahlukNya memohon dan bermesra. Bebaskan mereka merindu padaNya dengan bahasa mereka sendiri. Sesungguhnya Tuhan adalah kekasih siapapun tempat kau bisa bergayut manja di tangan dan kakiNya."