Posts

Showing posts from August, 2005

Kudos to Mum

It was morning, can't go home yet for I still have something to do. Clicking thousands of sites, I tripped over and fell here . I've read two or three of her posts. About kids, heartbreaks, problems, how to make ends meet, you name it. And all were interwoven (gosh! Another big word!) into one, big, long fabric. Small thing could turn out into major, though. How the birthmark on her kid's face could came up into something suspicious, for instance. It even made the school attendant thought her as an insufficient in dealing with kid's hygiene! Gosh! I was amazed with my mouth gaping and my jaw dangling. She's a KEWL mum! Her kids should've been really proud of her! She's like having her clock ticking really slow. It's sixty minutes to make an hour for other people, for her it's 120 minutes, perhaps. With all the fuss of being a single , welfare mother, she managed to be in school, afterall! Behold! Supermom is on the way! Be ashame and reflect, ye youn

Nadjeez!

Dari sini gwa tau kalo ini cuma boongan. Darn! Tiwas woro-woro ke seluruh dunia kalo pengen menikmatinya secara romantis! Apa yang ada di benak orang-orang nanti demi melihatku yang super-ultra-mellow seperti itu?! Dan salah satu komen sudah membuktikannya! Ah!

Berdiri di Sisi Lain

Umurnya belum genap tiga puluh, tapi suaminya berusia lebih dari tujuh puluh tahun. Wajahnya terlihat lebih tua dari usia sebenarnya. Kata orang, jika perempuan menikahi lelaki yang jauh lebih tua maka dia akan terlihat sama tua dengan suaminya. Kalo dia menikahi lelaki yang lebih muda maka dia akan terlihat lebih tua dari suaminya. Huh! Perempuan dan kodrat dan analisa dan kerut itu! *keluh* Badannya khas perempuan: serba bulat. Kepalanya gak pernah lepas tertutup jilbab dengan kacamata yang selalu nangkring di muka. Ketika senyum pun, muka itu gak pernah keliatan bahagia. Atau mungkin gwa aja yang salah liat, ga tau juga. Tapi embel-embel istri kedua dan sering dilabeli "Si Ganjen" atau "Si Genit" kayaknya punya kontribusi untuk bikin dia seperti itu. Sebelum gwa liat 'penampakan' nya, anak lelaki hampir-bungsu dari istri pertama pernah cerita ke gwa. Saat itu jelas gwa lebih mihak ke si anak yang notabene temen gwa. Secara gak sadar gwa mengidentifikasi d
Image
Mars will look as large as the full moon to the naked eye, katanya. Dari e-mail yang gwa dapet di milis (yang maksudnya melucu dan) kocak, dari awal Agustus ini sampe akhir tanggal 27 nanti, Planet Merah bakal keliatan segede bulan di langit. Taun kemaren juga gitu. Gak lebih gede, sih. Hanya lebih terang, kayak bohlam lima watt yang dipasang di kamar pas gerhana bulan. Katanya lagi, fenomena ini bakal terulang nanti, tahun 2287. Duh, andai ada seseorang yang bisa jadi temen romantis untuk nikmatin Dewa Perang ini bareng-bareng...

Gwa dan Tuhan

I am not a religious person dan didikan dari kecil pun gak begitu concern masalah agama. Ibu bisa lancar baca Qur'an setelah gwa balita. Babab bahkan masih belajar sampe sekarang. Kakek dari Ibu pemeluk Pantekosta sementara Nenek Islam Abangan. Dari Babab--meski sama-sama abangan--Alhamdulillah simbah-simbah gwa meninggal dalam keadaan baik, Wallahu'alam. But I believe in God tanpa fanatik. Buat gwa, Tuhan dan peribadatannya itu a very intimate business. Terserah lo mo nyembah Tuhan siapa, gwa gak peduli. Itu murni 'persetubuhan' lo pribadi denganNya. Asal gak paksain orang lain menyembah dan beribadah sesuai dengan kepercayaan lo, gak masalah buat gwa. Kadang perihal ibadah jadi hal yang amat sangat intimnya sampe orang lain gak boleh tau. Makanya, kalo temen-temen kos tiba-tiba liat gwa wudhu setelah sekian lama gak keliatan basuh-basuh, mereka heran dan bilang, "Tumben...." Padahal--walopun sering bolong solat--gwa masih perlu Dia. Gwa pernah ngetes

Starving Edition

Pagi itu gwa punya ide untuk tukeran Ibu, hanya karena ibunya sering ingetin dia solat per telepon jam setengah enam pagi. Nyokap gwa hanya telepon kalo ada kerabat yang meninggal atau ngabarin tentang adek gwa yang keterima di PTN. Itupun basi, beberapa hari setelah kejadian baru bilang. Emang ga cocok jadi reporter dah ah, emak gwa itu! But there is one thing that I won't trade her for anything in the world: masakannya! Standar kali yah, semua anak di dunia ini pasti memuji setinggi langit masakan ibu masing-masing. Mungkin karena mahluk-mahluk mulia itu bikinnya pakek bumbu yang gak dimiliki chef terhebat dari resto top manapun: sejumput cinta. Walaupun bahannya sama, tapi para ibu selalu bikin karya sederhana mereka jadi masterpiece dengan bumbu rahasianya. Di negara Sultan Hamengkubuwono ini lidah gwa mati rasa. Makanan sehari-hari selain makanan warung--kalo emang lagi pengen banget makan normal--adalah lotek (mirip gado-gado dengan bumbu kacang a la ketoprak ditambah kencur

Selamat Ulang Tahun, Nek Indonesia

Gwa bukan nasionalis dan lebih sering merasa antipati. Tapi salut sama orang-orang yang mau berjuang dan melawan mainstream pemerintahan (maksudnya korupsi kali yeee). Gwa ga akan berhenti berharap dan berdoa untuk kalian. Kalo jadi mbah-mbah, umur 60 itu adalah usia ideal, tinggal menuai hasil yang udah ditanem kemaren-kemaren. Diharapkan anak cucu pas lagi lucu-lucunya, Post Power Syndrome akibat pensiun udah berakhir, hobi lebih tersalur (gardening, misalnya) dan kematangan spiritual yang mapan tercapai sudah. Sukur-sukur udah pernah haji dan gak maniak berangkat lagi hanya untuk gaya. Moga-moga ke depannya bisa lebih dewasa lagi dan tambah ngayomi buat anak-cucunya ya, Mbah Indonesia... [Padahal pengen menista, tapi koq gak tega yah...? Apa karena beliau lagi ultah dan udah sepuh?]

A Silent Moment

Orang-orang Indonesia tandatangan di Helsinki. Katanya sih itu perjanjian untuk saling memahami antara dua pihak: GAM dan Indonesia. Setelah sekian lama, dengan makan korban yang gak sedikit, akhirnya orang di belahan ujung pulau Sumatra sana bisa sujud syukur. Kalopun keadaan gak begitu banyak berubah, at least ada harapan dan itikad baik ke arah sana. Doain aja... [Males nulis panjang. Capek berharap. Tapi mudah-mudahan gak usah ada lagi anak-anak yang kehilangan orangtuanya]

It's Jez Sumthin Kept 2 Long in da Back'f Ma Mind...

Gara-gara ceting ama temen lama, gwa jadi inget pernah ketemu seseorang yang sama-sama kami kenal di Stasiun Senen. Walaupun kejadiannya udah 3 taun lalu, rasanya baru kemarin ngalaminnya. Dia adalah si apatis, gak peduli sama golongan 'the have', menjunjung tinggi persahabatan, rela mati demi teman dan (sedikit) menikmati hidup dengan caranya sendiri: nyantai abis dan PD dengan segala bentuk kekurangan. Walaupun cuma kenal chatting, gwa berasa udah kenal dia sejak bayi dari cerita-cerita orang lain. Gwa cuma pengen dia buka mata sedikit dan memandang hidup lebih cerah, gak melulu suram kayak petromak sekarat pas gerhana bulan dan lampu mati. Beberapa tahun kemudian ada kesempatan ketemu. Setelah nunggu gak berkesudahan, akhirnya mahluk itu datang. Tapi... koq? Rambutnya di cat pirang, kaos polo-nya berlabel keren yang ga dijual di mal ecek-ecek. Jinsnya, dengan label kecil sekalipun, gwa tau itu Levi's yang harganya lebih dari UMR pegawai pabrik di Jakarta. Dan sepasang se

Norak!

Tiru-tiru nganggo whiteband. Mung njajal iso rak masange. Wis iso. Seneng. Ternyata I am not as gatek as I thought! Haha! *tampar diri sendiri* Dibiarin dulu aja deh sebentar. Buat bahan melongonya gwa yang masih norak karena akhirnya bisa masang walopun basbang dan letaknya ga karuan! Nadjeeeeeeeeeeeeezzzzzzzzzzzzz!!! Tadi komennya berantakan. Sekarang malah navbar nya nongol. Padahal dari pertama dah sengaja diilangin ama Donceh. Hix... )= *Kegatekan tidak akan pernah berakhir, Nak...*

To be me, the whole me, and nothing but me is something to be grateful for

I used to envy her. Sumber dana banyak, sering beli baju, prilaku nadjeez tapi tetep PD untuk hidup. Until one day... Bad attitude-nya bikin gwa, Idung dan Ooz berang. Selalu minta dimaklumi tanpa mau memaklumi. Selalu sombong dengan harta, kepunyaan, jabatan dan prestasi kerabat tanpa bisa menunjukkan kesombongannya sendiri. Seneng kalo udah ditransfer dan ga ada empati sama sekali terhadap mbak-mbaknya yang harus berjuang mengais rupiah (Najeeezzz!!! Bahasanyaaa!!!). Selalu bisa menunjuk kesalahan orang lain lalu sembunyi dibalik tembok bertuliskan "Bukan aku yang harus minta maaf, koq!" Dulu gwa pernah punya misi mulia: mbenerin kesalahpahamannya berinteraksi terhadap sekitar. Tapi siapa sih gwa? Dia gak bakal mandang kalo gwa gak kurus, putih, kalem dan normal. It's not her fault. I've made that impression. Toh orang-orang yang lumayan concern ama dia udah berbuat sama dan berakhir dengan 'habis hati' ngadepinnya yang berujung pada frase, "Sekarang hu

Manusia-manusia Maya

Gwa anak pertama, tapi punya abang dan mbak dimana-mana. Ortu gwa Portugal, Ibu dari Purworejo dan Bapak asli Tegal. Tapi gwa punya kakak orang Batak, Surabaya, Aceh, Madura, Bandung, Jakarta, Semarang, Bali, dll. Mereka ada yang tinggal di Belanda, Oz, Amrik, dan Jepang. Keren kan! Mereka adalah 'kakak'. Beberapa gwa kenal dalam hitungan tahun meski gak pernah ketemu muka. Aneh? Nggak. Gwa berinteraksi dengan orang-orang itu di dunia maya dan menjadi dekat ketika pada suatu waktu otak kami memancarkan gelombang yang sama meski berjarak ratusan kilometer: kebutuhan untuk ditemani. And... Voila! There we were, dua mahluk virtual yang dipersatukan dalam obrolan panjang tentang binatang peliharaan, gagasan, politik, budaya, hubungan, pekerjaan, orangtua dan... kesepian. Manusia adalah homo populis, mahluk yang berkumpul. Gak ada seorang pun yang sanggup hidup sendiri tanpa orang lain. Sekaya apapun, meski berharta dan punya duit setinggi gunung, lo tetep perlu orang lain untuk te

Life is a great revolving door

Ada lagu rap, gwa lupa siapa yang nyanyi. Pokoknya liriknya gini: Ladies come, ladies go in my revolving door Some are never come back, some are back for more Just like this morning. Got a phone call dari seorang 'abang masa lalu'. Salah satu sahabat KJ4P (Komunitas Jam 4 Pagi) #Bandung DalNyet jaman masi awal-awal belajar ceting di IRC dulu. Kenal setaunan, jalan-jalan gila bertiga si Donceh (I wonder kenapa selalu bertiga? Apa karena gwa bersifat ganjil? Gak umum?), lalu poof... menghilang. Setelah lima tahun baru tadi beliau ada kabarnya lagi. Mulai dari SMS gak berkesudahan (yang gwa stop karena keterbatasan pulsa) sampe akhirnya dia telepon, 138 menit full! Anjing!!! How I missed him for all these years! Come, my long lost pals. Come again inside my revolving door. But please, this time, stay... [dedicated to Bro Yudi, one of my 'Black Nigga Brotha' van Suroboyo]

Fa biayyi aala i Rabbikuma tukadzzibaan...

Itu kutipan dari surah Ar-Rahman. Ayat itu banyak diulang disana. Artinya; Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Meskipun banyak ngedumel ga penting dan ga jelas, gwa boleh unjuk gigi (yang emang gede-gede) sebagai orang yang cukup bersyukur. Walau banyak kekurangan, kelebihan gwa tertambal disana-sini. Yang gwa ga abis menista adalah ketika ada orang yang diberi banyak tapi gak habis-habis menghujat dan ingkar. Hei, lo mau minta apalagi sih? Orang yang nggak punya cenderung dipaksa untuk jadi kreatif dan memanfaatkan apa yang ada di diri mereka agar bisa berdaya guna. Misalnya aja para carder dan pemakai Window. Tiga tahun yang lalu, seorang teman dari Louisiana terkaget-kaget ketika tau teman-temannya di Indonesia pada pake Window. "Kalian kaya-kaya ya, pada mampu beli semua," komentarnya. Kami yang disini (terutama gwa yang gatek ga ketulungan) malah bengong. Karena setau gwa software itu didownload atau dikopi, bukan dibeli! Abang gwa juga pernah cerita

Nggambleh!

"Idealisme akan mati di usia tigapuluh!" kata manusia hitam kurus bermata besar dan agak bungkuk itu ketika kita lagi ngumpul bertiga di bunderan sebuah kampus dengan lampu kuning kunyit yang menyakitkan mata. Yeah, rite. Mengingat kebiasaan gwa yang amat sangat tidak sehat (smoking like sepur, ngopi a la dukun, makan jarang dan tidur kurang tapi doyan jalan kaki), seorang teman pernah memprediksi umur gwa ga akan sampe 30. I don't know either to laugh or to weep. Beruntunglah orang yang mati muda, kata Gie. Que sera-sera aja lah. Whatever will be, will be. Mau mati umur 30 kek, 100 kek, atau besok pun gwa kan ga akan bisa ngajak malaikat pencabut nyawa ngopi sambil ngobrol-ngobrol dulu untuk suspend my death-time... [ How sweet it is just to stop here and let the good things I've done be remembered...]

Caffeine-effect

Mau gemeteran kayak mbah-mbah kenak parkinson ? Gini resepnya: 3 sachet Nescafe Black 2 sendok teh gula pasir 1 mug air panas Campur, aduk rata, minum selagi hangat. Kalo udah abis, lalu ditambah dengan: 2 sachet Nescafe Black 1 1/2 sendok teh gula pasir 3 sendok teh creamer 1 mug air panas Campur, aduk rata, minum selagi hangat. Hasilnya: keringat dingin, tangan gemeteran, melek berkepanjangan dan tenaga tiada habis dan lemes. Gwa tau bakal ngalamin kayak gini. Candu! Syalan!

Hey, Bab!

Image
Yang ganteng dan tinggi itu Babab. Di sebelahnya, yang imut itu... he eh. Itu, bener. Yang pakek celana monyet biru itu, lhooo! Lu sangka gwa boong, apa?! *tampar yang gak percaya* Iya!!! Bener gwa koq! Manis kan?! Apalagi potonya seuprit gitu! =P Kenapa Babab? Waktu baru belajar ngomong, Ibu dengan sabar mengulang pelan-pelan kata "Bapak". "Baaa... pak", yang gwa ikutin dengan "Baaa... bab". Waktu Ibu bilang "Iiii... bu", gwa ngikut dengan "Baaa... BU"! Untung gak keterusan ampe gede. Babab itu adalah bokap yang super sabar dan santai serta kocak. Saking santainya, kalo orang-orang udah pada teriak "Pak! Rumahnya kebakaran!" maka Babab cuma bilang "Oh... Ya udah. Siram aja..." lalu melenggang santai ambil ember berisi air. Itu menurut Bude gwa, sepupu beliau. Jangan ketipu sama tampangnya! Sebagai anaknya, gwa tau banget bokap gwa gimana. Waktu gwa SMP dulu, sehabis makan siang beliau suka banget dengerin lag

Blog Addict!

Darn! Inilah salah satu alasan kenapa dulu gwa males banget ng-goblog (pinjem istilah Om Enda ) disini : utak-atiknya bikin nyandu! Gwa tau betul kapasitas gwa yang penasaran dan gampang kegoda. Seperti dulu ketika gwa pengen banget nyobain ganja. Kesempatan pertama waktu Sari, temen di kos lama, mau mudik. Dia bilang tetangganya ada yang jadi bandar ganja dan dia bisa bawain kalo cuma satu linting aja. Harap-harap cemas nunggu Sari balik lagi seminggu kemudian. Ternyata, temennya diciduk polisi sebelum dia sempet minta. Mission one: failed! Kedua, waktu gwa mengunjungi abang baek hati di Depok dulu. Tetangga kamarnya juga pengedar. Dengan (sok) bijaksana, dia membolehkan gwa untuk 'stun' di kamarnya. Rencananya sih itu bakal terrealisasikan dua hari kemudian. Unfortunately, karena jadwal safari kopdar gembira kami yang padat, kegiatan itu baru disadari ketika udah ada di stasiun kereta pas gwa mau pulang ke Jogja! Again... rencana gagal. Kali ketiga waktu gwa jaga warnet dulu.

Mellow to the Lowest Low

How people treat you is the same as how YOU treat people. Gwa ngerasa sudah memperlakukan orang dengan sangat baik. Tapi ga tau juga sih. Kadang apa yang gwa rasa belum tentu sama dengan apa yang diterima orang lain. Persepsi orang beda-beda. Apalagi gwa sering dianggap aneh. Sbodo! Gwa jarang keluar. Temen juga dikit. Lebih seneng onani otak; memuaskan diri dengan pemikiran-pemikiran ga mutu yang akhirnya berakhir di keranjang sampah ini. Tapi kalo lo sedikittt aja mendekat, gwa rela deh jalan kaki bolak-balik Gejayan-Sagan jam berapapun hanya untuk cekikikan dan ngobrol ngalor-ngidul. Dan gwa (Insya Allah) bakal jadi sandaran tangguh ketika lo harus bertelekan sekuat tenaga. Perlu bahu lunak untuk menangis. Perlu pendengar yang diam dan menyimak ketika lo bicara. Gwa coba sebisanya. Ada saat-saat seperti itu, ketika gwa dibutuhkan dengan amat sangat dan dalam situasi mendesak sampe gwa gak bisa bergerak. Tapi ujung-ujungnya dapet perlakuan agak dingin setelah beberapa lama gak ketemu